Dalam hidup ini, kita memang tak selalu merasa bahagia.
Namun tak ada salahnya, untuk tetap tersenyum seolah kita bahagia.___________________________
**FAJAR**
"Maaf ya, Jar. Aku turut berduka," ujar Mentari, kedengaran menyesal sehabis bertanya tentang orangtuaku yang sudah tiada lagi.
"Gak apa-apa, santai aja," balasku ringan.
"Kalau... mama kamu? Maaf, ya. Soalnya tadi kamu bilang 'orangtua'," ucapnya hati-hati.
"Oh iya, lupa." Aku tersenyum kecil. "Dia... aku gak tau dia masih hidup atau enggak. Tapi selama ini, aku anggap dia udah meninggal."
Mentari terdiam, sepertinya menyesal lagi. Namun, sungguh itu tidak masalah bagiku. Topik perihal orangtua sudah kuanggap basi dan membusuk.
"Gak usah omongin dia, gak penting, Tar. Mendingan, sekarang aku anter kamu pulang." Aku berdiri dari bangku.
Mentari mendongak. "Gak usah, Jar, gak usah. Aku naik ojol aja," tolaknya baik-baik.
Lalu, aku pun duduk kembali, "Oh, ya udah. Kamu pesen aja, aku tungguin sampe kamu dijemput sama abang ojeknya." Aku tersenyum tipis, tidak mau memaksanya.
"Oke, aku mau pesen dulu," ucapnya, mulai menatap layar ponselnya.
Mentari sudah mau pulang dan anehnya aku merasa berat untuk melepasnya. Bukan apa-apa, aku masih ingin ditemani. Karena setelah ini, aku sendirian lagi. Ya ampun, kok aku egois sekali?
Sebenarnya, aku sudah terbiasa sendirian, tapi rasanya... seperti nyaman bersama gadis ini.
Mungkin karena, entah kenapa, tapi rasanya kita berdua punya banyak kesamaan?
"Mentari," panggilku.
Dia menyahut dengan menaikkan dua alisnya.
"Udah dapet ojeknya?" tanyaku.
"Belum, nih. Jaringannya lagi jelek banget," jawabnya, masih sibuk menatap layar ponsel.
"Mentari... bisa gak, kamu jangan pulang dulu?"
Sebenarnya, kalimat itu yang ingin kutanyakan.
"Eh, udah, Jar. Udah dapet."
Aku tersenyum sekenanya.
Tidak lama, ponselnya berbunyi. Dia mengangkat dan berbicara dengan seseorang, dengan si Abang ojek online.
"Iya, Pak."
"Saya di depan Diva ya, Pak."
"Oke."
Selesai bertelepon, dia memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantong celana bahannya. Melepas ikatan rambut yang sudah longgar, kemudian mengikatnya kembali agar kencang. Ah, entah kenapa, aku suka melihat wanita yang sedang mengikat rambutnya.
Selesai mengikat rambut, Mentari menatapku lagi. "Fajar, kapan-kapan kita ketemuan lagi, ya?"
"Mau, Tar," jawabku cepat sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/243065855-288-k334587.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT LOVERS ✔️
RomanceFajar, anak di luar nikah yang dibuang ibunya. Mentari, gadis yang diusir dari rumah karena sebuah fitnah. Keduanya adalah korban, kesepian, dan sebatang kara. Hidup serba sulit baik secara ekonomi maupun emosional. Namun, mereka orang-orang tegar...