[Dua belas] Ditampar kenyataan

74 11 0
                                    

Beritahu aku tips untuk mengurai rasa asing ini menjadi rasa biasa -Lia

Beritahu aku tips untuk mengurai rasa asing ini menjadi rasa biasa -Lia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah diantar pulang Yudha kemaren, Baim jadi ngelunjak. Kayak pagi ini, Yudha dah nangkring di halaman rumah Lia. Lia yang memang biasa setengah 7 nungguin Baim di teras sambil duduk cantik terkejut saat moge Yudha nangkring cantik di halaman rumahnya. Karena bingung Lia mendekati Yudha dan bertanya kenapa Yudha pagi-pagi udah di rumahnya.

"hey" tegur Lia sambil menepuk punggung Yudha yang sedang asik dengan ponselnya.
Yudha terkejut, hampir saja ia melempar ponselnya kalau tidak segera ditangkap Lia. 

"Astaga Ci, ngagetin gilak"
Ujarnya yg mengusap ponselnya dan mengelusnya sayang.  Lalu ia menyimpan ponselnya ke saku jaketnya.
"Udah siap?" tanyanya lagi

Lia yang bingung dengan maksud pertanyaan Yudha menoleh ke kanan dan kiri juga kebelakang, untuk memastikan bahwa Yudha tengah berbicara dengan dirinya. 

"Gue? " tanyanya balik sambil menunjuk dirinya sendiri

"Ck, Iyalah.. Siapa lagi yg sama gue disini? " balas Yudha

Lia mengangguk kecil kemudian menatap kedua netra Yudha lagi

"Gue sih udah ya, kenapa emangnya? "

Yudha mengangguk kecil, kemudian memperhatikan Lia dari atas ke bawah. Hari ini Lia menguncir rambutnya menampakkan leher jenjangnya yang mulus. Yudha terkesiap sebentar, ia baru menyadari bahwa bahaya jika Lia menguncir rambutnya seperti ini. Matanya pun terfokus melihat legging yang terpasang apik di kaki kecilnya.

"Pake celana nih?" tanyanya sambil tersenyum manis
Lia mengangguk kecil sambil tersenyum,

"Kan kemaren gue udah bilang kalau gue berangkat sama Baim pasti bawa celana dulu ntar di deket sekolah turun buat ganti pake rok" jelasnya riang.

Ntah kenapa tiba-tiba Lia merasa senang bertemu Yudha pagi ini. Yudha terkekeh mendengar penjelasan Lia.

"Udah siap? Kok tasnya belum ada? Ambil dulu gih terus ayo berangkat" ujar Yudha yang mendorong Lia kearah rumah.

Lia bingung, maksudnya apa? Lia berangkat sama Yudha?

"Wait wait wait" Lia berhenti dan menahan Yudha agar tidak mendorongnya ke arah rumah
"Maksudnya apaan dah? Gue berangkat sama lo?" tanyanya bingung

Yudha mengangguk lagi dan mendorong bahu Lia untuk segera mengambil tasnya yang berada diteras rumahnya.

"Yok berangkat" ajaknya setelah Lia mengenakan ranselnya. Sedangkan Lia? Total cengoh. Ia bingung. Kenapa ia harus berangkat dengan Yudha? Kan Baim ada

"Baim nitipin elu sama gua. Nih baca aja chatnya kemaren" Yudha menyerahkan ponselnya ke Lia.

Dosa Sebesar Beruang

Quando Cado e AmoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang