Chapter 8

1.2K 135 15
                                    

Hari ini adalah hari pertama Gio masuk ke sekolah barunya. Gio adalah anak yang keren sebenarnya waktu di sekolah lamanya, karena banyak teman yang Fake dan hanya mau berteman dengannya karena penampilan atau bahkan karena harta kekayaan, jadi di sekolah barunya Gio menyamar dan berubah menjadi cupu. Bukan hanya itu Gio juga anak yang cerdas dan berwawasan luas, meski ia hanya tinggal di kota kecil saat itu. Gio pindah ke sekolah Elite di kota dimana ia tinggal.

"Selamat pagi anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru." ujar guru laki-laki yang gagah, tampan, dan aaaaahhh auranya sangat luar biasa.

"Mr. Muridnya laki-laki atau perempuan?" seru salah satu murid.

"Lihat saja sendiri, oke Gio mari masuk." ujar guru yang bernama Lee.

Gio masuk kedalam kelas, lalu semua murid tertawa sangat keras saat melihat Gio yang sangat jelek. Karena Gio sudah terbiasa dengan Bullyan dia hanya bersikap biasa saja dan tidak mengindahkan apa yang di tertawakan. Jika semua tau siapa Gio, mereka akan sangat menyesal.

"Baiklah Gio, perkenalkan dirimu." ujar Lee.

"Selamat pagi semua, saya Gio. Salam kenal dan terimakasih." ujar Gio saat memperkenalkan dirinya hanya singkat. Karena ia malas memperkenalkan diri terlalu panjang lebar, karena Gio tau di dalam kelas itu semua muridnya berwajah Fake.

Maksudnya tidak ada yang tulus, kecuali murid yang berdiri di pojok kelas dengan wajah pucatnya. Gio duduk di bangku dekat siswa berkaca mata dan cupu juga, mungkin hanya dia satu-satunya siswa yang mau Gio ajak ngobrol.

"Hai," sapa Gio.

"Hai juga," ujar anak berkaca mata itu.

"Aku Gio, kamu siapa?" ujar Gio.

"Aku Riujie," sahut anak itu.

Mereka berdua kembali fokus pada pelajaran, semua murid belajar dengan tenang. Lalu jam pelajaranpun selesai, semua siswa keluar kelas untuk istirahat  Gio tidak keluar kelas, ia hanya duduk dan melanjutkan membaca bukunya, lalu semua murid berlarian ketengah lapangan. Lalu Gio yang tertarik akan hal itu pun pergi keluar kelas, namun ia mengurungkan niatnya karena ia masih melihat murid berwajah pucat itu. Lalu Gio menghampiri murid itu dan kemudian berbicara.

"Hai, kau tidak keluar kelas?" ujar Gio.

Murid itu tidak berbicara, melainkan memasang wajah sedih, lalu Gio pun berbicara. "Kau manusia atau bukan?"

Siswa itu menggeleng dan kemudian menyentuh Gio, tetapi tidak tersentuh dan menembus badan Gio. Gio kemudian mengerti, lalu ia berbicara lagi. "Oh kau hantu, baiklah. Tapi kenapa kau muncul disiang bolong?"

"Aku ingin belajar, tapi kau bisa melihatku? Apa kau tidak takut?" balas hantu murid itu.

"Oh, aku gak takut sama hantu, hanya saja takut sama murid yang sering membully. Kau mati kenapa?" tanya Gio.

"Bunuh diri, karena selalu di bully." sahut hantu itu.

"Hah, sayang sekali. Kau tampan tapi kenapa harus bunuh diri?" ujar Gio.

"Aku hanya ingin minta tolong padamu, jangan mencari masalah dengan anak yang bernama Jimmy, dia jahat. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Bahkan dia bisa menghancurkanmu." sahut hantu itu.

"Yah aku sudah bertemu dengannya hari ini, baiklah jika itu caranya untuk aman." ujar Gio.

Hantu itu kemudian pergi, lalu Gio menggeleng dan mulai membaca bukunya lagi. Gio pun pergi keluar menuju toilet, saat di toilet ia melihat Riujie tengah menangis dengan baju kotor dan basah. "Riu kau kenapa?"

"Menjauhlah, aku tidak ingin kau mendapat masalah." ujar Riujie.

"Kau di bully siapa? Aku akan memberi mereka pelajaran." ujar Gio.

"Oooh, anak baru mau main-main sama kami? Baiklah, kami akan melakukannya." ujar Jimmy si ketua geng.

Jimmy adalah pemuda yang sangat tampan, ia mewakili ketampanan Asia, hidung mancung, mata sipit, bibir mungil dan merah ranum, bulu mata sedikit lentik,  tubuhnya tinggi dan atletis. Cocok jika menjadi idol Korea. Jimmy memberi kode kepada anggota gengnya, lalu mereka menangkap Gio dan menyiram Gio dengan air. Lalu mereka memukuli Gio, setelah Gio terkapar mereka mengencingi Gio dan Riujie. Riujie melindungi tubuh Gio agar tidak kena air kencing, saat mereka puas mereka meninggalkan Gio dan Riujie di toilet.

"Aku sudah katakan, jangan mencari masalah." ujar Riujie.

"Mereka belum tau siapa aku, jika mereka tau mereka akan menyesal seumur hidup mereka." ujar Gio.

Gio sudah merekam semua kejadian itu di kaca matanya. Kaca mata canggih itu Gio beli sengaja untuk ia pergunakan merekam semua kejadian yang akan terjadi padanya. Dan sebagai bukti untuk melaporkan ke pihak berwenang. Gio bangkit bersama Riujie, mereka masuk keruangan olahraga dan mengganti pakaian mereka dengan baju olahraga, dan kebetulan jam kelas berikutnya adalah olahraga. Riujie dan Gio hanya duduk dan tidak ikut latihan, namun lagi dan lagi Gio dan Riujie di serang oleh Jimmy dan geng. Sebelum sesuatu terjadi, Gio bangun dan pergi dari sana. Namun sayang, mereka di hadang. Riujie ketakutan, sementara Gio hanya diam dan memasang ekspresi datar.

"Mau apa kalian?" ujar Gio.

"Oh bocah cupu ini pandai bicara rupanya, hajar dia." ujar Jimmy.

Jimmy menyerang Gio, sementara Riujie di lempar Gio entah kemana. Gio menghadapi Jimmy, lalu ia membekuk Jimmy dan mengancam semua anggota gengnya. "Jangan berani mendekat, jika kalian mendekat maka akan aku patahkan tangannya!"

Mata Gio sangat tajam suaranya penub penekanan dan sakartis. Semua geng Jimmy tidak berani mendekat, lalu Gio menendang  tubuh Jimmy dengan keras, lalu Gio dan Riujie pergi meninggalkan ruang olahraga. Semua orang yang melihat perlakuan Gio tercengang, bisa seorang murid baru dan cupu melawan Jimmy sianak pemilik sekolah elite itu. Kemudian Gio membantu Riujie kembali kerumahnya. Saat Gio dalam perjalanan pulang, ia melihat mobil Jimmy bertabrakan dengan mobil lain. Lalu Gio menolong Jimmy dan membawa kerumah sakit.

"Dokter bagaimana keadaan teman saya?" ujar Gio.

"Jimmy mengalami pendarahan hebat, dan harus segera mendapatkan pendonor dengan golongan darah O+." ujar Dokter itu.

"Saya O+ dok, ambil darah saya saja." ujar Gio.

Saat Gio akan masuk keruangan untuk transfusi darah, hantu itu datang. "Heh kenapa kau mau menolongnya? Kan dia udah jahat sama kamu?"

"Kewajiban sebagai manusia harus saling tolong menolong, bukankah begitu? Ah aku lupa kau hantu." sahut Gio.

Hantu itu pergi lagi, lalu Gio melakukan transfusi darah itu. Darahnya kini berada di tubuh Jimmy, orang yang jahat kepadanya.  Gio tidak peduli, meski orang itu jahat kepadanya. Jika Gio mau bisa saja ia membiarkan Jimmy mati saat itu. Gio selesai mendonorkan darahnya, laku ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Dokter langsung menangani tindakan selanjutnya, setelah selesai mereka memindahkan Jimmy dari ruangan perawatan. Lalu, kedua orang tua Jimmy datang dan menanyakan keadaan Jimmy kepada dokter.

"Dokter bagaimana anak saya?" ujar ibunya Jimmy.

"Masa kritisnya sudah lewat, beruntung anak itu cepat membawanya kemari, kalau tidak nyawa anak bapak dan ibu tidak akan tertolong, bahkan anak itu juga yang mendonorkan darahnya." ujar Dokter itu.

Lalu kedua orang tua Jimmy menghampiri Gio. "Terimakasih ya nak, kamu sudah menolong Jimmy."

"Sama-sama om dan tante, kebetulan om sama tante sudah datang. Gio permisi dulu om, tante." ujar Gio.

"Kamu satu sekolah dengan Jimmy? Dimana rumah kamu nak, biar supir om yang antarin kamy ya." ujar ayahnya Jimmy.

"Gak usah om, rumah Gio gak jauh dari sini kok, Gio lebih suka jalan kaki." ujar Gio.

Gio pun pergi meninggalkan rumah sakit, tapi tiba-tiba ia menoleh, dan melihat pertengkaran suami istri itu.


Bersambung....

Kyaaaaa kyaaaaa kyaaaaa

Komen n vote kuy



BxB- THE GIFT OF LOVE (MISTERI & THRILLER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang