Jika boleh ku katakan, aku hanya ingin seperti kalian. Sehat, mudah kan?
Brukkk ....
Semua kepala menoleh kala mendengar suara itu. Mereka hanya bisa menghela nafasnya jengah sembari memutar bola mata malas. Rasanya sudah biasa menjadi pemandangan dan tradisi jika gadis itu terjatuh lemah di panasnya paving lapangan. Tak ada yang berniat membantu atau bahkan mengendong gadis kurus itu.
Siang yang amat terik untuk hari ini. Semua siswa membuang muka bahkan seakan-akan buta dan tuli melihat gadis itu yang masih terkapar lemah dengan wajah menghadap panasnya matahari.
Salah satu mereka mencibir. "Bosen deh, gue liat dia gitu mulu. Kenapa nggak mati aja sekalian, "katanya sinis dengan melirik sekilas gadis kurus tadi.
"Jaga ya omongan lo!"hardik salah satu siswa bernama Diara dengan tangan terkepal kuat, yang diketahui sahabat gadis yang tengah pingsan tadi.
Diara berjongkok, lalu menepuk-nepuk gadis itu berharap akan sadar. Namun, usahanya nampak sia-sia. Keringat dingin mulai bercucuran deras di dahi gadis kurus itu.
Diara masih berjongkok, lalu matanya bergulir menatap teman sekelasnya yang tak ada tanda-tanda hendak membantunya membawa gadis itu ke UKS.
"Kenapa gak ada yang mau bantuin? Kalian buta hah?"Pertanyaan Diara rupanya membuat teman-temannya menatapnya dengan tak suka.
"Ogah banget! Ntar gue ketularan lagi,"kata Rena sembari bersendekap di dada.
Diara kembali menatap iba gadis itu. Dengan pelan ia mencoba mengguncang lengan gadis itu. "Cha, bangun. Gue nggak kuat buat bawa lo, duhh gimana nih, "katanya panik dengan mata menyisir penjuru lapangan.
Semua nampak konsentrasi saat upacara berlangsung. Tak ada petugas PMR yang berkeliaran, tak seperti biasanya. Diara mengeram kesal akan hal itu. Posisi mereka berada dibarisan belakang, tak mungkin juga ia memangil Lily, pasalnya cewek itu sedang berada dibarisan terdepan.
Diara yang awalnya berjongkok kini ia duduk bersimpuh dengan membawa kepala gadis itu diatas pangkuannya. Dengan pelan ia mencoba menyerka keringat dingin yang keluar dari tubuh gadis itu.
Akhirnya Diara bisa bernafas lega. Ucapara telah selesai, semua siswa maupun siswi berhamburan untuk masuk ke kelas mereka masing-masing atau bahkan ke kantin untuk mengisi dahaga.
Tiba-tiba datang seorang cewek bertubuh mungil dengan poni yang menghiasi dahinya. Tampak sekali jika raut wajah gadis itu sedang khawatir. Ia berlari kecil dan segera menghampiri Diara yang tengah kepanasan dengan memangku sahabatnya.
"Ra, Chaca pingsan lagi? Kok bisa sih? Terus kenapa juga lo masih disini? Bawa ke UKS dong! Gimana sih, Ra?! "omel Lily, Diara yang mendengar itu langsung menatap tajam Lily.
"Banyak omong lo. Buruan bantuin gue, lagian mana kuat gue gendong Chaca,"protes Diara, Lily cengengesan dengan menggaruk pipi kirinya yang tak gatal.
"Yaudah sih, gue bantu. Lagian Chaca kurus masa lo nggak kuat Ra, bohong banget lo,"ujar Lily lagi dengan mencoba meraih punggung Chaca.
Kedua cewek itu nampaknya sangat kesulitan saat akan membopong Chaca. Meskipun dua orang, tapi tenaga mereka tak sebanding dengan laki-laki. Mereka semakin panik kala wajah Chaca semakin pucat, bibir kering serta keringat yang terus mengucur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara C, D dan E [TERSEDIA DI SHOPEE]
Teen Fiction⚠️WARNING! Siapkan hati anda untuk membaca cerita ini. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ Kisah tiga orang yang rumit dan membuat hati tercubit. Ini adalah kisah lika - liku persahabatan antara Chaca, Diara dan Elmo yang berawal dari sebuah...