[ 09 ]

1.2K 207 47
                                        

Huang Junjie memasuki Cafe dengan wajah yang berseri, tak ada alasan lain, yang pasti karena Lucas mengajak bertemu. Ekspresi keduanya berbanding terbalik, Junjie tersenyum senang, sedangkan Lucas memberikan ekspresi datar.

"kenapa kau tak pesan? Mau papa pesankan?"

Lucas menghela napas, menahan agar tidak emosi melihat wajah pria kaya di hadapannya kini. "toko kami tutup, itu ulahmu kan?" tanya Lucas, langsung masuk ke intinya. "kau ini bisa tidak lepaskan kami? Kami sudah kalah. Toko mie itu satu-satunya sumber penghasilan!"

Sembari mendengarkan celotehan Lucas, Huang Junjie mengambil sebungkus rokok. "anak memang hanya tau bertanya, tapi tidak bisa melakukan apapun, kan?"

"jika sudah tau begitu, harusnya kau tersadar dan ikut denganku. Kau tak pernah bekerja, tak tahu sesulit apa mendapatkan uang. Sebentar lagi kau masuk universitas dan Qian Kun hanya memiliki toko mie, membiayai satu anak saja sudah susah, ditambah denganmu. Kau ingin dia mati kelelahan?"

Lucas membuang muka ke arah luar Cafe. "aku bisa kerja sambil kuliah."

"jadi kau tetap tidak ingin ikut denganku?" tanya Huang Junjie. Dan mendapat jawaban tidak dari Lucas. "Lucas...kau ini anakku, sampai kapanpun aku tak akan menyerah," Huang Junjie tersenyum remeh dan langsung beranjak pergi.

Sedangkan Lucas masih termenung.

"Ge, kalian tidak akan meninggalkanku, kan?"

Pertanyaan Yangyang kemarin semakin membuatnya tak ingin meninggalkan rumah. Akan sekecewa apa Yangyang nanti? Akan sesedih apa sang ayah nanti jika ia menuruti untuk ke luar negeri bersama Huang Junjie?

***

= Hari ujian =

"aku sudah menyiapkan termos, jangan lupa diminum. Kartu ujian, kartu identitas, dan pensil sudah?" Kun sedari tadi terus memastikan segala persiapan ujian.

Hendery mengangguk. "sudah siap semua, kemarin kan papa sudah periksa."

"ayo aku antar ke tempat ujian," ujar Kun.

Tangan Xiaojun mengusap pundak sang ayah. "pa, jangan terlalu cemas. Sudah ada adik bungsu yang mengantar, kau istirahat saja."

Tak lama terdengar derap langkah kaki yang cukup rusuh, tentu saja pemiliknya itu Yangyang. "Ge, kau sudah pakai celana dalam dariku, kan?" tanya Yangyang. "coba tunjukkan!"

Dengan malas, Xiaojun, Hendery, dan Lucas menarik sedikit celana mereka dan menunjukkannya pada Yangyang. Celana berwarna merah, yang dipercaya bisa membawa keberuntungan.

"sudah cepat turun, papa Ten sudah di bawah."

Keempat anak itu pun langsung buru-buru memakai sepatu. "pa, kita berangkat!" pamit Lucas.

"iya iya, jiayou!!!" Kun menutup pintu dengan hati cemas. Dari dulu, ujian memang selalu menegangkan. "semoga lulus, semoga lulus."

Dengan segera Kun menyelesaikan pekerjaan rumah, karena harus membantu kedai mie yang sedang direnovasi.

***

Mendapat kabar jika nenek Xiaojun kritis, Ten dan Xiaojun langsung menuju ke rumah sakit. Baru keluar dari ruang ujian, Xiaojun langsung menuju kemari. "sudah hubungi ibumu?" tanya Ten.

"sudah, sedang dalam perjalanan ke bandara."

Satu jam,

Dua jam,

Tiga jam,

Kabar dari dokter, ataupun kabar dari Chen Ting tak kunjung datang. Saat pintu ruang ICU terbuka, ponsel Xiaojun juga berdering, terpaksa ia menjawab telepon terlebih dahulu. "halo?"

Family | WayV ( ✔ ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang