So, you want me to stay or leave?
-ArshakaTerlalu sunyi, bahkan ia bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Karena sendirian diruangan kecil ini, ia merasa lebih dingin dan suasanya benar-benar menyeramkan. Dibalut pakaian Rumah Sakit juga selimut putih tipis yang menutupi setengah kakinya, ia menyeret kain tipis itu ketepi jendela, dia juga menyeret kursi yang seharusnya diduduki seorang teman bicaranya lalu duduk diatasnya sambil mengamati potret Rumah Sakit dari balik kaca.
Pemandangan yang tersuguhkan bukan pemandangan yang bagus juga sebenarnya, bukan juga jalanan yang padat kendaraan, jendela ini justru menyorot pintu masuk unit rawat anak dimana kini ia tengah berada. Diruangan paling ujung dari unit ini, berbelas-belas kamar bersekat dari kamar adiknya.
Shaka menghela nafas panjang, benar-benar sepi. Hanya ditemani tangis bocah 9 tahun yang sedang digendong Ayahnya karena terserang DBD, lalu anak lain sedang ditimang disudut lain dari pemandangannya. Orang tua yang baik.
Shaka bosan sekali di sini, tidak bisa tidur karena setiap ia berusaha menutup kelopak matanya, ia akan dihantui rasa khawatir tentang banyak hal.
Ada miliaran manusia di dunia ini, tapi kenapa ia sendirian?
Ayolah, besok dia akan memberikan adiknya kesembuhan, apa tidak ada imbalan yang setimpal dengan pengorbanannya? Shaka mulai merasa iri. Bagaimana bisa ia ditinggalkan diruangan sempit ini sendirian dengan hanya dibekali janji. Mama berjanji akan mengunjunginya bila Rayyan sudah tertidur. Tapi ini sudah lewat jam 12 malam. Apa Rayyan kumat lagi?
Dring!
Bunyi pesan masuk akhirnya membuyarkan ekspektasi yang Shaka rajut dalam bayang-bayang malam, membuatnya segera beranjak dan menemukan pesan Mahen menjadi pop up teratas percakapannya.
Bang Mahen
Lo jadi operasi?
Besok ya?
Iya, besok di RS Riadi.
Boleh datang?
Bolehlah. Gue dikamar 101A, paling ujung.
Pojok amat.
Hehe.
Btw, gue lanjut kuliah di London.
I'd Love if you want to be my roommate.
Ga ngerti. tp i Love you too, hehe
Gue juga gatau itu udah Bener apa belum lol. Sok sokan aja.
Yes. I'm fine and you?
Ck. Maksud gue, gue mau kok kalau lo mau masuk univ yang sama kayak gue.
Tapi bang mahen gak pingin liat gue lagikan. Kok tbtb sih?
Bohong, bercanda gue. Jangan baper apa.
Btw tidur, udah tengah malam. Katanya besok operasi.
Gamau tidur. Telpon bisa ga bang?
Skip, tidur. Gue mau offline. bye.
Lah, bang??
"Beneran off dia," gumamnya.
Shaka menghela nafas lagi. Mahen benar-benar meninggalkan ruang obrolan mereka, sedangkan Shaka masih belum bisa memejamkan mata.
Akhir-akhir ini hubungannya dengan Gibran agak menjauh, cowok itu terlihat lebih sering menghabiskan waktu dengan kumpulan anak kelas 12 di kantin luar sekolah, tempat barunya merokok bersama para kumpulan anak-anak bandel. Tapi tetap saja Shaka tidak bisa berhenti mengkhawatirkan cowok berkulit hitam manis itu. cowok itu terlihat lebih kurus dan jadi lebih banyak mengumpat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaka's Ending ✔
Подростковая литератураShaka tidak pernah meletakkan kepentingannya di atas kepentingan orang lain. Shaka bahkan tidak memiliki rapalan do'a yang ingin di sampaikan pada Tuhan untuk dirinya sendiri. Mungkin itu sebabnya Arshaka kehilangan jati dirinya sebagai seorang anak...