[ 02 ]

2.8K 352 44
                                        

Seminggu setelah awal masuk sekolah, hari ini diadakan pertemuan orangtua bagi siswa kelas 11, guna membahas cara efektif dalam pembelajaran. Bagi Yangyang, ini adalah hal yang membosankan, toh dengan adanya pertemuan seperti ini tidak bisa merubah nilainya sama sekali.

“kakakmu kan nilainya bagus, kakak yang lain juga, memangnya kau tidak dimarahi?” tanya Huang Renjun, teman baru Yangyang.

Yangyang terkekeh. “papaku tidak banyak berharap padaku, asal aku tidak membuat masalah saja hahahaha.”

Renjun tampak tersenyum kecut. “ah...papamu baik sekali, jika nilaiku menurun dan keluar dari lima besar, mama pasti sudah marah,” keluh Renjun.

“kau akan dipukul?” tanya Yangyang.

“tidak sampai dipukul juga sih hehe.”

Sesampainya di ruang pertemuan, keduanya memisah, Renjun menghampiri sang mama, Yangyang menghampiri sang papa. “pa! Sudah sampai daritadi?” tanya Yangyang.

“tidak juga, sekitar sepuluh menit yang lalu.”

Tak lama, guru sekaligus pembicara datang. Pertemuan pun dimulai, para orangtua yang anaknya masuk ke dalam lima besar selalu diminta berbicara oleh sang guru, membagikan cara bagaimana anak dapat belajar dengan baik sampai bisa mendapatkan nilai sempurna.

***

Sepulang sekolah, Yangyang dan para kakak singgah sebentar di cafe yang letaknya bersebelahan dengan sekolah.

“bagaimana tadi?” tanya Xiaojun.

Yangyang menggidikan bahunya, tanda tidak tahu. “tidak tahu, tadi aku keluar, karena sangat membosankan,” ujar Yangyang sambil menyeruput lemonde miliknya.

“tidak heran jika kau bodoh,” gumam Lucas.

Tidak ada yang menanggapi ucapan Lucas, Xiaojun sibuk mengerjakan tugas, Hendery asik dengan makanan, dan Yangyang hanya menidurkan kepalanya di atas meja. Karena bosan tidak melakukan apa-apa, dengan jahil, tangan Yangyang mengambil tempat pensil milik Xiaojun, membukanya, dan menemukan kertas yang dilipat berbentuk hati. “ey apa ini? Surat cinta ya?” celetuk Yangyang, dan berhasil mencuri perhatian ketiga orang lainnya.

Xiaojun langsung mengambil kertas lipat itu dari tangan Yangyang, lalu merobeknya dengan cepat.

“kenapa dirobek?” tanya Yangyang.

Xiaojun berdecak. “bukan apa-apa!”

“Yangyang, kita semua juga tahu, dia itu alergi terhadap perempuan,” ujar Hendery.

“benar! Perempuan di kelas saja jika berisik, akan dimarahi sama dia,” Lucas memelankan suaranya.

Mendengar cerita Hendery dan Lucas tentang Xiaojun membuat Yangyang terkekeh pelan, cerita apapun itu, bahkan cerita pembunuhan sekalipun akan terasa lucu karena keduanya tidak pernah serius, selalu saja bercanda, bercanda, dan bercanda. Sedikit berbeda dengan Xiaojun.

Tak ada angin, tak ada hujan, Xiaojun memberikan satu lembar uang pada Yangyang. “belikan satu minuman untuk Winwin-ge di rumah,” ujar Xiaojun.

“siap!”

***

Seperti biasa, saat makan malam semuanya pasti berkumpul bersama, tidak ada yang makan duluan ataupun makan belakangan, semuanya harus bersama-sama. Kun memandangi Yangyang dengan heran, bisa-bisanya terlihat santai tak ada beban, padahal berada di peringkat kedua dari belakang. “Yangyang!” panggil Kun.

“kenapa, pa?” tanya Yangyang.

Kun menaruh sumpitnya di meja, kebetulan makanan miliknya sudah habis. “setiap kelas, pasti ada yang nilainya bagus, ada juga yang buruk. Tapi, sudah tahu nilainya buruk, masih saja merasa bangga, bukankah sangat aneh?”

Winwin mencubit pelan tangan Yangyang. “kau ini, sudah sering membuat masalah, bodoh pula, jika lulus ingin menjadi apa? Preman pasar?” omel Winwin.

“hehe aku janji tidak akan membuat masalah lagi, lebih baik aku tidak banyak tingkah daripada harus belajar dan menjadi pintar, otakku akan terbakar nanti.”

Drttt... Drttt...

Ponsel Ten bergetar, melihat nama nenek Xiaojun di layar, Ten buru-buru mengangkatnya. “halo, ma?”

“siapa?” tanya Kun.

“neneknya Xiaojun,” jawab Ten, lalu beranjak, sedikit menjauh agar tidak mengganggu suasana di meja makan.

Xiaojun menghentikan kegiatan makannya. “pa, kalian makanlah, aku ke atas dulu,” ujar Xiaojun, dan beranjak juga, mengambil tas, lalu keluar.

Walaupun lebih sering menghabiskan waktu di rumah Yangyang, tetap saja Ten dan Xiaojun memiliki rumah sendiri untuk sekedar tidur dan mandi, Hendery juga tinggal bersama Xiaojun, karena rumah di Yangyang tak tersedia kamar lagi. Satu lagi, mereka tinggal di rumah susun, dan rumah Xiaojun berada tepat di atas rumah Yangyang.

Helaan napas keluar dari mulut Yangyang. “Xiaojun-ge selalu saja tidak mau makan jika mengingat ibunya, lagipula si nenek tua itu mau apa sih?! Senang sekali mengganggu keluarga kita,” gerutu Yangyang.

Hendery mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Yangyang. “bukankah ibunya sudah memulai kehidupan baru di Singapura? Kenapa nenek tua itu selalu mengganggu papa Ten, jelas-jelas keduanya sudah bercerai.”

Tak lama, Ten kembali, dan mengernyit bingung karena Xiaojun tidak ada di tempatnya. “Xiaojun mana?” tanya Ten sambil mengambil posisi duduk lagi di meja makan.

Lucas menunjuk atap, sebagai jawaban.

“Xiaojun...sepertinya punya trauma, dan itu karena kau selalu saja bertengkar di hadapannya sewaktu dia kecil. Lihat, sekarang dia menjadi pribadi yang tertutup kan? Itu semua salahmu.” ujar Kun, mengoceh panjang lebar.

“kau ini cerewet sekali, sudah sudah lanjutkan makannya, tidak enak jika sudah dingin,” ujar Ten, mengakhiri obrolan.

***

EYO JANGAN LUPA VOTE YAAA!!!

TERIMA KASIH SUDAH BACA!

SEE YOU!

Family | WayV ( ✔ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang