Buat pembaca lama: bab ini bab baru ya, Beb. Belum ada vote-nya. Minta votenya juga ya, buat ngeramein hihi💕 Oh ya, yg kemarin juga banyak bgt tambahan scene baru☺️
.
.
.
.
.Jikapun kau datang kembali,
Aku akan menerima
Walau datang setelah badai reda kulalui sendiri,
Aku akan tetap menerima____________________
**FAJAR**
Pagi jam 9, tapi sudah sangat panas di luar rumah. Aku sudah pindah ke rumah sementara Mama Sania di daerah Taman Mini sejak beberapa hari lalu, sesuai pernyataanku yang berkenan tinggal dengannya. Tentu saja kontrakan ini jauh-jauh lebih bagus dan besar dari kontrakanku di Lubang Buaya.
Aku sedang duduk di ruang tengah sambil menonton TV, ditemani camilan dan minuman beragam. Mama yang membelikan. Gayaku sekarang sungguh ongkang-ongkang kaki saja jika kalian dapat melihatnya.
"Mas Fajar, ini ada burger sama hot dog," kata Mbak Lami, ART Mama. Nadanya sangat sopan, dia membawa seplastik makanan tersebut dari luar rumah.
"Gofood, Mbak?" tanyaku dari sofa.
"Iya, Mas." Perempuan yang kurang lebih seumuranku itu tersenyum, lalu meletakkan seplastik burger dan hot dog di meja pendek ruang tengah ini.
"Saya gak pesen Gofood. Salah alamat kali ya, Mbak?" tanyaku serius.
"Bu Sania yang pesan, Mas. Buat Mas Fajar katanya."
"Oh...." Aku meng-oh sumbang karena heran. Sudah banyak sekali makanan di atas meja. Aku pun masih kenyang setelah sarapan. Masih ada saja lagi yang datang?
"Permisi, Mas."
"Iya, iya, Mbak."
Mbak Lami pun pergi, tersisa aku sendiri dengan makanan ringan, minuman ringan, burger, dan hot dog. Aku bisa obesitas jika begini terus dalam tiga bulan.
Beginilah. Mama Sania benar-benar seberusaha itu untuk memanjakanku. Aku bahkan tidak dibiarkan bekerja apa pun di rumah ini. Jika sedang tidak bekerja di sanggar alias di rumah saja, aktivitasku cuma bersantai di kamar, menonton di ruang tengah, bermain piano, mengobrol dengan Mama jika dia sedang di rumah, kemudian makan dan tidur. Tidak boleh bekerja walau sekadar cuci piring atau baju. Sudah seperti pangeran kerajaan saja aku.
Mama benar-benar ingin mengambil hatiku dari segala sudut, tanpa gengsi dan tanpa malu sedikit pun. Menghilangkan segala kecanggungan, selalu memulai cakap dan candaan. Pokoknya, apa saja diusahakannya demi aku tetap nyaman tinggal bersamanya.
Sepertinya, dia takut aku meninggalkannya.
Aku menghargai semua yang dia lakukan sekarang. Kendati apa yang terjadi di waktu silam, seperti yang kubilang waktu itu, aku anggap semuanya sudah jalan dan ketentuan Tuhan yang memang harus kami jalani.
Aku sempat membencinya teramat sangat. Namun, rasa benci itu hilang dalam satu malam hanya karena dia datang. Hanya karena dia mengatakan dirinya "Mama".
Mungkinkah... aku memang merindukannya?
Entahlah. Aku masih bingung memikirkannya.
Melihat makanan-makanan di hadapanku, aku jadi ingat Mentari, calon... istriku. Dia sudah makan atau belum, ya? Aku ingin selalu berbagi apa pun dengannya. Semoga saat sudah menikah nanti, aku bisa terus memberikan kebutuhan dan keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDNIGHT LOVERS ✔️
Fiksi UmumFajar, anak di luar nikah yang dibuang ibunya. Mentari, gadis yang diusir dari rumah karena sebuah fitnah. Keduanya adalah korban, kesepian, dan sebatang kara. Hidup serba sulit baik secara ekonomi maupun emosional. Namun, mereka orang-orang tegar...