16. || Pilihan

195 33 1
                                    

Hiduplah dengan senyatanya, bukan seharusnya;)

Bel istirahat berbunyi nyaring seantero sekolah. Waktu yang paling ditunggu-tunggu bagi semua murid. Seperti halnya seorang gadis yang tengah terburu-buru memasukkan alat sekolahnya ke dalam tas. Hari ini gadis itu duduk sendiri karena teman sebangkunya tidak hadir. Setelah dirasa sudah, ia segera melangkahkan kakinya menuju lapangan basket.

Sebuah suara cempreng milik gadis mungil mengagetkannya. "CHACA! LO TINGGALIN GUE? JAHAT IHH!"kata Lily dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

Merasa dipanggil Chaca menoleh, lalu memutar bola matanya malas. " Gue bukan mau ke kantin Liy," katanya, " Kalo mau ke kantin sama Vava aja ya, gue buru-buru."Setelah mengatakan itu Chaca kembali melangkahkan kakinya keluar kelas.

Lily menatap seisi kelasnya yang perlahan satu per satu keluar menuju kantin. Hari ino Diara tidak masuk, masih sakit katanya. Jadilah Lily seorang diri, Vava dan Dimas juga sudah keluar duluan. Lily kembali cemberut dan menghentakkan kakinya.

Di koridor. Chaca berjalan agak cepat dengan menunduk. Seperti biasanya, ia banyak mendapat tatapan aneh dari seisi sekolah. Chaca mencoba tak peduli, ia tetap jalan menuju lapangan.

Tak sengaja saat ia berjalan dengan menunduk, Chaca menabrak bahu seseorang dengan keras. Chaca segera mendongak menatap siapa gerangan yang bertabrakan dengannya.

"Eh, lo punya mata gak sih?!"ujar cewek berlipstik tebal itu dengan nada kesal.

"Maaf," cicit Chaca.

"Maaf! Maaf!" sentak seorang cewek bernama Vanya itu. " iyyuh, ada kuman gak nih, guys di bahu gue? Bisa ketularan nih," ucap Vanya melirik bahunya.

"Abis ini lo perlu beli tisu deh,Nya, " celetuk Vio--teman genk Vanya.

Vanya tersenyum angkuh. " Dasar kuman!" maki cewek itu, lalu berlalu pergi.

Chaca menarik nafasnya dalam-dalam untuk menghadapi orang seperti Vanya itu. Mencoba mengabaikan hal itu, ia kembali melanjutkan langkahnya.

Langkah kakinya terhenti, matanya menyisir setiap penjuru lapangan. Sepi. Itu tandanya Elmo belum datang. Sambil menunggu Elmo, ia duduk di bangku tepi lapangan. Cuaca yang tidak terlalu panas membuatnya semangat untuk berlatih basket.

"Udah lama?"Suara bariton itu membuat Chaca menoleh seraya menipiskan bibirnya.

Chaca menggeleng. "Enggak kok, yaudah yuk mulai aja,"katanya, Elmo mengangguk sambil memainkan bola itu ditangannya.

"Nah, untuk kali ini lo coba rebut bola ini dari gue." Chaca mengangguk cepat.

Perlahan Elmo mulai memantul-mantulkan bola itu ke lantai lapangan. Dengan gerakan yang lincah cowok itu terlihat sangat piawai dalam memainkan bola itu. Beberapa kali Chaca mencoba merampas bola itu, namun ia gagal. Sangat sulit.

"Ayo Cha, rebut!"seru Elmo, Chaca sudah berkeringat dingin. Rasa nyeri itu datang lagi, tapi ia tahan. Ia tak boleh tumbang!

Gerakan Elmo lumayan lambat, namun Chaca masih tak bisa merebut bola orange itu. Saat Elmo hendak melayangkan bola itu ke arah Chaca, gadis itu kurang sigap dan tak bisa menangkap.

Antara C, D dan E  [TERSEDIA DI SHOPEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang