02: pembuat masalah yang gagal mengacau

161 29 3
                                    

Benang kusut ini tercipta tiga bulan yang lalu. Saat entah untuk keberapa kalinya dalam bulan itu, Seungyoun dan Sangyeon ketahuan bertukar peran oleh ibunya. Perempuan paruh baya itu menghela napas dan memandang keduanya dengan lelah. Ingin marah pun, beliau tahu jawaban apa yang akan didengarnya. Anak tertuanya akan selalu membela kembar yang lebih muda karena terlalu menyayanginya.

Peran yang selalu melindungi yang entah sejak kapan Seungyoun ambil, karena merasa menjadi lelaki paling tua di keluarga mereka yang tidak lagi utuh. Sosok lelaki yang seharusnya mereka panggil ayah memilih orang lain dan meninggalkan mereka berempat. Perempuan yang menjadi mantan istri; kembar identik Seungyoun serta Sangyeon; serta anak perempuan termuda yang minim ekspresi serta bermulut tajam, Lea.

"Sangyeon, ibu sudah lelah dengan semua sikapmu," akhirnya perempuan itu mengatakan hal yang sebenarnya dirinya tahu tidak akan begitu berpengaruh kepada anak tengahnya itu dan hanya bisa menghela napas. Mendapati Seungyoun yang menatapnya dengan perasaan bersalah, lalu melanjutkan perkataannya yang menggantung, "serta kali ini ibu tidak bisa menoleransi sikapmu lagi. Mungkin ada baiknya ibu menerima tawaran perjodohan keluarga Han kepadamu, Sangyeon."

"A-apa? Perjodohan!" Sangyeon memekik tidak percaya dan menatap ibunya horor. "Aku tahu ibu marah kepadaku karena meminta Seungyoun menggantikanku bertemu dengan dosen pembimbingku, tetapi berani sumpah aku mengerjakan tugas akhirku sendiri!"

"Kak Sangyeon tidak sopan. Memanggil kak Seungyoun tanpa kata kak," entah sejak kapan Lea bergabung dengan mereka karena perempuan yang menjadi anggota termuda di keluarga ini seringkali tidak terdeteksi kedatangannya mau pun kepergiannya. Mirip jelangkung, meski kalau didengar oleh adiknya, bukan tidak mungkin yang mengatakan itu akan mendapatkan lemparan sebelah sepatunya, "serta aku setuju dengan ibu. Jangan karena kak Seungyoun sering bekerja dari rumah, kak Sangyeon terus memanfaatkannya."

"Aku tidak memanfaatkan Seungyoun!"

"Sangyeon, panggil Seungyoun dengan kakak!" tegura ibunya membuat lelaki itu terdiam. "Ibu tidak mau mendengar protesanmu. Kali ini kamu telah melewati batas, Sangyeon dan perjodohan adalah konsekuensimu."

Sangyeon mendengar perkataan-perkataan yang memojokkannya, menggeram kesal. "Aku tidak akan mau dijodohkan!"

Setelah itu Sangyeon pergi dari area ruang tamu dan Seungyoun ingin mengejar kembarannya itu, tetapi langkahnya ditahan oleh Lea. Membuat Seungyoun ingin meminta untuk dilepaskan, tetapi adiknya yang biasanya jarang sekali berekspresi, kali itu tampak sedih dan membuat Seungyoun merasa bersalah. Membuatnya kembali duduk di sofa, mendengar helaan napas panjang ibunya dan Lea perlahan melepaskan genggaman tangannya dari lengan Seungyoun.

"Seungyoun, belajarlah untuk mengatakan tidak untuk kembaranmu," teguran itu membuat Seungyoun tidak bisa mengatakan apa pun. Apalagi dengan tatapan lelah ibunya yang membuat Seungyoun menundukkan kepalanya, tidak berani memandang perempuan yang melahirkannya, "ibu tahu kamu berusaha untuk mengambil peran melindungi Sangyeon dari jahatnya dunia. Namun, sikapnya yang selalu membuatmu menyelesaikan masalahnya itu tidaklah benar, Seungyoun."

"Maaf, ibu."

"Maaf kak Seungyoun tidak pernah ada gunanya," perkataan Lea itu membuat Seungyoun menoleh kepada adiknya yang tengah menatapnya, lalu kemudian menghela napas, "kalau pada akhirnya kakak akan mengulanginya lagi, simpan kata maaf itu. Jangan membuat maaf menjadi tidak berharga jika diucapkan olehmu, kak Seungyoun."

Seungyoun tidak bisa membantah, karena apa yang dikatakan oleh dua perempuan yang berharga di kehidupannya adalah benar. Namun, Sangyeon melarikan diri dari rumah selama beberapa hari karena marah atas perkara dirinya dijodohkan dan tumben sekali ibunya tidak terlihat khawatir dengan keberadaan kembaran Seungyoun. Seolah sudah menduganya, padahal jika di keadaan biasa ibunya akan sibuk mencari keberadaan Sangyeon yang tidak ada kabarnya di atas jam 9 malam.

Di hari kesepuluh, Sangyeon pulang ke rumah dengan wajah masam dan masuk ke kamarnya tanpa kata. Seungyoun baru tahu kepulangan adik kembarnya saat pulang dari studio fotonya yang berada dua blok dari rumahnya. Itu juga karena Lea memberitahukan lewat aplikasi pesan kalau Sangyeon pulang sejak jam 10 pagi dan sampai sekarang belum makan (yang mana pesan yang diterimanya menunjukkan jam 9 malam).

Membuat Seungyoun mengetuk pintu kamar Sangyeon, lalu mendengar, "masuk aja, Seungyoun."

Saat membuka pintu dan mendapati kamar Sangyeon yang berantakan. Membuat Seungyoun mengkenyit karena kembarannya itu tidak suka membuat berantakan kamar, lalu membuatnya mendapatkan kesimpulan kalau Sangyeon mungkin sehabis mengamuk dan tidak membereskan perbuatannya.

"Kenapa lo tahu kalau gue yang ketuk pintu?"

"Karena di rumah ini orang yang akan dilemparkan untuk menanganiku yang sedang kesal adalah kamu."

Seungyoun mendengarnya hanya tersenyum dan duduk di samping Sangyeon di pinggir tempat tidurnya. Membuat Seungyoun memperhatikan salah satu dinding kamar kembarannya dan menyadari warna cat kamar ini telah berubah dan dinding yang digunakan untuk menghadap ke meja belajar Sangyeon sekarang ada grid wall berwarna hitam yang ditempeli oleh berbagai gambar watercolor buatannya mau pun foto polaroid yang entah diambil kapan yang memperlihatkan fotonya atau pun Seungsik.

"Sangyeon, mau makan apa?" Seungyoun memutuskan untuk tidak lebih lanjut mengamati apa yang dipasang di grid wall dan menatap Sangyeon. "Kalau kamu mau, aku bisa masakin atau mau beli...."

"Please janji satu hal ke aku," Sangyeon sengaja menyela perkataan Seungyoun yang membuat perasaannya tidak enak, "kalau misalnya aku sampai berakhir dengan anak keluarga Han, kamu gantiin aku sampai bercerai."

"A-apa?! Lo gila, Sangyeon!"

"Aku juga tidak mau seperti ini!" Sangyeon mengacak rambutnya, lalu menundukkan kepalanya. "Itu hanya kemungkinan terburuknya. Aku bakalan berusaha untuk membuat anak keluarga Han tidak menyukaiku, jadi kamu tidak perlu sampai bertukar tempat denganku."

"Tapi ibu...."

"Aku janji ini terakhir kalinya," Sangyeon mengangkat kepalanya, lalu menatap Seungyoun dengan frustrasi, "aku tidak ingin hari itu terjadi, tetapi kalau sampai terjadi, tolong gantikan aku dan buat anak keluarga Han menceraikanku."

"Sangyeon, bukannya kamu paling membenci perceraian?" Seungyoun akhirnya bisa menyuarakan pikirannya. "Kita adalah contoh keluarga yang tidak sempurna karena perceraian ayah dan ibu. Jangan membuat ibu sedih dengan diri lo bercerai."

"Itu hanya kemungkinan terburuk, kak!" Sangyeon kemudian menghela napas. "Aku akan berusaha membuat anak keluarga Han tidak menyukaiku dan pernikahan tidak akan terjadi."

"Memangnya ibu mau menikahkan kalian?"

"Oh, kurasa ibu belum memberitahukanmu," Sangyeon mengambil HP-nya, lalu memperluhatkan log pesan dengan ibunya. Membuat Mata Seungyoun terbuka lebar, kemudian menatap Sangyeon dengan kasihan, "biasanya aku benci dengan tatapan kasihan, tapi kali ini aku memang perlu dikasihani."

Setelah pembicaraan malam itu, Seungyoun pikir Sangyeon bisa melakukan rencananya untuk mengacau seperti biasanya dan berakhir tidak menikah. Namun, dugaannya salah karena seminggu setelah Sangyeon di wisuda (yang terhitung telat karena kebiasaannya yang suka bermain-main), tiba-tiba saja rumah mereka kedatangan tamu yang merupakan keluarga besar Han. Seungyoun tadinya sempat salah dikira Sangyeon, tetapi ibunya dengan cepat memperkenalkannya sebagai kakak kembarannya dan membuat keluarga Han memujinya benar-benar identik.

Biasanya, Seungyoun mendengarnya hanya tertawa. Hari itu, dia merasakan jantungnya berdebar tidak karuan. Bukan karena terpesona dengan ketampanan anak keluarga Han yang dijodokan kepada Sangyeon, tetapi mengingat perjanjiannya kepada Sangyeon jika hari ini tiba, maka dirinya akan bertukar peran untuk terakhir kalinya kepada kembarannya itu. Genggaman tangan Lea yang mengerat di tangannya membuat Seungyoun menoleh dan melihat Lea yang menatapnya dengan khawatir.

"Kak, jangan melakukan hal bodoh," gumaman Lea yang selalu bisa ditangkap oleh telinganya. Membuat Seungyoun hanya bisa tersenyum, "tolong untuk kali ini aja kakak bilang tidak."

Sayangnya Seungyoun tidak bisa melakukannya jika itu berhubungan dengan Sangyeon. Lagipula ini untuk terakhir kalinya dan untuk menyelamatkan kembarannya dari pernikahan yang tidak membuatnya bahagia.

Ambush on All Sides | Seungzz [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang