Tak perlu iri dengan apa yang mereka punya. Ingat! Tuhanmu itu adil!
Hari itu tiba. Minggu yang ditunggu-tunggu bagi cewek yang sedang duduk ditepi ranjang dengan senyum yang terpatri di wajahnya. Ia menguncir rambut sebahunya dan memberikan aksesoris berupa boneka kecil di bagian samping kepalanya. Cewek itu sudah siap dengan apa yang ia kenakan sekarang. Memakai pakaian olahraga serta bersepatu.
Tangannya meraih benda pipih yang tergeletak disampingnya. Dengan lincah jarinya mulai mengetikkan sesuatu. Setelah itu, ia menuruni anak tangga dengan cepat. Saat di anak tangga terakhir ia melihat sang ayah yang tengah duduk fokus dengan menghadap laptop. Dengan gerakan ragu, cewek itu menghampiri sang ayah.
"Ay-ayah Chaca mau pamit pergi sebentar,"izin Chaca dengan gugup.
"Kemana?"tanya Erwin tanpa menoleh ke arah Chaca.
"Ke rumah temen."
Erwin menoleh dengan cepat, matanya memicing ke arah Chaca. "Dengan siapa? Sendiri?"tanyanya, Chaca mengangguk sebagai jawaban.
"Ajak Diara biar bisa jaga kamu,"ujar Erwin, Chaca lantas mendongak disertai gelengan kepala.
"Chaca pengen sendiri Yah, lagian cuma sebentar kok. Chaca janji,"jawab Chaca dengan mengangkat dua jarinya. Erwin membuang nafasnya pelan, kemudian mengangguk.
Chaca bersorak dalam hati, ia akan bertemu Elmo hari ini.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, Chaca sudah tiba di rumah cowok itu. Mata Chaca tak lepas dari pemandangan asri dengan rumah di depannya ini. Kakinya segara melangkahkan menuju pintu utama, kata Elmo mereka akan berlatih basket di Taman belakang rumahnya yang sudah terpasang ring basket.
Tok... Tok... Tok....
Chaca mengetuk pintu dengan sesekali menatap sekitar. Otaknya berpikir, rumah sebesar ini terlihat sangat sepi. Suara derap langkah kaki terdengar mulai mendekat, pintu di buka dan menampilkan seorang wanita paruh baya dengan syal yang bertengger di lehernya.
Chaca tersenyum manis, lalu membungkukkan sedikit tubuhnya guna meraih tangan wanita itu. Gadis itu menyalimi wanita itu dengan ramah, ada perasaan senang kala wanita itu mendapat perlakuan itu dari Chaca.
"Pagi Tante,"sapa Chaca ramah, "Saya Chaca temennya Elmo, apakah Elmo ada?"tanyanya, Ajeng mengangguk seraya tersenyum.
"Ada. Temui aja di taman belakang ya,"jawab Ajeng, "Kamu cantik sekali Nak,"kata Ajeng tiba-tiba dengan membelai pipi Chaca. Mata Ajeng tiba-tiba memanas melihat wajah Chaca. Ia teringat seseorang.
Chaca yang menyadari itu hanya terkekeh kecil. "Tante juga cantik,"balasnya, Ajeng menitikkan air matanya, "Tante kenapa nangis?"tanya Chaca seraya menghapus air mata itu.
Ajeng mengukir senyuman tipis. "Tante ingat seseorang."
"Maaf Tan, Chaca gak bermaksud,"ucap Chaca tak enak. Ajeng lantas mengusap surai Chaca dengan tulus.
"Enggak papa, ayo kita temui Elmo!"ajak Ajeng menggiring Chaca.
Setelah sampai di Taman, Chaca dibuat takjub dengan seorang cowok yang tengah memantul-mantulkan bola orange dengan peluh keringat yang membasahi tubuhnya. Menyadari akan kehadiran Chaca dan Ajeng, Elmo menoleh dan melempar asal bola itu kemudian menghampiri keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara C, D dan E [TERSEDIA DI SHOPEE]
Teen Fiction⚠️WARNING! Siapkan hati anda untuk membaca cerita ini. FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ Kisah tiga orang yang rumit dan membuat hati tercubit. Ini adalah kisah lika - liku persahabatan antara Chaca, Diara dan Elmo yang berawal dari sebuah...