08: saat terdesak, sifat asli seseorang akan keluar

107 19 1
                                    

Meski hal yang dikhawatirkan Seungyoun selama berbulan madu tidak terjadi (setidaknya mereka tidak berhubungan seksual, meski ciuman di malam terakhir itu adalah sebuah kesalahan), tetapi semua usaha Seungwoo untuk menyenangkannya justru membuatnya semakin frustrasi. Jadi saat mereka kembali ke kota yang mereka tinggali dan sendirian di rumah karena Seungwoo berangkat kerja, Seungyoun langsung menelepon Sangyeon.

"Datang ke rumah, sekarang. Gue mau kembali sebagai Seungyoun."

"Tapi kesepakatannya kita baru kembali bertukar posisi kalau kamu berhasil bercerai dengan Seungwoo!"

"Hei, lo pikir gue tidak perlu bekerja? Gue punya banyak klien yang harus diurus." Seungyoun berbohong sebenarnya, tetapi dia harus keluar dari jarak pandang Seungwoo secepatnya. "Memangnya lo punya kemampuan menggambar gue? Memangnya lo bisa dipercaya untuk mengurus studio gue selama ditinggal pergi seminggu? Gue bahkan bertaruh kalau lo tidak ingat untuk membersihkannya."

"Aku membersihkannya setiap hari! Tanya Seungsik kalau tidak percaya."

"Gue gak peduli. Gue mau kembali as Seungyoun."

"Aku tidak mau! Pasti setelah ini aku harus berhadapan dengan lelaki asing yang menggunakan kuasanya untuk menikahiku dan memaksaku untuk melayaninya. Hell no!"

"Lo bahkan belum mencoba dan sudah menyimpulkan sendiri." Seungyoun melengos. "Gue bakalan ke studio dan lanjut kerja sama Seungsik. Terserah lo mau kemari atau tidak, tapi kalo sampe Ibu marah karena lo gak mau pulang ya bukan urusan gue."

"Tapi gue sekarang Seungyoun, bukan Sangyeon!"

"Dan menurut lo, ibu gak bisa bedain kita berdua?" Seungyoun menatap dinding rumah Seungwoo yang masih putih polos, tidak ada hiasan apa pun karena katanya, ini rumah baru dibelinya karena sudah menikahi Sangyeon. "Gue udah telpon ibu dan bilang kalau lo sampe gak mau pulang ke rumah kak Seungwoo dengan kemauan sendiri, beliau akan jelasin perbedaan kita agar dia tahu bedanya Seungyoun dan Sangyeon."

"Sumpah, kamu brengsek, Seungyoun! Aduh ... Siki kenapa kamu lempar kepalaku dengan buku gambar sih?! Iya aku lagi nelpon Seungyoun dan dia breng ... woi aku kenapa jadi ditabok?!"

Seungyoun mendengarnya hanya tertawa, lalu sambungan telponnya diputus secara sepihak. Membuatnya menghela napas memandangi sekitarnya, lalu ke kamar untuk mengambil tas selempangnya yang berisi dompet serta kotak kecil yang berisi obat-obatannya. Karena dua hal itu adalah yang paling terpenting untuk Seungyoun dan memandangi kamar itu untuk terakhir kalinya.

"Kak Swoo, maaf ya gue bohongin lo," Seungyoun tahu mengatakan hal itu hanya didengar oleh tembok yang tidak bisa meresponnya kembali, "Tapi gue sudah membawakan pengantin lo yang sebenarnya. Gue harap, lo enggak kaget karena sikapnya yang berbeda dari sebelumnya."

Seungyoun melangkah pergi, mengunci pintu rumah dan pergi ke studionya yang disewa bersama Seungsik. Sebenarnya daripada studio, lebih tepatnya mereka menyewa satu ruangan besar di lantai atas sebuah kafe dekat dengan rumah Seungyoun. Pemilik kafenya fans gambar Seungsik dan saat mereka tengah nongkrong sembari membicarakan tempat yang bisa disewa sebagai studio gambar, dia menawarkan lantai atas ruko kafenya yang tidak terpakai.

Meski Seungyoun bukanlah bodoh dengan tatapan tidak suka yang didapatkannya karena cukup banyak menghabiskan waktu bersama Seungsik. Padahal Seungyoun ingin berkata mungkin dia memiliki kesempatan dengan Seungsik karena pernah berkata kepadanya kalau memiliki seseorang yang disukai dan dirinya mengenalnya. Seungyoun bukan tipikal yang penasaran, jadi tidak begitu ingin menduga-duga siapa yang dimaksud oleh Seungsik waktu bercerita kepadanya.

Ambush on All Sides | Seungzz [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang