Placebo

1.5K 125 153
                                    

LET'S START

Note: semua scene adalah hasil karangan semata dan terkasang tidak sesuai dengan fakta terutama bagian yang menyangkut medis.

----

Lay memasuki ruangan operasi. Menghampiri Minho yang saat itu juga tengah mencuci tangannya.

"Minho-ya, Gwenchana?"

Minho tersentak kecil ketika Lay memegang pundaknya.
"Eoh, Hyung kau di sini?!"

"Eum, aku akan ikut mengoperasi Jungwoo. Kita harus menyelamatkannya bukan?"

Minho tersenyum tipis dan mengangguk. Ia menarik nafas panjang dan menguatkan hatinya sementara para perawat mengeringkan tangannya.

Menyelamatkan nyawa pasien adalah tugas dan kewajiban mereka sebagai dokter apalagi dokter bedah seperti Lay dan Minho.

Itulah yang membuat Minho sibuk selama ini. Di tugaskan di salah rumah sakit besar di China hingga sangat sulit memiliki waktu bersama keluarganya yang terpisahkan jarak antar negara itu.

Mengunjungi kedua putranya yang berada di Korea adalah hal yang ia paling tunggu-tunggu. Tapi siapa sangka ia malah menemui putra bungsunya di atas meja operasi saat ini.

"Bukan pertemuan seperti ini yang appa harapkan wuu. Bertahan ya sayang, appa di sini, semuanya akan baik-baik saja."
Begitu bisiknya di telinga Jungwoo.

Di kecupnya kening Jungwoo dan rambutnya ia elus halus. Minho segera mengusap air mata yang turun dari wajahnya, itulah yang sempat ia lakukan sebelum kini berada di ruang operasi.

Minho dan Lay mulai mengoperasi. Membelah perut Jungwoo, menghentikan pendarahan dan membersihkan rahim Jungwoo yang begitu lemah itu.

"Ugh.." Minho mengalihkan pandangannya yang mengabur karena air mata yang berkumpul di pelupuk matanya seakan berlomba-lomba untuk keluar saat itu juga.

Di depannya, Lay mencoba untuk menguatkan Minho. Operasi mereka sudah setengah jalan dan harus segera di selesaikan. "Minho-ya kau bisa melakukannya! Kau pasti bisa, harus!"

"Bagaimana kondisi pasien?" Tanya Minho pada Key yang menjadi dokter anestesi Jungwoo.

"Sampai sekarang dia masih baik-baik saja." Minho mengangguk dan kembali melanjutkan tugasnya.

"Potong" pinta Minho agar Lay memotong benang jahitnya. "Okay Cut."

Tittt tittt tittt...

"Mwoya? Apa yang terjadi?"

"Kurasa ini V-tach (ventricular tachycardia)" sahut Lay membuat Minho terkejut.

"Apa Jungwoo punya riwayat penyakit katup jantung, Minho?"

"A-aku tidak tahu."

Lay segera meletakkan jarinya di leher Jungwoo. "Aku masih merasakan denyutnya."

"Berapa tekanan darahnya?" Tanya Minho.

"75 per 80, pak."

"Kardioversi sinkronisasi. 150 Joule, lepas jubahnya!"

Para staff medis segera bergerak sesuai arahan Lay.

"Sudah terisi.."

"Mundur!.."
Minho menyingkir mempersilahkan Lay bertindak. "Shoot!"
Dada Jungwoo tersentak seiring di angkatnya alat tersebut dari dadanya.

"Kompresi!"

"Biar ku lakukan!" Key beralih menaiki ranjang operasi dan melakukan RJP/CPR pada Jungwoo.

"Satu mg epinefrin setiap tiga menit melalui infus! Berikan aku kantong Ambu!" Minho segera memberikan intubasi pada Jungwoo.

Key yang sedang memberikan CPR tampak tertegun melihat wajah pucat Jungwoo.

"Apa yang kau lakukan? LAKUKAN DENGAN BENAR!" bentak Minho pada Key.

"NE!"

"Memeriksa denyut nadi." Lay kembali menaruh jarinya di leher Jungwoo dan kembali menggeleng. "Isi hingga 200 Joule!"

Lay kembali melakukan kardioversi sinkronisasi pada Jungwoo. Dan key kembali melakukan CPR. Minho semakin menekan kantong Ambu di tangannya.

Detik-detik berlalu seakan begitu lambat di dalam ruang operasi. Helaan nafas terdengar begitu sendu di telinga.

"Jangan terlalu cepat menekan! Perhatikan jamnya! Enam detik!" Perintah Lay pada Key.

"Memeriksa denyut jantung!" Key turun dari atas ranjang operasi dan Lay kembali memeriksa denyut jantung Jungwoo.

Wajah Lay mengkerut, "Lagi, isi 200 Joule!"

"Sudah terisi."

"Mundur! Shoot! Compression!"

Kali ini Minho menyerahkan kantong Ambu pada perawat dan ia ganti memberikan CPR pada Jungwoo.

Peluh membasahi tubuh para dokter itu. Lay menarik nafas dalam-dalam begitupun dengan key. Minho tetap fokus memberikan compression.

Tak seorangpun menyadari jika di bawah sana, tangan Jungwoo telah terkulai lemas.

"Memeriksa denyut jantung!" Hasil yang sama masih di peroleh Lay ketika memeriksa denyut nadi Jungwoo yang terasa begitu lemah.

"Asistol!" (Asistol, ketiadaan kontraksi ventrikular)

Kompresi Minho kembali lakukan selama beberapa saat.

Sayangnya monitor tetap menampilkan garis lurus dan bunyi nyaring panjang.

Lutut Minho lemas, ia turun dari atas tubuh Jungwoo dengan tertatih. Para dokter dan perawat saling bertatapan.

Key menarik nafas panjang, "kurasa kau harus mengatakannya sekarang" ucapnya pada Minho.

Lay menatap Minho yang terdiam menatap Jungwoo.

"Pukul 14.39... pasien Kim Jungwoo meninggal dunia."














SELESAI...

PLACEBO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang