Young Dad
━━━━━━━━━━━━━━━
Jimin tergugu setelah mendengar penuturan pria itu. Semua ini sangat tidak masuk akal, bagaimana bisa seseorang yang terlihat masih muda– yang ia duga umur mereka terpaut tidak jauh– menginginkannya menjadi seorang anak.
Astaga... Mungkin Jimin tidak akan seterkejut ini jika pria itu bermaksud datang untuk melamarnya, tapi ini menjadikannya seorang anak?
Heol!!
Pria yang sayangnya memiliki wajah tampan dan badan bugar ini sepertinya sudah tidak waras.
"Maaf tuan.. tapi," Jimin tidak bisa melanjutkan ucapannya, ia masih terlalu syok.
Pikiran-pikiran penuh pertanyaan semakin banyak mampir dalam pikirannya.
Apakah pria ini sudah menikah tetapi istrinya tidak bisa hamil sehingga ia menginginkan seseorang untuk diangkat menjadi anak? Tapi, kenapa dirinya yang diminta menjadi anak mereka? Seharusnya pria itu pergi ke panti asuhan.
"Tapi sepertinya anda salah tempat..." Lirih Jimin, dan ucapan Jimin sukses membuat pria itu kembali menaikkan sebelah alisnya.
"Tidak, aku tidak salah tempat. Kau Jimin kan? Park Jimin" ucap si pria sambil menatap intens Jimin.
Jimin sendiri berusaha mati-matian agar tidak mengumpat pada pria itu. Apakah sekarang orang-orang suka menatapnya demikian? Itu sangat membuatnya tidak nyaman.
"Memang benar saya Park Jimin, tapi sepertinya anda salah tempat" lagi-lagi pria itu di buat tidak mengerti akan ucapan Jimin.
"Salah tempat bagaimana maksud mu?" Jimin menggigit bibir bawahnya pelan mendengar pertanyaan pria itu. "Itu, saya tahu memang sangat sulit untuk tuan melewati masa-masa itu..."
Ucapan Jimin membuat pria bernama Jungkook itu menatap sekretaris di sampingnya dengan heran.
"Ma-maaf sebelumnya jika saya menyinggung... Jika tuan dan nyonya tidak bisa memiliki a-anak, sebaiknya tuan datang ke panti asuhan.." lirih si mungil dengan perasaan bersalah karena telah mengatakan sesuatu yang akan menyinggung perasaan pria itu.
"Apa? Nyonya?" Pertanyaan dari pria itu membuat Jimin yang tadinya menunduk sambil memainkan jari jemari di atas pangkuannya mendongak– balas menatap sosok tampan itu.
"I-iya, bukankah istri tuan tidak bisa me-mengandung sehingga tuan menginginkan seorang anak?" Tanya Jimin dengan raut polos sekaligus bersalahnya.
Dan seketika perkataan Jimin di hadiahi gelak tawa oleh pria itu, bahkan ia sampai memukul-mukul pahanya sendiri.
"Astaga... Kau benar-benar lucu" ucap Jungkook dan Jimin hanya bisa mengernyit mendengarnya, bagian mana yang ada pada dirinya yang lucu? Dan lagi ia tidak sedang melucu.
"Aku belum menikah Jimin" jelas Jungkook setelah mengusap sudut matanya, dan ia terkekeh pelan melihat bagaimana mana sipit itu membola setelah mendengar penuturannya.
"Tu-tunggu, berapa umur anda tuan?" Jimin bertanya hati-hati agar tidak menyinggung pria itu.
"Aku? Dua puluh enam" ucapnya santai sambil tersenyum.
Entah harus berapa kali lagi Jimin di buat terkejut oleh pria itu.
━━━━━━━━━━━━━━
"Aku tidak akan mendesakmu, aku akan kembali lagi jika aku tidak sibuk. Mungkin besok? Lusa? Atau mungkin, Minggu depan? Tergantung" pria itu berceloteh, sementara Jimin masih tidak dapat mencerna keadaan.
"Tapi untuk berjaga-jaga jika kau berubah pikiran," ia meletakkan sebuah kartu di hadapan Jimin. "Daddy akan menunggu telponmu" ujarnya sebelum berpamitan dari sana, meninggalkan Jimin seorang diri dengan segala pertanyaan.
Bermenit-menit lamanya ia masih tetap pada posisinya, sampai akhirnya sebelah tangannya melayang untuk menampar wajahnya sendiri.
Sakit.
Berarti ia tidak sedang bermimpi, jika beberapa menit yang lalu seorang pria tampan dan terlihat mapan itu mendatangi dirinya untuk menjadikannya seorang anak? Sementara pria itu sendiri belum menikah?
ASTAGA!! Pria itu benar-benar gila! Apakah ia memiliki kelainan untuk memiliki anak tanpa menikah? Tapi kenapa harus seorang pemuda sepertinya? Bukan anak kecil yang menggemaskan?
Dia tidak akan melayani nafsu pria itu kan? Atau sebenarnya pria itu menginginkannya menjadi seorang anak hanya alibi? Karena tujuan pria itu sebenarnya adalah untuk mencari seorang pemuas nafsu yang masih perawan– tidak, perjaka sepertinya?!
Jimin akan benar-benar gila jika terus memikirkannya.
━━━━━━━━━━━━━━
Dua hari berlalu, dan tanda-tanda pria itu akan mendatanginya tidak terlihat sama sekali. Sedikitnya Jimin merasa bersyukur karena tidak sedikitpun terpikirkan olehnya untuk menjadi anak dari seorang pria muda berumur dua puluh enam.
Itu sangat terdengar gila, dan lagi pria itu bahkan belum menikah. Tapi jika orang-orang tahu sepertinya yang akan jadi sasaran hangat adalah dirinya.
"Terima kasih, semoga harimu menyenangkan" Jimin tersenyum setelah memberikan belanjaan milik pelanggannya.
Di usapnya kasar wajah lelahnya, dua hari ini dia tidak bisa tidur karena terus memikirkan jika ia harus pindah sebelum lusa, yang itu artinya tinggal satu hari besok dan lagi ia belum menemukan pekerjaan lainnya.
Lagi-lagi Jimin di buat ingin menangis mengingatnya, apakah benar ia akan tidur di jalanan? Mungkin pilihan satu-satunya adalah rumah Hoseok, tapi Jimin sudah terlanjur takut melihat kakak tiri pemuda itu.
"Ibu... Jimin harus bagaimana?" Dan seketika wajah pria yang dua hari lalu mendatanginya terlintas pada pikirannya.
"Tunggu, kenapa malah pria itu yang muncul?" Jimin membulatkan matanya, ini bukan pertanda bukan? Ayolah.. Jimin tidak ingin di angkat menjadi anak oleh orang itu, akan terdengar bahkan terlihat aneh nantinya. Seorang pria muda memanggil dirinya yang berusia dua puluh satu tahun 'nak'.
Tidak! Dia tidak bisa membayangkannya!
━━━━━━━━━━━━━━
Langkahnya terasa berat saat menaiki setiap anak tangga, ia menghela nafas dan mendongak menatap langit yang cukup kelam tanpa adanya bintang yang bertengger di sana.
Bruk!
Jimin terkejut bukan main, ketika mendapati sebuah tas miliknya berada di luar tempat tinggalnya. Maka langsung saja ia memasuki kediamannya dan menemukan bibi pemilik apartemen sedang memasukkan benda-benda miliknya.
"Bibi, ada apa ini?" Ucapan Jimin menghentikan aksi wanita itu.
"Akhirnya kau pulang, bereskan barang-barangmu"
"Apa? Tapi kenapa? Bukankah aku masih memiliki satu hari?" Tanya Jimin, dan wanita yang sudah memasuki kepala empat itu menghela nafasnya. "Aku memajukan waktunya, sudah cukup aku memberikan keringanan padamu" jelasnya sebelum keluar dari sana.
"Bibi, tunggu sebentar. Beri aku waktu sebentar bibi, aku mohon.." tangan Jimin yang menahan lengan wanita itu di tepisnya dengan kasar.
"Bukankah aku sudah mengatakannya Park? Selama ini aku sudah bermurah hati padamu! Lama-lama aku akan rugi hanya karena orang sepertimu! Masih banyak orang yang di luar yang mencari tempat tinggal, dan pastinya bisa membayar!" Bentak wanita itu, dan seketika Jimin dibuat bungkam.
"Harusnya kau tau diri, jika tidak membayar tidak usah tinggal disini!" Ucapnya sebelum berlalu dari hadapan Jimin.
Jimin menunduk dengan air mata mulai berlomba-lomba menuruni pipinya.
Apakah ini akhirnya?
To be continued...
Malming ku bersama tugas:)
kalo kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Dad『️km』️
Fiksi Penggemar- kookmin Di saat ayahmu memiliki selisih umur 5 tahun denganmu [Inspired by Legally Dad]