Sepuluh

26 1 0
                                    

Sarah tiba di rumah setelah berderap melalui jalanan kota yang lembap dan beberapa titik terdapat genangan air karena baru saja diguyur hujan, melewati rindangnya pohon yang masih menyisakan buliran air segar dari langit, dia mengetuk pintu rumahnya. Tak berlangsung lama, pintu terbuka, dan nampak Mbok Midah, wanita paruhbaya, asisten rumah tangga keluarganya.

Sarah mengucapkan salam, lalu masuk bergegas ke dalam kamar pribadinya, meletakkan tas ransel, dan rebahan, hingga rasa capek perlahan lenyap dari tubuhnya. Lalu diraihnya ponsel dari dalam saku gamis, sekedar memeriksa pesan masuk. Tentu saja dia berharap akan ada balasan lain dari Azis. Pertanyaan yang masih terkungkung dalam benaknya adalah darimana Azis mendapatkan nomor ponselnya.

Ketika sudah lebih segar, Sarah langsung membersihkan diri, berganti baju, lalu meraih kursi di sebelah meja yang di atasnya terdapat sebuah komputer yang biasa dia gunakan untuk mencari artikel atau berita-berita terbaru tentang Palestina di jagad dunia maya.

Hampir sejam lamanya dia menjelajah internet. Belum ada satu pun artikel atau berita terbaru tentang Palestina. Bahkan, berita lanjutan soal gencatan senjata pun tidak banyak membantunya menemukan informasi-informasi baru. Hanya omongan lama yang pada intinya, baik Palestina maupun Israel telah berjanji untuk tidak saling menyerang, menahan diri dari konflik lanjutan.

Setelah merasa bosan mengelilingi dunia maya, Sarah berfikir untuk menggali informasi mengenai media massa berbasis Islam tempat Azis bekerja. Dia teringat pesan singkat tadi di kampus. Langsung saja, dia meraih ponselnya yang tergeletak santai di atas ranjang, lalu mencari pesan Azis untuk menemukan identitas media Islam tersebut.

"Tidak ada informasi apa pun?" Sarah yang awalnya tersenyum, berubah menjadi kusut seperti pakaian belum disetrika, namun tetap tak mampu menutupi wajah ayunya.

Sarah berpikir untuk menanyakannya kepada Aisha, tapi dia urungkan niatnya. Atau menanyakan langsung kepada Azis? Tidak mungkin. Dia mulai mengetik beberapa situs media Islam yang dikenalnya, mengamati satu demi satu setiap berita tentang Palestina yang disajikan, dengan harapan bisa menemukan nama jurnalis 'Azis Ibadurrahman' sebagai penulis beritanya.

Semua usahanya tak ada yang membuahkan hasil. Membuang-buang waktu, dan sama sekali nihil informasi yang didapat. Sarah tampak seperti akan menyerah. Di tengah gejolak emosionalnya, alam bawah sadar Sarah menerawang jauh mengingat-ingat setiap momen tulisan Azis tentang Palestina yang pernah dia baca sebelum-sebelumnya.

"Purnama di Palestina?" pikirnya dalam hati kemudian. "Ah, mungkin artikel itu sudah ditayangkan pada laman situs medianya. Jika aku mencarinya di google, pasti akan ketemu alamat website medianya."

Sarah kembali bersemangat untuk berselancar bebas pada jagad dunia maya, mengeja apa yang ada di benaknya sebelum hilang tanpa jejak, 'Purnama di Palestina oleh Azis Ibadurrahman', lalu klik enter pada keyboard komputernya. Tak berselang lama, beranda google telah penuh menampilkan beberapa judul artikel yang sama, namun berbeda situs halaman yang menayangkannya.

Sarah meng-klik satu per satu judul artikel, dan mengamatinya dengan seksama. Hampir semuanya ditulis oleh Azis Ibadurrahman. Dan sekali lagi, Sarah belum menemukan titik terang apa nama media dari kakaknya Aisha itu.

Saat berada pada ujung harapan dan semangatnya yang naik turun bak rollercoaster, Sarah berharap ada keajaiban pada artikel 'Purnama di Palestina' terakhir yang belum tersentuh kursornya, bisa menemukan informasi yang diinginkannya. Beranda google berganti menjadi tampilan sebuah laman media yang didominasi dengan nuansa hijau daun pada header situs tersebut.

Pada bagian bawah judul artikel 'Purnama di Palestina' yang tertera di laman media itu, tersebutlah nama 'Azis Ibadurrahman' lengkap dengan jabatan dan nama media tempatnya bernaung. Tertulis lengkap, jelas dan gamblang, 'Oleh: Azis Ibadurrahman, Redaktur MINA' dengan alamat situs minanews.net.

Purnama Di Palestina (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang