Paginya Kita

3.7K 502 168
                                    

𝖈𝖍𝖆𝖓𝖌𝖊 || 花吐き病
By koga_rei

⚠️DON'T COPY!⚠️
Otakmu dmna smpe ga bisa ngarang
cerita sndiri ha?!

Meh 🚮
———————————————————

Soryy for typos
Happy reading
*****************

Dari daerah Miyagi, kita pindah ke Hyogo. Kenapa? Karna authornya pengin :v

Oke, sekarang pemuda manis dengan surai abu-abu cerah dengan ujung hitam tengah memandangi botol dengan warna hitam putih. Mengocoknya secara perlahan, dia memperhatikan percampuran warnanya.

"Shin-chan tolong bawakan kacamata nenek"

Sedikit terkejut dia membalas tenang. "Baik nek" meletakan botol ke meja belajarnya dan berdiri untuk mengambil kacamata sang nenek di ruang tengah.














***

"Kita-san bisakah aku menjadi anak tunggal?"

"Anak tunggal?" surai abu-abu tua mengangguk lemas

"Kenapa?"

"Aku sudah cukup lelah dengan sifat jamet Atsumu~. Mending kalo ngejametnya cma di sekolah, tadi dia ngejamet di tempat karaoke. Mana ngoda istri pemiliknya lagi. Kan jadi diusir!" lihat bahkan dia merengek, seperti anak kecil yang melaporkan suatu masalah pada ibunya dengan bibir mengerucut lucu.

Mengangkat alisnya binggung dia bertanya. "Tapi dia kakakmu?"

"Tidak! Aku yang kakak!" matanya melotot tak trima saat si jamet mendapat gelar kakak dari kaptennya.

"SAMUUU~ YUHUUU!!!! ADEK TERZEYENG!!! KAKAKMU YANG GANTENG DATENG MENJEMPUTMU!!!!"

Kalian pahamkan yah dia siapa_-

"Gw yang kakak anjim! Udh humu incest penuh dosa lagi! Pergi lu manusia hajanam!"

"DEK GITU BANGET AMA ABANG!!!"

"Gw anak tunggal" ucapnya datar, tak tau saja jika si tuan rumah tengah memperhatikan mereka dengan pandangan datar dan aura mencekam.

Singkat cerita mreka terkena ceramah dengan durasi 25 menit. Masih mending dari pada tiga setengah jam seperti waktu itu. Batin mereka meringis membayangkan tiga setengah jam harus duduk mendengarkan siraman rohani Kita Shinsuke.

"Gomen Kita-san. Aku tak akan mengulanginya" singkat cerita mreka terkena ceramah dengan durasi 25 menit. Masih mending dari pada tiga setengah jam seperti waktu itu. Batin mereka

"Bukan aku, tapi kami" si surai kelabu membenarkan

"Hahh oke, sekarang pulanglah"

Dengan cepat si kembar Miya berdiri dan memberi tanda hormat dengan tangan kanan terkepal di dada dan tangan kiri menekuk ke belakang.

"Siap ma!" yang dibalas tatapan datar tuan rumah.



***
"Shin-chan tadi Osamu dan Atsumu ya?"

"Benar nek"

"Hee~ mereka sudah besar rupanya"

'Ya iyalah, dikata mau jdi bocil terus gitu?!' tenang itu bukan suara hati Kita ko, itu suara hati author yg emng adabnya ketinggalan di rel kereta.

"Iya nek. Nenek butuh sesuatu? Biar Shin yang ambilkan" tawarnya dengan tersenyum lembut.

Aduh ga tau apa klo authornya lg senyam senyum gemes gaje sndirian di rumah yg sepi ini.

𝙲𝚑𝚊𝚗𝚐𝚎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang