Mohon maaf, ada beberapa bagian scene yang dirubah. Dan beberapa ada yang dihapus. Tapi insya allah gak mengubah inti dari cerita.
"Kemana perginya yang menghilang ?
Tak kutemukan di sebuah hamparan ilalang.
Atau aku yang salah berpijak ?
Hingga tak sampai menuju puncak.
Kabut semalam turun bersama dingin
Ia bergandengan walaupun tak ingin
Purnama tak tega melihatnya
Dapat cindera mata diruang hampa
Sepahnya belum, sapanya terbang
Terdengar suara di kejauhan
"Ini himawan?"
Ooo, sudah senja rupanya
"Saban hari aku di puncak gunung" katanya.
"Kutitipkan tanamanku kepadamu, ia bersahabat dengan dingin"Belaian angin menerpa wajah-wajah penuh harapan. Ia membawa doa-doa yang terbesit di dalam sanubari yang terisi sesak oleh kepiluan. Rambut panjang itu terbelai angin dengan asap rokok yang kian menampar wajahnya.
Ia terduduk memandangi pepohonan yang menari riang tanpa perduli perasaan lelaki yang sedang merasa putus asa. Di sebelah kiri dan kanannya terlihat beberapa orang yang sedang memancing ikan sambil menunggu dengan sabarnya. Lalu lalang kendaraan dari arah belakang melaju dengan bisingnya, namun hal itu tak membuat perasaannya ramai yang sedari pagi merasakan sunyi.
Ini sore hari yang sangat cerah, namun tidak dengan hatinya yang sangat gelap. Ia berjalan dengan melewati bebatuan yang kasar. Ia sampai di sebuah warung untuk memesan secangkir kopi.
Warung itu sangat sederhana, bangunannya hanya terbuat dari bilik bambu. Ada dua meja berpasangan dengan kursi dari kayu memanjang. Lelaki gondrong itu langsung duduk dan segera menikmati kopi selagi panas sambil menatap seorang kakek tua berjalan menghampirinya.
"Dari mana asal mu?"
"Tak jauh dari sini Kek, hanya sepuluh menit jika tidak macet." ujar lelaki gondrong itu.
"Wajahmu terlihat tidak baik baik saja, apa yang membuatmu terganggu?"
"Cuma lelah Kek," Lelaki gondrong itu tertunduk lalu menghisap rokok yang sedari tadi didiamkan.
"Menyatulah dengan alam, maka kau akan menemukan bahwa tanpa menyatu maka kau akan segera terhempas dari alam ini."
Lelaki itu tertegun seolah cahaya terang datang ke dalam hatinya yang gelap. Perlahan raut wajahnya mengeluarkan aura yang tak biasa.
Kakek itu pergi meninggalkannya berjalan ke arah jalan raya. Lalu ia pun pergi meninggalkan warung itu bersama semua perasaan yang sudah mengganggunya.
Baginya hidup adalah tentang meninggalkan sesuatu yang sudah tidak pantas di pertahankan, seperti halnya dengan kehidupannya saat masih berada di kampung halaman. Banyak penolakan atas dirinya yang membuat ia memutuskan pergi ke kota sebrang.
Namun, kini ia sudah mengerti atas semua yang terjadi dalam kisahnya bahwa untuk apa bertahan pada mereka yang sudah tidak mau menerima diri kita, padahal masih banyak orang yang mau menghargai kita diluar sana gumamnya.
Baginya rasa sakit adalah pelajaran paling berharga, bahwa ia datang untuk menjadi sebuah pengingat seperti yang ada dalam buku catatannya.
Kepada tuan luka
Kau hadir saban hari
Menyapa riang tanpa perduli aku yang semakin sendu
Kau merobek dada yang kian menganga
Semakin perih derita lara yang aku rasa
![](https://img.wattpad.com/cover/243625689-288-k608258.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hima & Catatan Yang Hilang [Revisi]
RomanceKehilangan adalah hal paling menyakitkan, terlebih orang yang sangat sangat disayangi. Banyak proses untuk menyembuhkan yang tak semudah memejamkan mata. Namun yang hilang bisa berganti dalam bentuk lain. Seperti dalam kisah ini, Seorang lelaki bern...