Dunia di sini adalah dunia yang dibuat oleh saya. Jangan protes jika tidak sesuai kenyataan, karena ini adalah AU.
***
Di dapur, bisa terdengar suara gemericik minyak, juga suara daging yang tengah ditumis. Hari ini, Hendery berulang tahun, sebab itu Kun sibuk memasak sedari tadi. Dibantu juga oleh Lucas dan Winwin. Setelah selesai berkutat di dapur, akhirnya semua hidangan selesai dimasak.
Saat sedang menyiapkan hidangan di meja makan, Kun tak sengaja mendengar percakapan Hendery dengan bibinya.
“kau itu harus banyak membantu pak Kun, boleh tinggal disini dan dibiayai sudah sangat beruntung, jadi kau harus banyak-banyak pengertian ya,” ujar bibi Wan Peng.
Hendery mengangguk mengiyakan.
“harus berbakti, selalu bantu bereskan meja atau apapun itu. Dengar, kan?”
Tok! Tok! Kun mengetuk pintu kamar Lucas yang dipakai Hendery dan bibinya tempat berbicara. “Hendery, bantu hidangkan.” ujar Kun.
“iya pa!”
“Shēngrì kuàilè!!!” semuanya bersulang.
Awalnya masih baik-baik saja, semuanya dengan tenang menikmati makanan masing-masing. Sampai tiba-tiba bibi Wan Peng menyuruh Hendery bersulang dengan Kun. Awalnya Hendery tak mau, Kun juga tak masalah, lebih baik makan saja. Tapi bibi Wan Peng memaksa, memukul dan mencubit Hendery. Akhirnya dengan terpaksa, Hendery berdiri, menuangkan arak putih pada gelas kecil milik Kun. “pa!”
Keduanya pun bersulang.
Entah sudah berapa banyak Kun meminum arak putih, tapi yang pasti ia sudah mabuk sekarang.
“aiya, berhenti minum!” Ten hendak mengambil gelas berisi arak putih yang ada di tangan Kun, tapi si empunya cepat menghindar.
Kun meneguk habis arak putih yang ada di gelasnya, dan menaruhnya di meja. “Ten! Aku ini lagi sedih!!!” ujar Kun dalam keadaan sudah mabuk.
“kenapaaa?” tanya Ten.
Kun menggenggam tangan Xiaojun dan Hendery yang berdiri di sampingnya. “kau anakku, kan?”
“papa mabuk, sampai tak mengenal anak sendiri, ya?” ujar Hendery.
“awalnya, aku bersyukur pada Tuhan karena sudah diberikan anak sebaik mereka. Aku menjaga mereka, merawat mereka, melihat mereka tumbuh dewasa. Tak tega memukul, tak tega memarahi...” ujar Kun, mengungkapkan kekesalan sekaligus kesedihannya.
“tapi, banyak orang bilang aku bukan ayah kandung, aku bukan keluarga mereka! Lihat Xiaojun, neneknya membentak dan memukulinya. Dan Hendery...” Kun menatap Hendery sebentar, lalu beralih menatap bibi Wan Peng. “kau memukulinya, mencubitnya! Menyuruh Hendery berbakti, kurang berbakti apa lagi dia?! Dengan papa sendiri tak perlu sungkan, kan?”
“tidak ada hubungan darah, tidak semarga, tapi kita adalah keluarga!!! Uhuk! Uhuk!” Xiaojun dan Hendery buru-buru memapah Kun ke toilet.
***
“maafkan bibi, acara ulang tahunmu jadi kacau.”
Hendery tersenyum tipis. “sudah jangan dibahas lagi, dan jangan merasa bersalah lagi,” kini Hendery tengah mengantarkan bibi Wan Peng pulang.
“ah iya, kau jangan menunggu mamamu lagi, jangan mencari kabarnya lagi, sudah lama tak kembali, lupakan saja masa lalu. Lihat, papamu sangat menyayangimu, jangan kecewakan dia,” ujar Wan Peng.
Tetap mengangguk mengiyakan yang Hendery berikan, patuh selalu menjadi pilihannya. Hendery mengantar bibi Wan Peng sampai halte bus, setelah busnya datang, baru ia kembali lagi. Di tengah perjalanan, Hendery membuka kaca lipat milik sang mama, bagian atas adalah kaca, bagian bawahnya adalah foto sang mama.
Dirinya masih ingat saat sang mama pergi.
“mama! Harus cepat menjemput aku ya!”
“mama harus cepat kembali yaaa!!!”
Tapi nyatanya, bertahun-tahun berlalu, mamanya tetap tidak ada kabar. Menghilang, dan tidak diketahui keberadaannya, atau mungkin sudah memiliki keluarga baru seperti mama Xiaojun.
***
Keesokan harinya.
Tok! Tok! Tok!
Pintu diketuk terus menerus. Yangyang terpaksa menghentikan kegiatan menggambarnya, dan membukakan pintu. Tak disangka, ternyata itu adalah Yang Xi. “wah? Ada apa kau datang di akhir pekan?” tanya Yangyang, berniat meledek.
“dimana kakakku?”
“mana aku tahu, sedang tak ada di rumah, mungkin sebentar lagi akan pulang,” Yangyang hendak menutup pintu, tapi di tahan oleh Yang Xi.
“temani aku cari gege!”
“tidak mau, cari saja sendiri sana!”
Yang Xi mendengus. Ia merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan selembar seratus yuan. “temani aku!”
Secepat kilat, tangan Yangyang mengambil selembar yang seratus yuan itu dari Yang Xi. Akhirnya ia pun setuju. Tanpa tujuan yang jelas, Yangyang asal mengajak Yang Xi berkililing saja.
“cepat ajak aku bertemu gege!” rengek Yang Xi.
Yangyang mendelik malas. “ya sudah ikuti saja!”
Saat sedang menuruni anak tangga, Yang Xi terus merengek pada Yangyang, dan kaki kecilnya tak sengaja tergelincir. “akkhh!”
***
“mengapa bisa kalian membawa anak kecil keluar?!!” sedari tadi Chen Ting tak henti-hentinya meluapkan emosi pada Yangyang.
Ceklek! Xiaojun keluar dari ruangan UGD, menatap Yangyang sebentar, tapi langsung beralih menatap Chen Ting. “Yang Xi sudah siuman,” ujar Xiaojun. Mendengar itu, Chen Ting memilih untuk masuk ke dalam ruangan.
“bagaimana Yang Xi?” tanya Kun.
“sudah lebih baik, papa bisa pulang istirahat, tak perlu khawatir, ada aku yang menjaga disini.”
“gege! Aku mau gege!!! Gege...” teriakan Yang Xi terdengar sampai luar, Xiaojun sempat menatap keempat saudaranya sebentar, dan langsung berlalu begitu saja, masuk ke dalam.
Yangyang ingin menghampiri, tetapi ditahan oleh Winwin. “sudahlah, kita hanya mengganggu.”
Sesampainya di rumah, Yangyang langsung naik ke atas rooftop. Ingin sendirian bersama malam, memikirkan apa setelah ini Xiaojun membencinya atau tidak. Ia memandang kosong ke bawah sambil menghisap permennya. Mengapa keluarganya menjadi seperti ini?
“Yangyang! Sudah jam sebelas malam, cepat tidur!” Winwin mengusap kepala Yangyang. Pemandangan yang jarang ia lihat, adalah melihat adik bungsunya murung.
“untuk apa sedih? Lagi pula Yang Xi terjatuh sendiri, bukan karena ulahmu. Kau tidak bersalah, untuk apa merasa sedih?” ujar Winwin.
Yangyang menghela napas. “aku juga tahu, aku tak salah.”
Di lain tempat, di koridor rumah sakit.
“dulu, kau sangat suka dengan adik. Bisa tidak, berikan sedikit perhatian pada Yang Xi, dari perhatianmu pada Yangyang?” Chen Ting memandang Xiaojun dengan penuh harap.
“yang kuberikan pada Yangyang, tak akan aku bagi dengan siapapun. Aku bukan kau,” ujar Xiaojun. Lalu memilih masuk ke dalam ruangan, meninggalkan Chen Ting duduk sendirian.
***
AIYAYAYAYA...
SAYA TIDAK PANDAI MEMBUAT HAPPY SCENE :)
THANK YOU FOR READING!
LOVE YOUUUU!

KAMU SEDANG MEMBACA
Family | WayV ( ✔ )
Fanfiction» terbit ✔ buku tersedia di dorm WayV wkwkwk candaa » remake dari drama Go Ahead » tentang lima orang anak dan dua ayah, yang membina sebuah keluarga walaupun tak ada hubungan darah.