Ting Tong Ting Tong
Sena terus menekan bel, namun Hyunjin tak kunjung membukakan pintu.
Ting Ting Ting Tong
Cklek
Sena tersenyum, sementara Hyunjin yang nampak baru saja bangun menatap Sena dengan sebal.
"Lari pagi-"
"Gak" sela Hyunjin yang membuat Sena merengut sebal.
"Kenapa? Jangan kebanyakan tidur. Nanti badan lo sakit semua"
"Hm terserah, jangan ganggu gue" gumam Hyunjin, lalu menutup pintu apartmentnya.
Sena mendengus kecil, ia pun memutuskan untuk lari pagi sendiri, sebelum bertempur dengan pikirannya soal pembunuhan yang baru saja terjadi di gedung apartmentnya.
**
Jaera keluar dari kamarnya untuk memasak, namun sebelum itu ia memasuki kamar Jeno. Terlihat Jeno yang baru saja memakai kaus panjangnya.
"Semalem kemana?" Tanya Jaera.
"Di apartnya Jaemin, ketiduran" sahut Jeno dengan suara pelan.
"Kamu masih marah soal kemarin?" Tanya Jaera lagi yang membuat Jeno menghela nafasnya.
"Lain kali jangan ke rumah Nathan sendirian" ujar Jeno sambil menghampiri Jaera.
"Kenapa?"
"Bisa aja ada orang jahat"
"Gak ada orang jahat, aku bilang aku kepleset disana"
Jeno menyerah, ia mengangguk kecil dan mengusap surai Jaera.
"Maaf, aku khawatir sama kamu. Dan jangan pergi ke rumah Nathan lagi sendirian. Kalau pergi jangan kesana lagi"
Jaera tak menyahut, lalu ia berjalan menuju dapur, namun Jeno menahan lengannya.
"Kaki kamu kenapa?" Tanya Jeno denagn raut wajah khawatir.
"Hmm jatuh, semalem gak sengaja kesandung batu" sahut Jaera, lalu Jeno menarik Jaera menuju sofa ruang tengah.
"Aku baik-baik aja" ujar Jaera saat Jeno mendudukannya di Sofa.
"Sebentar" gumam Jeno, ia menganbil krim pereda nyeri, lalu berjongkok di depan Jaera dan mengangkat kaki Jaera keatas pangkuannya.
"Ini udah bengkak, kenapa gak langsung diobatin?" Tanya Jeno sambil mengoleskan krim pereda nyeri yang terasa dingin di kaki Jaera.
"Aku pikir gak bakal sesakit ini dan bengkak. Sshh" desis Jaera menahan ringisannya.
"Kalau aku suruh kamu dirumah, kamu pasti nolak"
"Ya, aku sibuk, Jen. Gak bisa tinggalin kerjaanku gitu aja"
Jeno terlihat tidak menyukai Jaera yang terlalu sibuk, ia bahkan berulang kali menentang pekerjaan Jaera, Jeno hanya mau Jaera di mencari pekerjaan ringan.
"Aku harus masak, buat kita sarapan. Udah dulu" ujar Jaera, lalu Jeno mengangkat wajahnya dan menatap Jaera.
"Aku yang masak, kamu duduk aja"
"Emangnya kamu bisa?" Tanya Jaera sambil menahan senyum, dan Jeno mengangguk.
"Aku belajar dari kak Ara" sahut Jeno, lalu ia pergi menuju dapur. Dan pagi itu Jeno memasak untuk sarapannya bersama Jaera. Dan Jeno pula yang memaksa untuk mengantar Jaera kerja, padahal Jaera terus menolak. Sebab, jam pulang Jaera lebih malam dari Jeno, Jaera tidak mau mengganggu waktu istirahat Jeno.