Naluri mu terbatas, sedangkan scenario Tuhan tanpa batas!
Chaca memasuki rumahnya dengan lesu, tangannya mencengkeram kuat pegangan tasnya. Kali ini ia pulang sendiri, lagi dan lagi Diara meninggalkan dirinya untuk pulang bersama Elmo. Langkah kakinya berjalan gontai menuju dapur untuk melepas dahaganya.
Setelah ia mengambil air, Chaca mengambil duduk dimeja makan. Ia kembali terbengong tentang kejadian yang terjadi hari ini. Semua penuh teka-teki.
"Non Chaca udah pulang? Diara mana?"tanya Dewi dengan tangan memegang sapu. Chaca menoleh sambil tersenyum.
"Diara pulang ke rumahnya Bik. Diara lagi kurang enak badan, tadi aja pas upacara dia ke UKS,"jawab Chaca, Dewi lantas meletakkan asal sapu itu dengan raut khawatir.
"Serius Non? Masa tiba-tiba Diara sakit, padahal dia tadi pagi udah sarapan, terus dia pulang sama siapa Non? Duhh, Bibik khawatir,"balas Dewi panik, Chaca memekik kaget.
"Diara sarapan Bik?"Dewi mengangguk mengiyakan.
Chaca menumpu tangannya diatas meja. Ia berpikir atas ucapan Diara tadi yang katanya tidak sarapan.
"Diara udah mendingan kok Bik,"ujar Chaca kemudian berdiri. "Chaca ke kamar dulu ya Bik,"lanjutnya lalu melangkah kakinya menaiki tangga.
Setelah sampai di kamar Chaca langsung melempar asal tasnya, matanya bergulir menatap jam yang terpasang di dingin. Ini sudah waktunya ia minum obat. Setelah ia meminum obat itu, ia menjatuhkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Matanya terpejam, ia mengurut keningnya yang tiba-tiba pusing.
Chaca sangat pusing. Omongan Diara sangat berbanding terbalik dengan omongan Elmo tempo lalu, dan kini juga dengan omongan Dewi. Mana yang harus Chaca percaya? Diara itu temannya sejak dini, mana mungkin Diara membohonginya? Dan apa juga untungnya?
Bunyi getaran ponsel membuyarkan lamunannya, Chaca segera menggeser tombol hijau lalu menempelkan di telinganya.
"Cha, makan bakso deket Taman Vandelin yok! " Suara nyaring dari Lily membuat Chaca tersentak lalu sedikit menjauhkan sedikit ponselnya.
"Suara lo gitu amat Liy. Nggak usah ngegas kali, gue nggak budeg,"jawab Chaca, terdengar Lily yang terkekeh di seberang.
"Jadi lo mau apa enggak? Gue denger-denger lagi ada promo. Sekalian Cha, kita segerin pikiran. Ajak Diara juga deh, eh tapi 'kan dia lagi sakit. Atau pura-pura doang ya?" Chaca memijat keningnya bingung tatkala mendengar mulut Lily itu.
"Iya Liy gue coba, kalo ayah izinin gue pergi. Gue nggak janji ya, pokonya tungguin aja di sana,"kata Chaca.
"Yahh kok gitu gue nunggu yang nggak pasti dong? Gue sama siapa Cha?"
"Jangkrik."
"Ngawur lo Cha, lo pok--"
"Hallo-hallo Cha?"Chaca mematikan sambungan telepon itu sebelah pihak. Dari pada ia mendengarkan ocehan Lily, lebih baik dirinya bersiap-siap.
***
Malam hari itu Chaca sudah sampai di Taman. Udara malam yang cukup dingin menyambut kedatangannya. Untung saja ia memakai sweater jadi ia tidak terlalu kedinginan. Ia bernafas lega saat Dewi mengatakan bahwa sang ayah sedang pergi, jadi Chaca bisa pergi. Tidak terkurung dirumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara C, D dan E [TERSEDIA DI SHOPEE]
Teen Fiction⚠️WARNING! Siapkan hati anda untuk membaca cerita ini. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ Kisah tiga orang yang rumit dan membuat hati tercubit. Ini adalah kisah lika - liku persahabatan antara Chaca, Diara dan Elmo yang berawal dari sebuah...