Happy Reading!
"Anak tidak tahu terima kasih!"
"Anak pembawa sial! Anak tidak berguna!"
"Dari sekian banyak manusia, kenapa harus kamu yang jadi anak saya?!"
"Saya sangat amat menyesal telah melahirkan kamu ke dunia ini!"
"Kamu yang membunuhnya, kan!"
"Engga ... Mah. Engga!"
"B ..., bukan aku mah, bukan!"
Gumam dalam tidur Alia.
"Aaaarghhh!" teriaknya.
Lalu terbangun dengan deru nafas berat. Alia mengusap pipinya kasar, "Kenapa? Kenapa mimpi itu terus menerus menghantui aku! Apa salah aku?!" teriaknya kesal.
Alia duduk, dan memeluk kedua kakinya, "Aku Capek!" isak nya di dalam kegelapan. "Bukan! Bukan aku yang ngelakuin itu. Tolong ..., tolong sekali saja percaya sama aku"
"Mah, Pah. Kenapa ucapan kalian yang menyakitkan itu selalu saja teringat di dalam kepala aku? Kenapa? Kenapa harus aku Pah, Mah," ucap Alia, lalu menarik rambutnya frustasi.
Alia bangun dan berjalan menuju lemari pakaiannya, mengambil kotak hitam yang di tutupi oleh debu di atas lemari itu.
Membawanya dan di letakan di tepi kasur. Alia membuka kota tersebut, mengambil foto keluarga kecil yang sedang tersenyum bahagia.
Alia mengusap lembut foto semasa kecilnya dulu, "Kapan aku bisa berada di tengah-tengah kehangatan kalian seperti ini lagi?" ucap Alia seduh. "Apa aku bisa di peluk oleh kalian seperti di foto ini?"
Alia tersenyum miris, "Mustahil, bukan?"
"Kalo aku boleh jujur, Aku kangen banget sama kalian, Kak Rio, Kak Lina," ucap Alia sambil mengusap lembut foto Rio dan Lina. "Kalian kangen aku juga, kan?"
Alia beralih mengusap wajah Papah, Mamahnya, "Papah sama Mamah juga kangen aku, kan? Kangen bercanda dan membuatkan aku makanan enak kan, mah? Papah kangen main dengan aku kan, pah?"
Lagi dan lagi ia tersenyum miris, "Seharusnya aku membuktikan semuanya di depan kalian, kan? Pasti kalian akan percaya, bahwa kematian itu bukan karena aku. Tapi apa boleh buat? Kalian lebih percaya kebohongan dari pada kejujuran."
Alia mengusap kasar pipinya, "Sadar Alia sadar! Buat apa lo menangisi sesuatu yang seharusnya gak lo tangisi!" ucapnya. "Ingat! Lo gak usah berharap sama sesuatu yang tidak akan pernah terjadi!"
"Mereka sudah membuang lo selayaknya sampah! Jadi gak usah mengemis kasih sayang sama mereka!"
"Bangkit Alia bangkit! Tunjukkan sama mereka, bahwa lo bisa sendiri tanpa mereka!"
"Ya! Semangat aku pasti bisa!" ucapnya, setalah menampar dirinya dengan kenyataan.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Ngeselin! {END} TAHAP REVISI!
Ficção Adolescente~Welcome to the Senior Ngeselin! Story~ Cerita ini berkisah tentang dua anak kembar, yang mungkin nasibnya berbanding terbalik 180°. Ya dia Amalia Candra Winata, seorang gadis pekerja keras, tangguh dan berjuang sendiri di dalam kerasnya ibu kota Ja...