.
Hari itu, tugas yang telah kami selesaikan dengan sempurna siap dipresentasikan. Kerja keras kami membuahkan hasil yang sangat bagus.
Tidak hanya dosen dan mahasiswa Airlangga yang hadir, beberapa mahasiswa dari universitas lain juga mendapatkan undangan.Kami sudah mempersiapkan dengan baik. Apresiasi dosen dan mahasiswa undangan semakin menaikkan semangat kami.
Di tengah acara, sesuatu terjadi. Pahaku, dicolek Amira wakil ketua prodi. Seketika aku mendongak melihat ke arah Adhyaksa yang mendapatkan tugas inti yaitu membaca hasil seminar.
Di depannya ada Macbook milikku yang menyimpan semua data termasuk hasil seminar. Mata laki-laki itu menatap tajam ke arahku.
Apakah ada yang salah?
Sempat terjeda tiga menit. Setelah itu acara kembali berjalan. Satu jam, Adhyaksa memaparkan hasil seminar diselingi pertanyaan yang kami jawab bersama anggota kelompok secara bergiliran.
Tepuk tangan mengiringi selesainya acara seminar kali ini. Tidak langsung keluar, kami mendapat perintah dari Reynald agar berkumpul di ruang prodi.
Perasaanku sudah tidak enak, sejak di pertengahan acara seminar tadi.
"Seminar paling goblok."
Tiga kata Adhyaksa membuatku gamang. Sesuatu hal pasti telah terjadi. Wajah laki-laki itu dingin tak tersentuh.
"Kamu."
Aku meneguk ludah.
"Milikmu kan?" Adhyaksa menunjuk Macbook-ku dengan dagunya.
"Benar," jawabku dengan tenang.
"Di mana file inti seminar, bisa kamu tunjukkan?"
Aku melangkah maju, berdiri di sampingnya tanpa menggunakan bangku, mulai membuka penyimpanan.
Tujuh menit berselang, Adhyaksa kembali bersuara. "Apakah kami harus menunggumu seharian?"
Keringatku mulai bercucuran. Sejak tadi pagi aku sudah memastikan semuanya aman tanpa ada kesalahan. Lantas ke mana file itu pergi?
"Kamu tahu, ada 25 orang mahasiswa undangan di acara tadi?"
"Iya."
"Tahu bagaimana pandangan mereka untuk saya beberapa saat yang lalu?"
Aku tidak melihatnya.
"Tugasmu tidak banyak. Beraninya kamu membuatku kehilangan muka?"
"Saya sudah bekerja dengan baik."
Aku tidak percaya, saat Adyahksa membanting MacBook dari meja menyentuh dinginnya lantai.
"Bekerja dengan baik?" suara itu cukup menusuk.
"Kenapa tidak kau gantikan posisi saya di depan?"
Tatapannya tajam. Di memarahiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupinjamkan Rahimku (Tamat-cerita Lengkap Di PDF)
RomanceDiharuskan menikah dengan laki-laki yang sudah kuanggap sebagai kakak, untuk melahirkan seorang anak, menutupi aib seorang wanita yang telah dinikahinya sepuluh tahun yang lalu. Setelah itu, aku bisa pergi. Ya, aku harus pergi setelah menunaikan kew...