Hari ini adalah hari terakhir mereka sebelum kembali ke kota asal dan menjalankan rutinitas yang biasanya dilakukan. Meski karena telah menikah, ada beberapa hal yang harus berubah, karena bohong kalau setelah menikah tidak ada yang berubah. Karena saat memutuskan untuk memulai kehidupan bersama orang lain, ada ha-hal tertentu yang harus disesuaikan bersama untuk membuat satu sama lain merasa nyaman.
Meski Seungyoun tidak tahu tahu urusan ini, karena jelas ini bukanlah untuknya dan begitu pulang, yang diinginkannya adalah meminta identitasnya kembali kepada Sangyeon.
"Sangyeon," panggilan itu membuatnya menoleh dan Seungwoo tersenyum kepadanya, "Hari ini mau ke mana?"
"Terserah kakak aja."
"Dari kemarin kamu selalu mengikuti yang aku rencanakan. Memangnya kamu tidak ingin pergi ke suatu tempat?" Pertanyaan Seungwoo itu membuatnya terdiam. Karena sebenarnya dia ingin pergi ke suatu tempat, tetapi itu sangatlah bukan Sangyeon. Seperti sadar bahwa dirinya tengah memikirkan satu tempat, Seungwoo mengenggam sebelah tangan Seungyoun dan membuatnya menatap lelaki itu. "Katakan saja kamu mau ke mana, aku akan membawamu ke sana."
"Sebenarnya, ada satu tempat yang ingin aku kunjungi sejak pertama kita sampai kemari."
"Oke, kita bisa ke sana."
"Tapi...," Seungyoun memandang Seungwoo dengan tidak yakin, "Apa kakak benar-benar mau ke sana? Tempatnya membosankan."
"Memangnya kamu mau ke mana sampai mengatakan membosankan? Museum?"
"Museum sudah pernah aku datangi waktu pergi bersama Siki." Seungyoun mengumamkan ini, tetapi tidak sadar kalau gumamannya di dengar Seungwoo dan tidak sadar pula ada perubahan ekspresi dari lelaki itu. "Aku ... mau ke perpustakaan daerah yang ada di sini." Namun, karena tidak kunjung mendapatkan respon dari Seungwoo, kemudian Seungyoun merasa keinginannya tidak akan bisa terwujud. "Gak bisa ya? Gapapa, kak. Tempat itu memang membosankan dan aneh banget orang bulan madu malah ke sana."
"Aku belum bilang apa-apa, Sangyeon."
Sangyeon tidak akan mungkin mau pergi ke tempat seperti itu. Bahkan rasa-rasanya dia sampai sekarang belum kunjung selesai mengurus skripsinya karena malas membaca buku dan paper penunjang karya tulisnya.
"Kakak diam, jadi aku pikir kakak tidak mau."
"Aku diam hanya kepikiran tentang temanmu yang bernama Siki itu." Perkataan Seungwoo itu membuat Seungyoun menoleh ke arah lelaki itu. "Dia pasti sangat dekat denganmu sampai kalian bisa pergi liburan bersama kemari."
"Kami kemari juga karena waktu itu menang undian dari bungkus coklat," Seungyoun tersenyum mengingat momen yang membuat mereka berdua bengong seperti orang bodoh saat didatangi pihak perusahaan coklat tersebut, "Lagipula, kami tidak berdua! Ada Seungyoun yang juga ikut karena dia bete ditinggalkan oleh Seungsik."
Sebenarnya, lebih tepatnya Sangyeon yang nekad menyusul Seungyoun dan Seungsik saat liburan kemari dan juga memaksa untuk berada di kamar keduanya. Padahal ranjang mereka cuma satu dan ditiduri oleh tiga orang sekaligus tentu rasanya menjadi sesak. Meski sampai saat ini, Seungyoun tidak tahu alasan pastinya kembarannya itu menyusul mereka.
Rasa-rasanya, Sangyeon tidak mungkin kesepian karena temannya berada di mana pun dan Seungsik hanyalah salah satu teman Seungyoun yang kebetulan dikenal oleh kembarannya.
"Seungsik? Itu nama aslinya Siki?"
"Eh?" Seungyoun sadar perubahan ekspresi Seungwoo yang tampak sebal. "Iya kak, Siki nama aslinya Seungsik. Kenapa, kak?"
"Aku iri padanya, dia sampai punya nama khusus darimu."
"Eum ... sebenarnya itu nama buatan kak Seungyoun sih," Seungyoun mencoba menjelaskan, lalu merasa bodoh sendiri karena seharusnya tidak perlu melakukannya, "Jadi kakak mau menemaniku ke perpustakaan daerah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambush on All Sides | Seungzz [✓]
FanfictionSeharusnya Seungyoun tahu batasan untuk mengiyakan pertukaran peran menjadi Sangyeon untuk hidup bersama suami kembarannya, Seungwoo. DISCLAIMER: • X1 Fanfiction [Seungzz] • Untuk monthly fanwork Hanchozone bulan November #PetrichoRsszVember • Multi...