Chapter 9

445 40 17
                                    

"Shit!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Shit!"

Suara gemuru nafas tak beraturan serta suara keras yang berasal dari  sandbag  yang terus dipukul dari tadi memenuhi ruangan minim pencahayaan itu.

Lelaki yang sejak sejam yang lalu sudah berada disini itu sepertinya belum ada niat untuk berhenti dalam waktu dekat.

Menghiraukan tangannya yang saat ini sudah dipenuhi lebam dan juga beberapa bercak darah, ia terus menerus memukul sandbag dihadapannya tanpa jeda sedikitpun.

Bukannya melemah, semakin lama pukulannya semakin keras dan begitu kencang.

Emosinya tidak tersalurkan sama sekali, bukannya menjadi lebih tenang yang ada amarah dalam dirinya semakin menguar.

"Sejak kapan?" Tanya seorang lelaki yang baru masuk ke dalam ruangan itu, pertanyaan yang baru saja ia lontarkan tentu bukan ditujukan pada sosok yang sibuk dengan sandbag disana melainkan kepada sosok lelaki lain yang hanya sibuk menonton sedari tadi tanpa ada niatan untuk menghentikan sang empu.

Jemon, sosok yang ditanya itu melirik jam tangannya sebentar lalu menatap sosok yang baru masuk itu alias Azrael.

"Kurang lebih sejam yang lalu" Azrael mengangguk.

"Paman memanggilnya,"

"Siapa?" Tanya Jemon merasa ambigu dengan apa yang diucapkan Azrael barusan.

"Paman Leonas"

"Beritahu sendiri ke yang bersangkutan." Azrael mendengus, tahu begitu ia tidak memberi tahu Jemon dari tadi.

"Kau tahu apa yang terjadi jika aku yang menghentikannya sekarang."

"Cih" Jemon bangkit lalu menuju ke arah Nic —sosok yang sibuk bergelut dengan sandbag sedari tadi.

"Nic ka.."

"Shut up!" Jemon menghela nafas, sudah ia duga tidak semudah itu menghentikan Nicolo, apalagi sepertinya kali ini amarah yang lelaki itu alami tidak seperti biasanya.

"Kau di panggil oleh paman Leonas," sahut Jemon, menyiapkan diri karena ia tahu apa yang terjadi setelah ini.

"Fight with me" suara berat milik Nic membuat Jemon sedikit merinding, sudah menduga bahwa hari ini minimal ia akan babak belur oleh lelaki di depannya.

Sudah lama kejadian seperti ini terjadi, dan polanya selalu sama. Yang berbeda hanyalah kali ini emosi yang ada di dalam diri lelaki itu lebih besar hingga ia sendiri tak bisa mengendalikannya.

ANATHEMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang