"Kemana aja sampai baru muncul sekarang?!" Seungyoun tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Kalau ada yang bisa dibilang untung, Seungwoo sudah tidak ada di rumah karena telah berangkat bekerja karena ini hari Senin. Sangyeon menatap Seungyoun dengan tatapan datar dan membuatnya ingin memukul kembarannya itu. Amarah yang Seungyoun tidak pernah pikirkan akan eksis untuk kembarannya yang selama ini paling disayanginya itu.
"Pergi." Sangyeon menjawab tanpa rasa bersalah. "Jadi, bagaimana? Apa kami akan bercerai dalam waktu dekat?"
"Urus sendiri, gue tidak mau tahu lagi!"
Sangyeon menatap Seungyoun, kemudian menghela napas. "Aku rasa, kamu telah melakukan sesuatu yang melewati batasan."
"Diam!"
Sangyeon menghela napas dan menyerahkan semua identitas serta dompet Seungyoun. Membuat Seungyoun mengkernyit karena rasanya aneh sekali Sangyeon mau menyerah semudah ini. Karena Seungyoun pikir dia akan bertengkar dan mungkin akan melayangkan satu atau dua pukulan ke wajah masing-masing lantaran kekeras kepalaan Sangyeon. Jadi melihatnya seperti ini tentu membuat Seungyoun merasa aneh.
"Kalau kamu tidak bisa melakukannya, aku saja yang melakukannya," Sangyeon menatap Seungyoun, "Aku akan kembali dan mengurus semuanya dari sini. Seharusnya sejak awal ini yang aku lakukan dan bukan membuatmu yang melakukannya."
Seungyoun ingin mengatakan sesuatu, tetapi suara benda yang terjatuh membuat keduanya menoleh. Seungyoun memucat, sementara Sangyeon memandang dengan datar. Di sana ada Seungwoo, dengan wajah memerah yang bisa Seungyoun duga karena menahan amarah. Seungyoun mengambil semua barangnya yang Sangyeon letakkan di atas meja dan berjalan mendekati Seungwoo. Tadinya dia ingin meminta maaf kepada lelaki itu, tetapi kemudian Seungyoun rasa dirinya tidak akan termaafkan.
Jadi akhirnya dia berjalan melewati Seungwoo begitu saja. Saat keluar dari rumah, Seungyoun hanya bisa menghela napas panjang. Namun, saat memandang ke depan rumah, dia melihat Seungsik yang tengah berjongkok di dekat pagar dan saat Seungyoun berjalan mendekatinya, dia melihat lelaki itu tengah memberikan makan kepada kucing.
Hal yang sangatlah seorang Seungsik lakukan, sekaligus membuat Seungyoun mengernyit karena tidak menduga akan melihat lelaki itu di sini.
"Dia sudah pulang," Seungsik sepertinya sadar keberadaan Seungyoun dan tidak memandangnya, karena tengah mengusap kepala kucing yang diberinya makan. Kemudian, Seungsik berdiri dan barulah memandang Seungyoun, "Mau ke studio dan kerja sampai pingsan atau pergi ke tempat biasa untuk menangisi keputusan bodohmu?"
Seungyoun mendengarnya berusaha tertawa, meski rasanya tawa yang didengarnya terasa palsu. "Lo gini banget ngasih pilihan?"
"Aku tahu kamu, Youn. Kamu sekarang enggak baik-baik aja."
Seungyoun tidak mengatakan apa pun dan mengikuti langkah Seungsik. Tidak lama kemudian, mereka pergi dari rumah yang selama beberapa waktu menjadi tempat tinggalnya bersama suami dari kembarannya.
Seharusnya dia tahu bahwa saat semuanya terbongkar, maka perannya telah selesai.
Seungyoun harusnya tahu kalau dirinya pasti dibenci oleh Seungwoo karena membohonginya selama ini karena bertukar peran sebagai Sangyeon.
Seharusnya, Seungyoun bisa mengendalikan dirinya untuk tidak melewati batas pada hari itu dan tidak menangis di boncengan Seungsik. Membuat mereka memancing banyak perhatian dan menyebabkan laju kendaraan mereka terhenti karena polisi yang menepikan keduanya lantaran tangisnya Seungyoun.
Sementara sepeninggalan Seungyoun yang tanpa penjelasan dan Sangyeon yang tampak merasa tidak bersalah, Seungwoo benar-benar tidak tahu harus merasakan emosi yang seperti apa saat ini. Akhirnya semuanya menjadi jelas tentang Seungsik yang tidak berada dalam data diri Sangyeon yang diberikan oleh detektif yang disewa Seungwoo.
Karena sejak awal yang bersamanya adalah kembaran lelaki itu, bukan Sangyeon.
"Kenapa...?" Seungwoo rasanya ingin marah dan berteriak memaki, tetapi berusaha menekan amarahnya karena tahu jika membiarkan amarahnya yang berjalan maka dirinya tidak akan mendapatkan jawaban apa pun. "Sejak kapan ... kalian melakukan ini?"
Sangyeon menatap Seungwoo sinis. "Kenapa, katamu?" Kemudian yang dilihat Seungwoo adalah lelaki itu mendengkus. "Aku yang harusnya bertanya kenapa kamu begitu keras kepala ingin menikahiku saat aku tidak kenal denganmu?! Aku jelas menolak keberadaanmu sejak awal!"
"Aku...."
"Kamu manusia paling egois yang pernah aku kenal."
Setelahnya, Sangyeon berjalan ke arah Seungwoo. Tepatnya, dia berjalan keluar rumah dan dengan sengaja menabrakkan bahunya kepada Seungwoo. Dia ingin kembali ke rumah Ibunya dan setidaknya Sangyeon harus tahu hal apa yang telah Seungyoun lakukan selama menggantikannya bersama Seungwoo. Tentu Ibunya akan marah melihat keberadaannya dan adiknya juga pasti tidak menyukai kehadirannya.
Namun, sejak kapan keluarganya paham dengan hal yang Sangyeon lakukan? Semua orang selalu menganggap Seungyoun sempurna dan Sangyeon adalah definisi semua keburukan yang menjadi satu.
Apakah sebegitu sulitnya mengharapkan seseorang bisa memahami dan menemukan perbedaan mencolok antara Sangyeon dan Seungyoun tanpa perlu diberitakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambush on All Sides | Seungzz [✓]
FanficSeharusnya Seungyoun tahu batasan untuk mengiyakan pertukaran peran menjadi Sangyeon untuk hidup bersama suami kembarannya, Seungwoo. DISCLAIMER: • X1 Fanfiction [Seungzz] • Untuk monthly fanwork Hanchozone bulan November #PetrichoRsszVember • Multi...