3

18.2K 1.6K 46
                                    

Karena keadaan ibu yang sedang sakit, mau tidak mau kami harus menunda rencana. Dengan mba Alin, aku menjaga ibu yang sedang di rawat di sebuah klinik, dibantu bi Rum dari siang sampai malam.

Mas Pras cuma datang malam, tapi dari mba Alin kudengar sore ini laki-laki itu datang awal.

"Nginap sama Pras, malam ini Mba harus lembur."

Aku mengangguk. Mba Alin membawa pekerjaannya ke klinik, aku tahu bagaimana sibuknya wanita itu.

Perusahaan keluarga dipegang oleh mba Alin, yang belum menikah diusia yang sudah cukup matang, sementara mas Pras di luar negeri. Hanya itu yang kuketahui tentang wanita yang sudah merawatku setelah mengalami kecelakaan. Tidak pernah sekalipun mba Alin  memperlakukan dengan buruk. Menurutku, mba Alin tipikal wanita zaman modern yang tidak banyak berinteraksi tapi mencetak banyak prestasi.

"Kamu tidak ada masalah dengan Nadin kan?"

Aku menoleh saat mba Alin menyebut nama istri mas Pras. Kupikir mba Alin menanyaiku, ternyata pada mas Pras yang berdiri tepat di samping mba Alin.

Kapan laki-laki itu datang?

"Nadin menghubungi Mba?"

Aku tidak berani melihat keduanya, berada di antara mereka saja cukup membuatku canggung.

"Beritahu dia. Aku tidak punya waktu mengawasimu."

Menggeserkan bangku, aku bangun dan menjauh dari sisi bu Alawiyah. Mungkin lebih baik aku keluar sebentar.

"Hasna, Mba mau pergi."

Belum kusentuh gagang pintu, langkah terpaksa kuhentikan.

"Kalau ibu bangun, berikan sirup magh dulu."

Aku mengangguk. Kulihat mas Pras masih berdiri setelah mba Alin pergi. Tidak ada sepatah katapun yang ingin kukatakan pada laki-laki itu.

Tidak dengan mas Pras sepertinya. Dia memang santai, tapi dari gelagatnya aku punya firasat tidak bagus.

"Saya harus kembali ke sana dalam waktu dekat."

Baiklah. Tapi, harusnya bukan padaku dia mengatakan rencananya itu kan?

"Kita harus melakukannya dengan cepat."

Apapun yang dipikirkan laki-laki itu, sungguh membuatku ikut berpikir juga.

"Kenapa?"

"Tentang istri saya, apa saya harus mengatakan semuanya padamu?"

Suaranya tidak enak didengar. Aku juga salah. Ngapain harus nanya segala?

"Besok malam, saya akan pergi."

Artinya, malam ini sampai besok  waktu untuk melakukan itu?

"Malam ini, kita akan menyelesaikan semuanya."

Benar kan? Malam ini, di rumah sakit. Mataku berpencar, di mana aku akan menyerahkan kehormatanku pada laki-laki itu?

Ketika mas Pras mendekat, otomatis aku mundur.

"Apa yang kamu pikirkan?"

Aku menggeleng.

"Jangan berandai terlalu tinggi."

Katakan apapun yang ingin kau katakan. Yang jelas pikiran kita tidak akan sama.

"Tugasmu melayaniku dalam satu malam. Kualitas bibitku diakui spesialis."

Dalam hati, aku mendecih. Kalimat tajamnya tak pernah disaring. Nada mencemooh jelas terlihat, tanpa perlu di jelasin.

"Mandilah. Saya akan menjaga ibu."

Kupinjamkan Rahimku (Tamat-cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang