03 || Sedikit pulih.

364 59 25
                                    

Melihat bibirnya melengkung, entah mengapa hatiku semakin bingung; (

Melihat bibirnya melengkung, entah mengapa hatiku semakin bingung; (

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari telah menyambut bumi. Suara kicauan burung mulai ramai terdengar. Seorang gadis manis tengah duduk didepan kaca dengan senyuman tipis yang terpatri di wajah ayunya. Kedua lengannya mengendong sebuah tas berukuran sedang berwarna bata. Tak lupa jika tas itu ada tulisan 'Chaca kyuud'. Bahkan hampir semua barang miliknya ia beri nama seperti itu, walau hanya sekecil penghapus!

Mata indah dengan dikelilingi bulu mata yang lentik itu menatap jam bergambar kucing yang terpasang manis di dinding. Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan, ia berdoa semoga hari ini lebih baik dari kemarin. Tak ada lagi Chaca yang menyusahkan semua orang.

Setelah dirasa sudah, Chaca menuruni anak tangga dengan senyum yang masih terpatri jelas. Sementara itu, di meja makan yang megah itu sudah ada Erwin, Diara, juga Dewi yang sedang menata makanan. Tanpa pikir panjang, Chaca segera menyusul.

"Pagi sayang,"sapa Erwin ramah,"Sarapan dulu yuk! Dan jangan lupa minum obatnya."

Chaca tak merespon itu, ia memilih menarik kursi untuk duduk di sebelah Diara. Mengapa Diara ada disitu? Memang, setiap pagi Diara selalu sarapan di rumah keluarga Chaca. Awalnya Dewi menolak keras, karena dianggap Diara tak pantas untuk makan bersama dengan majikannya. Namun, hal itu langsung dibantah keras oleh Chaca. Chaca bilang Diara sama sepertinya, tak ada yang beda. Dewi hanya bisa menuruti apa kemauan gadis lemah itu.

Erwin melirik Diara."Ra, nanti jangan lupa bawakan obat Chaca. Om percaya sama kamu, jaga Chaca, "pinta Erwin, Diara mengangguk pelan.

"Oh iya, larang dia melakukan kegiatan yang sekiranya berat,"pinta Erwin lagi, Chaca yang mendengar hanya mendengus kesal.

"Tapi Yah, Chaca udah nggak papa. Chaca udah mendingan. Nggak usah pake bawa obat segala, "protes Chaca merasa risih. Tapi, jika ia tak membawa obat kemungkinan ia akan kembali pusing dengan dadanya sesak.

Erwin menatap datar Chaca. "Jangan bantah Ayah, Cha. " kata Erwin dingin, "Dan, Ayah sekaligus mau pamitan, mungkin selama dua hari Ayah akan ke luar kota ada urusan soal proyek."Chaca hanya diam, jujur saja Chaca kecewa akan kepergian sang ayah yang selalu saja begini. Chaca merasa kebersamaan dengan Erwin bisa dihitung dengan jam. Selalu sibuk.

Chaca juga ingin sekali-kali bercerita dan menghabiskan waktunya bersama sang ayah. Tapi, karena tuntutan pekerjaan Chaca di nomor duakan.

"Kenapa Ayah tinggalin Chaca lagi? Baru aja lima jam Ayah tiba, tapi mengapa harus pergi?"tanya gadis itu murung.

Erwin langsung menatap Chaca dengan sorot tak suka. "Gak usah manja! Kan, ada Diara dan Dewi disini, kamu udah gede Cha. Jangan lupa obat rutin diminum,"jawab Erwin yang begitu menohok hati Chaca.

Antara C, D dan E  [TERSEDIA DI SHOPEE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang