Melawan Hati

1 0 0
                                    

Hari ini menjadi hari terakhir Himawan berada di kampung. Ia bangun di pagi hari dengan hati yang perlahan mulai bangkit dari segala keterpurukan yang ia hadapi. Satu minggu lebih rasanya sudah cukup bagi Himawan untuk menenangkan hati dan mengevaluasi diri untuk kembali memulai apa yang sempat terhenti.

Sudah banyak yang Himawan dapatkan dalam perjalanan kali ini, seperti luka yang perlahan mengering, perasaan baru yang hadir mengisi kekosongan, atau pelajaran dari kesendirian yang membuatnya sadar bahwa pada akhirnya ia harus mencintai dirinya sendiri.

Sekitar pukul sembilan pagi Himawan bersiap dan merapikan semua barang bawaan kedalam ransel nya. Ibu Asih terlihat sedang menyiapkan bekal untuk di perjalanannya nanti. Sementara Viona sedang bersiap-siap untuk mengantarkan Himawan untuk menuju terminal, dikarenakan Himawan sudah memberikan motor untuk adik kesayangannya.

Di dalam kamar, Himawan memperhatikan kamar dengan seksama. Ia berterimakasih untuk yang kedua kalinya untuk tempat itu yang sudah membantunya merasa lebih baik. Menyembuhkan luka banyak caranya, seperti yang dilakukan Himawan di kamar ini untuk menulis banyak tentang perasaannya yang menjadikannya lebih mengurangi beban hatinya.

Tak lupa, Himawan melihat lagi kotak cincin yang sebelumnya ingin berikan kepada Syena walau cincin ini gagal aku selipkan di jarimu, tapi masih banyak jari yang bisa dijadikan tempat cincin ini bermukim gumamnya.

Semua sudah siap, Himawan berpamitan kepada Bu Asih sambil berpelukan, sementara Viona sedang memakai sepatu di teras. Setelah berpamitan, Himawan langsung menaiki motor lalu disusul Viona. Himawan melambaikan kepada ibu lalu motor mulai berjalan.

Perjalanan menuju terminal tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar duapuluh menit dari kampung. Diatas motor, Himawan dan Viona berbincang soal nanti mereka akan berlibur bersama jika sudah waktunya tiba. Dan tak lupa, Himawan memberikan nasihat dan saran agar adiknya itu tidak berlarut lagi dalam kesedihan yang panjang.

Tak terasa mereka sampai di sebuah terminal yang cukup ramai, bus dan mobil tiga perempat sudah banyak terparkir disana.

"Kak Hima berangkat dulu ya, cantik," Ujar Himawan sambik mengelus kepala Viona

"Iya Kak, hati-hati dijalan, dan jangan lupa kabari kalau udah sampai ya, ibu pasti menunggu kabar dari Kakak."

"Siap grak! Kamu jaga Ibu ya, nanti pasti kakak pulang kalau ada waktunya."

"Siaaaap, beres, Kak" Viona memberikan gerakan hormat.

Setelah Viona pergi, Himawan langsung menuju pembelian tiket untuk sampai menuju kota. Sambil menunggu bus berangkat. Himawan terduduk untuk sekedar menikmati sebatang rokok dan kopi yang sudah ia pesan.

Himawan diselimuti perasaan campur aduk, ia seperti sudah siap untuk menantang kehidupan yang sebelumnya sudah ia tinggalkan. Namun ia meyakinkan diri, bahwa ia harus mencoba menghadapi segala ketakutan itu dengan matang dan dengan hati yang sudah mulai terbuka.

Sudah sepuluh menit menikmati suasana, menurutnya, terminal adalah tempat tersenang dan tersedih dimuka bumi. Karna ada beberapa orang yang melepas rindu dengan seseorang untuk bertemu, atau bahkan ada yang pergi melepas seseorang. Beberapa menit kemudian terdengar suara pengumuman bahwa bus akan segera berangkat, lalu Himawan segera menghabiskan kopi dan mematikan rokoknya.

***


Hari ini, Syena menuju ke salah satu toko kue untuk mengambil pesanan kue. Karna kebetulan hari ini adalah hari ulang tahun Yodi kekasih tercintanya. Syena yang sedari tadi sedang bersiap dan berdandan cantik akhirnya beranjak pergi dengan sedikit berpamitan kepada Mama dan Papanya yang sedang menyiram bunga di taman belakang rumah.

Hima & Catatan Yang Hilang [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang