Chapter 13

150 22 1
                                    

Happy Reading!

Alasan Albar mengunakan becak untuk mengantar barang miliknya, karena motornya tidak muat dengan kondisi barang yang lumayan banyak, namun selain itu juga Albar ingin mengatakan Alia pulang dengan selamat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alasan Albar mengunakan becak untuk mengantar barang miliknya, karena motornya tidak muat dengan kondisi barang yang lumayan banyak, namun selain itu juga Albar ingin mengatakan Alia pulang dengan selamat.

Ya Albar tidak enak hati karena sudah mengerjai adik kelasnya, dan pada malam itu Albar menunggu di depan mini market tempat Alia bekerja sampai mini market itu benar-benar tutup.

"Alia," ucap temannya menoel lengan Alia.

"Iya kak?"

"Itu siapa?" tunjuk teman Alia ke arah tempat Albar duduk.

"Mana kak sum?" tanya Alia.

"Itu tuh" tunjuk nya lagi.

Alia melihat kearah tersebut, "Kok aku seperti kenal ya sama postur tubuhnya. Tapi siapa ya?" gumam Alia.

"Kamu kenal?"

"Engga kak, paling orang gabut aja kali ya?"

"Mungkin, kamu hati-hati ya. Kakak pulang dulu, sudah di jemput sama suami," pamit Sumi, taman kerja Alia.

"Iya kak, kakak juga hati-hati ya!"

"Siap!"

Lima menit, Alia menunggu di dalam mini market dengan perasaan was-was.

"Duh, aku harus gimana? Dia jahat gak ya?" ucap Alia, sambil memperhatikan orang tersebut.

Setalah berpikir negatif tentang orang tersebut, akhirnya ia mencoba untuk berpikir positif, "Semoga aja dia hanya tukang ojek yang ingin menawarkan tumpangan atau sekadar orang yang sedang ber-istirahat," ucapnya. "Tapi bentar deh, masa kang ojek bangus banget motornya?"

Alah! Persetan dengan orang tersebut, yang Alia inginkan sekarang ia pulang untuk beristirahat, karena besok hari pertama ia bersekolah.

Alia menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum ia berjalan cepat dan menghindari pandangan dari orang tersebut, karena posisi orang tersebut membelakangi dirinya.

"Sial, dia menoleh," gerutu Alia, setelah melihat orang tersebut bangkit dari duduknya.

"Alia! Tunggu," teriak orang tersebut sambil berjalan mengejar Alia.

"Loh? Kok kaya gak asing suaranya? Terus dia tau nama aku?" gumam Alia bingung.

"Tunggu, Alia!" teriaknya lagi. "Duh! Gue kenapa goblok banget sih? Kan gue bawa motor kenapa juga mesti jalan?"

Lalu orang tersebut berbalik mengambil motornya, lalu mengelaksoni Alia, "Alia, Stop! Ini gue Albar."

"A ..., albar?" gumam Alia, dengan nafas tersengal-sengal, lalu Alia berhenti dan membalikkan tubuhnya.

"Albar?" ucap Alia bingung.

"Iya ini gue," ucap Albar, sambil membuka helm full face miliknya. "Gak usah takut, gue bukan hantu!"

"Ya, kan muka lo sebelas-dua belas sama hantu!" sarkas Alia.

"Eh, enak aja! Muka ganteng kaya gini lo samain kaya hantu?" ucap Albar tidak percaya, cetakan ayah bundanya yang tampan ini di bilang hantu.

"Bodoamat, gak peduli. Btw mau apa? Bukannya lo selesai belanja dari tadi ya?" tanya Alia.

"Gua mau anter lo pulang," ucap Albar to the point.

"Lo nungguin gue, selama itu?"

Albar mengangguk, "Iya lah, menurut lo?"

"Ngapain? Kurang kerjaan!"

"Lo budeg ya? Kan gue bilang. Gue mau antar lo pulang."

"Ya, kenapa? Tumben baik sama gue?"

"Gak tau mau aja, gak boleh?"

"Ya, gimana ya."

"Udah lah, gak usah banyak omong, naik sekarang! Gue gak suka loh di tolak," ucap Albar, menyuruh Alia untuk naik di jok belakang motornya.

"Mau suka atau gak suka, bukan urusan gue."

"Dih, nyolot! Buru naik."

"Ngatur? Hak gue dong mau naik apa engga?"

"Udah cepat naik, berisik!"

"Gak usah ah, gue mau naik angkot aja, terima kasih udah mau nungguin," ucap Alia, lalu berjalan meninggalkan Albar.

Alia segan jika harus pulang barang Albar, selain dia kesal jika melihat wajah seniornya yang terbilang ngeselin, ia juga tidak enak hati jika harus di antar olehnya.

"Lo ngelawak? Mana ada jam segini angkutan umum?" ucap Albar tersenyum meledek.

Alia berhenti berjalan, "Duh sial! Aku lupa sekarang jam 12! Benar mana ada angkutan umum yang berkeliaran jam segini!" gerutu Alia.

"Gimana? Mau gue antar atau nunggu angkutan umum sampai besok pagi? Bisa-bisa lo kena hukuman lagi di sekolah dan nama lo jelek di mata ruang BK!"

"Ngancam nih, ceritanya?"

"Oh, engga. Gue hanya ngasih opsi pilihan," ucap Albar sambil menarik turunkan alisnya.

Alia diam tidak bergeming, Ia sedang berpikir harus berbuat apa sekarang? Apa ia ambil tawaran seniornya ini atau Ia berjalan kaki di sisi trotoar dengan kondisi gelap gulita seperti ini?

Alia meruntuki dirinya, kenapa juga dia harus mengisi jam kerja temannya. Biasanya ia tidak pulang se-larut ini

"Jadi gimana nih?"

Alia menghela nafasnya kasar, tidak ada pilihan lain, Ia harus pulang bareng Albar malam ini, "Iya, gue ambil tawaran lo. Tapi ingat, ini terpaksa!"

"Yes!" girang Albar dalam batinnya.

"Mau terpaksa atau pun engga, itu gue gak urusin. Ya intinya lo mau pulang bareng gue

"Ya, ini naiknya gimana? Tinggi banget jok lo," tanya Alia, sambil menatap jok motor Albar.

"Bukan jok nya yang tinggi, lo nya aja yang pendek!"

"Wah, para lo body sheming."

"Lo duluan yang body sheming'in jok motor gue."

Alia memutar bola matanya malas, "Jadi, ini gimana gue naiknya?"

"Sini gue bantu, kaki lo injak ke injakan kaki, terus tangan lo pegang pundak gue."

"Oh, oke."

"Udah?"

"Udah."

"Pegangan."

Lalu Alia memegang pundak Albar, "Jangan di situ, nanti jatuh gue males tanggung jawab."

"Yueh, bilang aja modus!"

Albar menggas motornya mendadak.

Alia tidak sengaja memeluk Albar, "Apa gue bilang! Gak percaya sih."

"Hm, buru ah jalan."






Tbc...

Next? Jangan lupa vote dan komen, kerena satu vote atau komen dari kalian adalah salah satu moodboster aku<3.

Terima kasih untuk kalian yang sudah baca sampai di part ini! See you di part berikutnya!

Salam manis^^

Follow ig aku : @merynti02_

Senior Ngeselin! {END} TAHAP REVISI!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang