Chapter 17

989 99 30
                                    

Dokter Ru dan Gio sudah sampai di Amerika, sesampainya di Amerika Ruwen dan Gio tinggal di Appartement milik Ruwen. Setelah di Appartement, Ruwen menyuruh Gio untuk istirhat. "Kamu istirahat dulu ya sayang. Aku buatkan makanan dulu,"

"Maafkan aku, kita sejauh ini karena aku yang tidak berguna ini." ujar Gio.

"Ssssstttt, berhenti berbicara seperti itu aku mohon," ujar Ruwen.

Gio mengangguk, lalu Ruwen mencium kening Gio dan setelah itu ia menuju ke dapur untuk masak. Gio membaringkan tubuhnya di Sofa, ia merasakan kepalanya sangat pusing. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, matanya sedikit perih sekarang. Gio meraba matanya, lalu ia buru-buru mencari tisue untuk menghapus darah yang mengalir itu.

Klontang..

Gio menjatuhkan sesuatu dari meja, lalu ia menemukan tisue, Ruwen yang mendengar ada sesuatu yang jatuh langsung kedepan dan mengecek Gio. Ia langsung berlari saat melihat Gio tengah sibuk menghapus darah di matanya.

"Sayang... Kenapa kamu tidak memanggilku?" seru Ruwen sambil menghapus darah itu.

"Maaf..." sahut Gio.

"Kita kerumah sakit sekarang, semoga dokter Iman bisa mengobatinya sayang." ujar Ruwen langsung menggendong Gio dan Ruwen tidak jadi masak karena kondisi Gio.

(Author ikut main di cerita ini sebagai dokter ya... Hihihi)

Ruwen mengendarai mobilnya dengan keceptan maksimal, darah yang keluar dari mata Gio perlahan mulai berhenti, lalu Gio berusaha membuka matanya. Masih saja tetap buram dan belum jelas, tapi jauh lebih baik. Tidak berapa lama Dokter Ruwen pun sampai dirumah sakit dimana dokter Iman bekerja. Dokter Im adalah satu-satunya dokter yang berasal dari indonesia dan mendapat tugas di Amerika. Dokter Im juga adalah sahabat baik dokter Ruwen saat mereka sama-sama melakukan pendidikan kedokteran saat itu. Ruwen bahkan menjadi saksi pernikahan Iman dengan Antonio. Sampai detik ini mereka masih bersahabat baik.

"Ruwen... Kau disini? Ini...." ujar Iman saat melihat Ruwen membawa Gio.

"Ruwen, bawa masuk keruangan ayo." seru Antonio yang juga dokter.

"Dia istriku, aku mohon bantu aku." ujar Ruwen.

Anton dan Iman mengangguk, lalu Gio di bawa me ruangan pemeriksaan. Ruwen pun ikut memeriksa, lalu Iman menanyakan apa yang terjadi. "Apa yang terjadi sebelumnya?"

"Gio menolongku saat ada mobil yang mau menabrak ku waktu itu. Gio mendorong ku, tapi dia yang tertabrak, bagian kepalanya terbentur. Dan sempat koma tiga bulan," sahut Ruwen sedih.

"Lalu apa lagi?" ujar Anton.

"Matanya mengalami kebutaan saat sadar, lalu berdarah dan setelah darah itu keluar matanya bisa melihat tapi kabur atau buram dan berkabut." ujar Ruwen.

"Baiklah, kita Rontgen dulu." ujar Iman.

Mereka bertiga langsung membawa Gio keruangan Rontgen, lalu mereka pun melakukan Rontgen. Mereka melihat tidak ada yang aneh dengan kepala Gio, namun ada sesuatu. Saraf mata Gio sedikit terganggu mungkin akibat benturan keras saat itu. Mereka pun langsung melakukan operasi bagian mata Gio, selang beberap jam Gio pun selesai di operasi. Ruwen sedikit lega karena tidak ada cedera otak yang parah. Hanya saraf mata yang terganggu.

"Ruwen, mungkin operasi ini akan berhasil, tapi. Gio harus tetap menggunakan kaca mata minus untuk penglihatannya yang jauh lebih jernih." ujar Iman.

"Tidak masalah asalkan dia bisa melihat kembali." sahut Ruwen.

"Walau tidak tebal atau besar minusnya, tapi dia harus rutin untuk merangsang otot-otot atau saraf matanya untuk bisa melihat normal tanpa kaca mata. Tapi besar kemungkinan ia juga akan bebas dari kaca mata setelah ini." sahut Antonio menimpali.

BxB- THE GIFT OF LOVE (MISTERI & THRILLER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang