"Meyra kalau saya tidak ada lagi, apa yang akan kau lakukan?" tanyanya pada saat itu.
"Eum... aku tidak tau, mungkin mengurung diriku kembali di kamar dan menangis sepuasnya" balas sang gadis sambil menunduk.
Lelaki itu berdiri di hadapan sang gadis dan mendongakkan kepala sang gadis untuk berhadapan dengannya.
"Tatap aku saat berbicara denganku tuan putri" ucapnya tegas.
Sang gadis memberengut dan mempoutkan bibirnya.
"Aku tidak mauu menatapmu kau menyebalkan menanyakan hal itu padaku huh" ucap sang gadis dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Lelaki yang lebih tinggi dari gadis itu mengusak surai gadisnya dan tersenyum.
"Percayalah padaku, aku akan selalu hadir di mimpi mu untuk saat ini dan seterusnya. Jadi jangan menangis lagi yaa?" ucapnya meyakinkanku.
Sang gadis menatap lelaki itu tajam.
"Kau tega meninggalkanku? Hikss... kau jahat" isak sang gadis.
Lelaki itu menghela nafasnya berat dan kemudian berbisik kepada sang gadis.
"Tunggulah aku, aku akan kembali hingga waktunya tiba. Dan aku berjanji ini tidak akan lama" bisiknya dan menjauh dari sang gadis.
"Kau berjanji? Kau tidak membohongiku?" tanyanya untuk meyakinkan.
"Iyaa sayang aku janji ini akan cepat" balas sang lelaki dan kembali mengusak rambut gadisnya.
"Ayo kita pulang, hari sudah mulai malam" ucapnya dan menggandeng sang gadis untuk membawanya pulang.
'Aku harap kau tidak membenci ku suatu hari nanti, mey' batin sang lelaki dan mengajak gadisnya berlari.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamies
Teen Fiction[REVISI] Bukan tentang kita yang selalu bersama. Tapi tentang bagaimana bisa kita menghabiskan waktu bersama dalam waktu yang sangat singkat. Dan juga tentang janji yang harus kita tepati. Berjanji hal yang sulit bukan? Maka sejak hari itu, aku mem...