Dua

122 10 0
                                    

Di salah satu jalur utama di kota Jogja, di persimpangan jalan menuju kampus Sarah, keramaian selalu hadir di setiap pagi hari. Banyak mahasiswa dan pekerja kantoran yang bergabung dengan arus kerumunan.

Selain kelompok menengah-atas, ada pula sekumpulan bocah jalanan, para pengamen ingusan, menggapai-gapai menembus kerumunan dengan jari-jemari yang lengket dan lihai. Mereka masih terlalu kecil untuk bisa mahir melakukannya, dan para petugas keamanan dengan cepat mengambil alih. Biasanya, anak-anak jalanan itu akan dikirim ke tempat karantina untuk diberi pendidikan, atau dikirim kembali ke keluarganya.

Seperti kata banyak orang di sekitar Sarah, mereka sering mengejeknya dengan mengatakan bahwa orang-orang di dalam negeri saja masih banyak yang membutuhkan perhatian, sehingga tidak perlu memikirkan nasib orang-orang Palestina yang entah darimana asal-usul mereka.

Sarah tidak menyalahkan siapapun atas anggapan orang-orang di sekelilingnya itu. Di sisi lain, dia juga tidak bisa meminggirkan perasaannya yang sakit saat mendengar atau melihat berita-berita kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina. Sarah bimbang? Tentu saja. Berkat pelajaran tentang kehidupan dari ibunya, dia sudah membulatkan tekadnya, membela hak-hak rakyat Palestina, dan menjadi jurnalis atas nama kemanusiaan.

Sentuhan kecil di bagian pundak membuat tubuhnya berputar bergerak berdasar insting. Sarah merenggut tangan orang yang cukup berani mencolek pundak kanannya, mencengkeramnya kuat. Namun, alih-alih pengamen jalanan atau anak kecil yang suka usil, Sarah malah mendapati seorang muslimah dengan balutan hijab merah pekat, dengan wajahnya yang anggun nan teduh.

Aisha Syafiqah Mashel. Nama yang selalu dia banggakan setiap kali bertemu dengan Sarah. Cahaya kehidupan perempuan yang menaruh belas kasihan, iba hati dan lemah lembut kepada orang lain. Begitu dia sering mengatakan makna dari namanya.

Aisha adalah teman Sarah saat duduk di sekolah menengah atas, perempuan yang pernah mengajaknya melakukan aksi damai membela hak-hak Palestina di alun-alun kota, dan mungkin satu-satunya sahabat sejati yang dia miliki. Sejak masih satu atap sekolah, mereka selalu bersama, tetapi kini ketika sudah beranjak dewasa, mereka terpisah karena berbeda kampus, dan jarang bertemu, Sarah tidak melihat banyak perubahan pada diri Aisha dari sebelum-sebelumnya.

"Ini Sarah kan? Aku tidak salah orang?" Aisha terkekeh, sambil melepaskan cengkeraman tangan Sarah.

"Kamu! Aisha? Apa yang kamu lakukan di sini?" Sarah cukup terkejut, sambil membetulkan posisi tas selempang yang biasa dia kenakan setiap pergi kuliah.

"Menurutmu, apa yang sedang kulakukan di halaman kampus sebesar ini?"

"Jangan-jangan, kamu—"

"Sudah nanti akan kuceritakan semuanya. Kalau begitu, ayo kita bergegas. Jangan sampai ketinggalan kelas."

"Kelas semestinya baru akan dimulai dalam setengah jam lagi, dasar bodoh."

Aisha sudah berjalan dengan langkah kakinya yang panjang, memaksa Sarah berlari kecil untuk mengejarnya. Langkah goyang, hilang keseimbangan. Kaki siput, begitu Aisha menyebutnya, meski dia sendiri tidak berani melihat hewan moluska yang satu ini. Sarah merasa bisa menghabiskan waktu seharian bersama sahabatnya, Aisha, masih belum menghilangkan dahaga kerinduannya.

Tidak seperti keluarga Sarah, keluarga Aisha sangat relijius dan sederhana. Kedua orangtua Sarah adalah sahabat baik dari kedua orangtua Aisha. Bahkan, nama Sarah Nurul Fatimah diberikan atas saran dari ibu Aisha, dengan harapan agar bisa meneladani Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim. Bisa jadi harapan itu yang kini menuntun Sarah menjadi begitu peduli pada hak-hak rakyat Palestina.

Mereka tiba di area Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang ada di kampusnya. Tidak sulit mencari gedung yang akan digunakan menjadi tempat mereka menuntut ilmu. Dari kejauhan, halaman depan kelasnya masih sepi, hanya beberapa mahasiswa yang sudah terlihat duduk santai pada bangku panjang yang disediakan di lorong depan kelas.

Purnama Di Palestina (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang