Start: 15/08/2020
End: 26/10/2020
Revisi Ulang : 28/05/2023
Benar kata orang, hidup ini bagaikan pentas opera. Dimana aku adalah tokohnya dan mereka penonton utamanya. Dunia, terkait harta. Jika mempunyai harta bahagia lah mereka, namun tidak dengan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terkadang tanpa kita sadari, hati kita itu terlalu lembut untuk menerima orang baru tanpa tau latar hidup orang tersebut. Kita tidak tau dirinya itu baik apa nggak tapi kita tetap mau bertemandengannya, dengan alasan udah nyaman buat berteman.
Continue...
"Yaudah Gavin bisa duduk di depan Aska, Aska angkat tanganmu." Titah Bu Sintia kepada anak muridnya, siapa lagi kalau bukan Aska yang kini ditatap.
Aska mendengar tutur Bu Sintia, dengan lekas mengangkat tangannya dengan wajah yang masih menunduk.
Seperti kalian tau di chapter sebelumnya, Gavin menatap Aska dengan tajam dan sukar untuk diketahui tatapan seperti apa yang ditujukan Gavin ke Aska.
Gavin yang melihat itu dengan tampang malu malunya menghampiri bangku di depan Aska itu.
"Hallo, gue Gavin salam kenal." Kata Gavin dengan nada ramahnya namun tidak pada tatapannya, kala menatap Aska.
Aska yang ditegur pun, memilih untuk menatap walau tak lekang merasa aura negatif pada orang di hadapannya ini. Demi menutup ketakutannya, Aska menjawab teguran tersebut juga dengan nada ramahnya.
Farel yang melihat kelakuan Aska pantas saja khawatir, dengan mendekati anak itu Farel langsung bertanya.
"Aska kenapa? Ada yang sakit kasih tau ke Farel." ujar Farel dengan nada khawatirnya, namun Aska masih saja menunduk dan enggan untuk berbicara. Ada apa dengan sahabatnya ini, fikir Farel. Hatinya semakin gundah akan ketidak ada jawapan yang dilontarkan Aska.
Sementara itu, bukan hanya Farel tetapi beberapa murid yang berada di kelas justru menatap Aska dengan tatapan khawatir mereka. Takut-takut masalah kesihatan anak itu kambuh, kasian! Fikir mereka semua.
"Aska anaknya Buna Risya kenapa? Ada yang sakit, nak?" heboh seorang siswi yang menggelar dirinya bunda kepada Aska. Padahal jika dilihat, siswi itu seorang yang bad girl tetapi tunduk akan wajah imut tampan dari seorang Aska.
Masih bungkam, tiada tanda-tanda menjawab pertanyaan. Farel kembali bertanya, "Aska, kenapa ada yang sakit?"
Lamunan Aska seakan usai, kala mendengar pertanyaan Farel untuk kali yang kedua. Tak ingin membuat sahabatnya semakin khawatir. Aska tersenyum paksa menatap Farel sembari menjawab "Aku ga apa-apa kok, Rel. Santai aja kayak di pantai."