Happy Reading!
Hukuman yang di jalani oleh Alia dkk sudah selesai, hari semakin gelap dan semua siswa selain kelompoknya sudah pada pulang semua.
"Guys maaf ya, gara-gara aku kalian jadi kena hukuman kaya gini," ucap Alia merasa tidak enak.
"Gapapa Alia, santai aja lagi pula kita-kita menikmati ini kok," ucap Tiara.
"Tapi kalian jadi gak bisa ikut pengarahan karena aku."
"Santai aja Alia, paling juga pengarahan nya membosankan, mending di hukum kaya gini seru," ucap Amel.
"Iya benar! Cuaca hari ini untungnya gak panas, jadi kita masih bisa menikmati," timpal Udin.
"Udah lah Alia, gak usah merasa bersalah kaya gitu lah, lagi pula Seniornya aja yang gak punya akhlak," ucap Raisa.
"Tapi, aku gak enak sama kalian."
"Hm, btw lo kenapa dah di bilang 'biang onar' sama senior kita?" tanya Ucup.
"Itu, kemarin aku telat, terus di hukum sama senior yang menghukum kita," ucap Alia.
"Di hukum apa?"
"Bersihin semua lapangan sekolah ini."
Mata mereka semua melebar, "Buset, serius lo?"
"Iya serius, yakali aku bohong, padahal cuman telat dikit doang."
"Yueh, benar-benar gak ada akhlak tuh senior," dengkus Raisa.
"Khem! Kalian ngomongin saya?!" ucap Senior itu tiba-tiba.
"Iya? Kenapa? Gak seneng?!"
"Etdah, jadi cewek gak boleh galak-galak neng," ucap senior yang satunya.
"Suka-suka gue lah!"
"Gimana enak hukumannya?!" tanya Senior ngeselin.
"Enak banget kak, gila!" ucap Asep.
"Iya, banget malah, jadi kita gak perlu tuh makan roti yang sudah ancur dan minum satu botol ramai-ramai," timpal Cecep.
"Lah? Aneh banget kok malah senang?"
"Seneng lah yakali engga, iya kan guys?!" ucap Raisa.
"Iya benar banget," ucap mereka kompak lalu tertawa.
"Dih, udah diam-diam! Sekarang kalian boleh pulang dan besok kalo ada kejadian seperti ini lagi, saya akan memberikan hukuman lebih parah dari ini," ucap seniornya.
"Oke, terima kasih! Btw gak ada niat minta maaf sama teman kita?" ucap Raisa.
"Minta maaf? Buat apa?" ucap bingung seniornya.
"Karena kakak sudah mempermalukan teman saya di depan semua siswa. Jadi wajib bukan untuk meminta maaf?" ujar Raisa.
"Sttt, sudah ray gak usah," ucap Alia, lalu menarik tangan Raisa pergi dari hadapan para kakak seniornya.
"Saya dan teman-teman saya permisi kak," ucap Alia. "Maafkan semua perkataan teman-teman saya ya kak, terima kasih!"
•••
Teman-teman Alia sudah berpamitan untuk pulang, tinggal Alia dan Raisa saja yang masih duduk di halte.
"Benar nih Alia gak mau bareng?" tanya Raisa.
"Iya benar," ucap Alia.
"Hm, yaudah deh, gue duluan ya tuh mobil jemputan gue udah datang," pamit Raisa.
"Iya ray, hati-hati ya!"
"Lo juga ya! Bay."
Tangan Alia melambai-lambai, "Bay Ray!"
Hari sudah semakin sore, bus sudah tidak lagi beroperasi. Tidak ada pilihan lain selain menaiki angkutan umum, namun angkutan umum juga sadari tadi tidak menunjukkan batang hidungnya.
"Gak ada pilihan lain, aku harus jalan kaki!" gumam Alia.
Di tengah-tengah perjalan, air hujan jatuh membasahi tubuhnya, "yah, hujan," ucapnya.
Lalu ia berteduh di pinggir ruko yang sudah tutup, dangan tangan yang memainkan gemercik air hujan.
Jika tidak membawa tas yang berisi buku, ia akan tetap berjalan di temani gemercik air hujan. Dia suka hujan.
Karena menurutnya, hujan salah satu cuaca yang sangat mengasikan, hujan bisa menutupi setetes air matanya, hujan tau tentang perasaan nya dan suara hujan sangat damai untuk dirinya.
Akan tetapi dia suka hujan dan tidak suka dengan petir. Bukan kah hujan dan petir selalu berpasangan? Seperti dua sejoli yang sulit akan di pisahkan.
Namum bagi Alia, petir adalah salah satu hal yang menakutkan untuk dirinya. Suara gemuru petir seperti suara ocehan orang-orang yang benci terhadap dirinya.
Tbc...
Next gak nih? Jangan lupa vote dan komen ya! Karena vote atau komen dari kalian adalah salah satu moodboster aku<3.
Oh iya! Kalo ada typo atau ada kata-kata yang salah silakan komen atau pc aku ya! Aku terima Kisarannya!
Salam author dan salam Literasi🤝
Follow IG author : @merynti02_
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Ngeselin! {END} TAHAP REVISI!
Novela Juvenil~Welcome to the Senior Ngeselin! Story~ Cerita ini berkisah tentang dua anak kembar, yang mungkin nasibnya berbanding terbalik 180°. Ya dia Amalia Candra Winata, seorang gadis pekerja keras, tangguh dan berjuang sendiri di dalam kerasnya ibu kota Ja...