Chapter 18

180 17 15
                                    

Shadow Warrior

Chapter 18

.

.

"Sakit....!" Henry terisak. Seluruh tubuhnya terasa sakit sehingga ia merasa akan mati, tetapi ternyata ia bisa menggerakkan tubuhnya dengan mudah, bahkan rasa sakit itu seakan hilang begitu ia mulai bergerak.

"Ini di mana? Apa yang terjadi?" Henry mencoba berdiri sebelum terjatuh lagi. Namun tempat di mana ia berada adalah sebuah perahu kecil yang terkatung-katung di lautan luas berwarna merah darah. Bukan hanya warna, tetapi benar-benar darah.

Mata anak muda itu melebar ketakutan. Ke manapun ia memandang, yang dilihatnya hanyalah lautan darah. Bahkan langit di atas kepalanya berwarna merah gelap, seperti darah yang sudah mengering.

Henry berteriak ketakutan. Ia mencoba memanggil kepala pendeta Jujak, orang-orang yang dikenalnya, bahkan keluarganya yang sudah meninggal. Tetapi tak seorangpun menjawabnya.

"Ini pasti mimpi! Aku harus bangun! Ini hanya mimpi!" gumam Henry keras-keras kepada dirinya sendiri. Ia kini bersila dengan tangan di atas setiap lututnya, dan memejamkan mata. Henry berusaha mengatur napasnya seperti yang biasa diajarkan di kuil Jujak. Ketenangan berangsur-angsur datang, sehingga Henry dapat berpikir. Ia mencoba kembali ke peristiwa yang terakhir ia ingat.

Semua berputar kembali dalam ingatannya seperti sebuah film....

.

"Ajussi! Syukurlah ajussi datang." Henry merasa lega daripada terkejut saat sosok yang ia kenal selama ini bisa muncul begitu saja di ruang tahanan. Ia tidak peduli bagaimana sosok itu bisa menembus dinding dan pintu yang terkunci.

"Apa kau mengatakan sesuatu tentang racun itu?" Sosok itu menatapnya tajam. Henry sedikit merasa heran, namun kelegaan karena sosok itu muncul, jauh melebihi keherananannya.

"Tentu saja tidak. Ajussi tidak perlu khawatir." Henry menautkan kedua alisnya saat melihat wajah orang yang disebutnya ajussi itu terdiam. "Apakah ada yang salah?"

"Kau sama sekali tidak meracuni Guardian Jujak." Sosok itu berkata dengan senyum yang sulit diartikan.

"Ta...tapi...kata mereka dia kesakitan. Bukankah karena itu aku ditangkap? Karena racun yang kutabur berhasil?"

"Soal racun itu memang benar. Tetapi dia bukan guardian Jujak. Dia adalah orang yang menjadi pengganti guardian Jujak yang sesungguhnya. Seorang Kagemusha. Shadow warrior."

"Mwo?" Kini wajah Henry pucat pasi. Tubuhnya menjadi gemetar. "Itu bukan salahku.... Dia mengaku sebagai Jujak! Dan ajussi... dan ajussi mengatakan sendiri kalau dia akan datang ke kuil."

"Itu benar, dan kau melakukan semua sesuai rencanaku. Termasuk meracuni kagemusha itu."

Jantung Henry berdetak lebih cepat dari biasanya, campuran dari rasa bingung dan rasa bersalah.

"Kenapa ajussi menipuku? Aku tidak mau meracuni orang yang tidak bersalah!"

"Dia bersalah karena selalu saja menghalangi rencanaku! Semua yang menghalangi rencanaku harus mati!" Teriakan sosok itu membuat Henry tersentak. "Maaf, Henry sshi. Aku harus membunuhmu. Kau terlalu berbahaya untuk dibiarkan hidup."

"Tidak! Ini tidak mungkin!" Henry mencoba berlari ke arah pintu dan menggedornya dengan keras. Ia berteriak meminta tolong berkali-kali namun tak seorangpun yang menyahut.

"Mereka semua sudah mati." Sosok itu mendekat dengan senyum lebar yang kini tampak mengerikan di mata Henry. Sosok itu mencengkeramnya dan memaksanya duduk di tempatnya semula. "Jangan bergerak dan berontak, atau kematianmu akan sangat menyakitkan."

Shadow WarriorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang