[ 07 ]

1.3K 249 24
                                        

*** ( ganti latar tempat, waktu, suasana )
~~~ ( selang beberapa waktu / jam )

***
Di sekolah, Lucas sedikit menjadi lebih diam, yang biasanya selalu bermain bola basket, tapi hari ini lebih memilih di kelas. Yangyang tidak bersekolah karena harus ke dokter gigi, ditemani oleh Xiaojun, dan Hendery, sepertinya anak itu hanya berpura-pura tidak enak badan. Bosan sekali rasanya.

“Lucas, ini dari ayahmu,” si ketua kelas, Yuqi memberikan kantong plastik yang entah berisikan apa di meja Lucas.

Lucas melihat isi kantong plastiknya. Isinya sepasang sepatu basket. Tanpa pikir panjang, ia langsung pergi keluar kelas. Saat sampai di pinggir lapangan, teman-teman tim basketnya tengah menikmati ayam goreng Mang Donalds.

“Lucas, tadi ada orang yang memberikan ini, katanya ayah kandungmu,” Mark berdiri dan berbisik.

“ayah kandungmu baik sekali, kenapa tidak kau akui saja?” ujar salah satu temannya. Merasa geram, Lucas langsung mengambil semua makanan itu, dan pergi menuju parkiran sekolah.

Dilihatnya, Huang Junjie tengah menuruni tangga sambil merapikan jasnya. “HUANG JUNJIE!!!” teriak Lucas.

Brak!!! Lucas melempar semua barang-barang tadi ke Junjie. Semua isinya pun berserakan. “kau mau apa hah?!! Dasar pengganggu! Jangan pernah datang lagi!!!”

Dari belakang, Mark menarik pelan kerah Lucas. “sudah sudah, jangan keterlaluan.”

Keduanya meninggalkan Huang Junjie yang masih terdiam di tempatnya. Lucas membasuh wajahnya di wastafel, mengejar Huang Junjie membuatnya berkeringat.

“kau tidak memberi tahu masalah ini pada ayahmu di rumah?” tanya Mark.

Lucas berdecak kesal. “untuk apa?! Tidak ada yang harus diberi tahu, tidak penting!”

***

“ini buku catatanmu,” Renjun menaruh buku di kasur Yangyang, lebih tepatnya di samping empunya. “ini tugas akhir pekan, ini hasil lembar kerjamu, dan terakhir ini buku paketmu.”

Xiaojun dan Hendery mengetuk pintu kamar Yangyang, setelah itu langsung masuk tanpa mendapat izin dari sang empunya kamar. “ini untukmu,” Xiaojun memberikan sebotol Cola pada Renjun.

“terimakasih ge.”

“kau hari ini tidak les?” tanya Yangyang.

Renjun menggeleng. “tidak, aku bolos.”

Ketiga bersaudara itu menatap Renjun dengan cukup terkejut, ketiganya mengacungkan jempol dengan bersamaan. “bagus sekali,” puji Yangyang.

“oh iya, Lucas-ge baik-baik saja?” tanya Renjun, dengan sedikit ragu.

“memangnya dia kenapa?” Hendery balik bertanya.

Renjun menutup botol Cola miliknya dan menaruh seluruh fokus pada ketiga bersaudara di hadapannya. “dia tidak cerita dengan kalian? Ayah kandungnya menemuinya di sekolah,” ujar Renjun.

“kau tahu dari mana?!” —Yangyang

“dari teman tim basketnya.”

***

Di kedai mie, Winwin dan Kun cukup sibuk karena sedang jam makan siang, kedai menjadi cukup ramai. Ten juga sedang tidak ada panggilan, jadi bisa makan siang di kedai.

Drrtt...Drrtt...

Di atas meja, ponsel Kun bergetar. Winwin yang berada paling dekat, mengambil ponselnya. “pa! Ada telepon!” pekik Winwin, karena Kun sedang berada di dapur.

“tanganku kotor! Siapa yang menelepon?”

“tidak tahu, hanya ada nomor,” jawab Winwin.

“ya sudah, tolong kau yang jawab,” Kun baru saja kembali dari dapur, dan langsung berkeliling memberikan pesanan para pelanggan.

Winwin pun mengambil posisi duduk di hadapan Ten, lalu menjawab teleponnya. “halo? Ini siapa?”

“ah, aku Huang Junjie”

Dahi Winwin mengerut. “Huang Junjie?”

Awalnya Winwin, Kun, dan Ten sempat bingung dengan nama asing tersebut. Tapi dengan cepat langsung mengingatnya. Hati Winwin terasa nyeri, melihat raut wajah kedua sang ayah, yang pastinya merasa khawatir.

~~~

Kun menyambut kedatangan Huang Junjie dengan cukup baik, walaupun tidak suka dan tidak merasa nyaman, setidaknya ada baiknya untuk saling berbicara sebentar. Junjie membuka pintu kamar Lucas, melihat-lihat dalamnya. “apa ini bisa ditinggali?” tanya Huang Junjie.

“awalnya itu gudang, tapi karena Lucas datang, aku menambahkan kasur untuk dijadikan kamarnya,” ujar Kun sambil menaruh jus jeruk di meja tamu. “mari duduk dulu, agar pembicaraan ini cepat selesai, aku harus masak untuk anak-anak.”

Ceklek! Pintu rumah terbuka, memunculkan sosok Ten yang entah baru datang darimana. Ia melepaskan sepatu, dan langsung duduk bergabung dengan Kun dan Junjie. “ada tamu, jadi aku pulang cepat,” ujar Ten.

Huang Junjie tersenyum kikuk saat mendapat tatapan tidak suka dari Kun dan Ten. “emm...aku ingin berbicara dengan ayah asuhnya Lucas, bukankah lebih baik tetangga keluar dulu?”

“tetangga darimana? Dia itu ayah kandung Lucas juga!” ujar Kun, selalu menekankan kata ayah kandung.

Akhirnya Junjie memilih mengalah, itu lebih baik daripada keinginannya tidak tersampaikan. “aku menemui Lucas di sekolah kemarin—”

“ya! Kau kenapa tidak izin?! Kau ini tak punya hak apa-apa!” Kun meninggikan suaranya.

“iya iya aku tahu, sebab itu aku menemui sekarang,” ujar Junjie, berusaha membicarakannya dengan baik baik. “Kun-ge, aku ingin kau mengerti. Dulu, aku itu miskin, bukannya aku tidak peduli dengan Lucas, hanya saja aku tak mampu. Sekarang—”

Ten terkekeh remeh. “dulu tidak mampu, meninggalkan anak. Sekarang sudah mampu, baru menginginkan anak.”

“bukan seperti itu...ujian negara sebentar lagi, aku ingin Lucas kuliah di luar negeri, agar mendapatkan pendidikan yang baik di sana. Dan, sebagai balas budi karena sudah merawat Lucas, aku bisa memberi kalian satu juta yuan,” tawar Junjie.

Kun dan Ten bertukar pandangan. “satu juta yuan?” gumam Ten.

Gedubrak! Bamnn!!!

Huang Junjie didorong keluar, dan pintu rumah langsung ditutup. Kun mendengus kesal. “hah dasar pengganggu!”

“tak perlu khawatir, bahkan secara hukum, dia sudah tak memiliki hak apapun.”

***

UHUY! CERITA INI FLOP BANGET YA WKWK

TAPI GAPAPA DEH, MASIH ADA 1-2 ORANG YANG BACA :)

MAU UNPUB TAPI GAK ENAK SAMA ORANG YANG SELALU NUNGGUIN CERITA INI :')

THANK YOU FOR READING!

LOVE YOU!!!

Family | WayV ( ✔ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang