Mecca

5.7K 700 55
                                    

Pertemuan Mecca dan Miswar setelah laki-laki itu pulang dari Italia. Melalui Seyhan, Miswar bisa melihat wanita itu tentu tanpa membuat anaknya curiga.

"Bagaimana kabarmu?"

Mecca yang merasa diperalat, marah. Miswar tidak pernah melakukan hal dengan benar selalu ada dalang dibalik rencananya.

"Apa yang anda inginkan?"

"Sah." hanya itu. Setelah itu mereka bisa melakukan apapun yang diinginkan tanpa takut merusak norma. "Kecuali jika kamu ingin main-main."

Mereka tidak saling mengenal tapi dengan beraninya Miswar melakukan hal itu padanya. 

"Kita tidak sedekat itu untuk mengawali hubungan."

"Malam itu kita kurang dekat?" karena jujur Miswar merasakan tubuh Mecca menerima rayuannya terlepas dibawah pengaruh obat.

"Kamu tahu apa yang saya inginkan."

Mecca menggeleng. "Anda salah. Saya tidak ada keinginan apapun selain menerima diri sendiri." karena selama ini Mecca menjaga hatinya dengan baik.

Cara Miswar menatapnya tak membuat Mecca kalah. Tatapan itu memang tidak mengintimidasi namun ada magnet yang menunggunya khilaf.

"Papa bisa membujuknya kembali ke kampus?"

Mecca berdeham ketika mendengar suara Seyhan. Dia yakin, jika Seyhan sama tidak tahu dengan dirinya.

"Dia keras kepala." jawaban Miswar membuat Seyhan menyugar rambutnya. "Kupikir Papa bisa menanganinya."

Sedang ayah dan anak itu mengobrol Mecca bersiap mengundurkan diri, namun Seyhan tidak setuju. "Aku sudah memesan makan siang dan kita akan makan bersama."

"Sey, aku ada janji."

"Makan sedikit setelah itu aku akan mengantarkanmu, oke?"

Mecca tersenyum padanya, ketika Seyhan menghampiri pelayan dan menyuruh bergegas Miswar mengatakan satu hal. "Kalian cukup dekat. Jangan terlalu baik, kasihan putraku nanti."

Mecca tidak menjawab. Usai makan ia akan pergi dari sini.

Selama makan siang, Mecca menyadari tatapan Miswar dan memilih tak peduli. Obrolan Seyhan dan papanya sesekali melibatkan dirinya. Canggung tapi Mecca harus menyelesaikan secepatnya.

"Aku sudah selesai."

"Baiklah." Seyhan sengaja mengisi piringnya sedikit karena Mecca terlihat buru-buru.

Ketika Miswar menahan tangannya, Mecca mengatakan satu hal, "Perlukah aku tidur dengan putra anda?" karena sore ini Mecca tahu pertemuan ayah dan Miswar telah diatur.

Genggaman itu terlepas, Mecca berhasil pergi dari sana. Mecca pikir hari ini cukup sampai disini, ternyata tidak. Miswar mengirimkan sebuah video yang menjelaskan keadaan malam itu. Cukup membuat orang tuamu syok, bukan?

Menyadari ada yang aneh dari wajah Mecca, Seyhan meminta maaf. "Aku membuatmu terlambat ya?"

Mecca ingin mengajak Seyhan menikah agar bisa terhindar dari jeratan Miswar, tapi sisi bijaknya tidak ingin melibatkan orang yang tidak bersalah. Mecca tidak sebusuk kelakuan Miswar.

******

Pras dan Hasna menyambut hangat kedatangan Miswar beserta niat baiknya. Dari sang putri mereka telah mengantongi jawaban untuk Miswar Lazuardi.

Tidak ada cela dari seorang Miswar dan mereka tahu kualitas pribadi lelaki itu. Menduda selama istrinya meninggal dan membesarkan putranya seorang diri. Se-lama itu menyendiri bukankah Miswar laki-laki setia?

Tak ada tanya kenapa harus putri mereka? Karena senyum dan raut bahagia Mecca menjelaskan jika putri mereka juga memiliki perasaan yang sama.

"Saya ingin bertunangan dulu. Karena hubungan kami masih baru." dengan santun Miswar menyampaikan maksudnya.

Tentu Pras setuju. Lebih baik saling mengenal dulu sebelum terikat akad agar hubungan keduanya semakin erat.

Di mana Mecca, jujur Miswar ingin melihatnya. 

Setelah lamaran diterima, Miswar dan tiga orang wali dari pihaknya keluar. Cara yang dewasa yang disukai oleh Pras juga Hasna. Karena jauh sebelum hari ini orang tua Mecca mengenal baik Miswar Lazuardi.

Seyhan tidak tahu karena Miswar tidak ingin orang-orang tahu sebelum janur kuning melengkung. Kepada wali dan asistennya Miswar meminta agar mereka bisa menutup mulut.

Tak perlu menghubungi karena Miswar tahu jika Mecca akan menemuinya. Sehari setelah cincin disematkan oleh tante Miswar, Mecca mengunjunginya ke perusahaan.

Calon nyonya besar tak perlu menunggu karena begitu datang, pintu ruangannya dibuka oleh seorang wanita.

"Kamu datang?" lebih cepat seperti dugaan Miswar.

"Apa untungnya anda menikahiku?"

Miswar suka cara Mecca bertanya. "Apakah saya terlihat seperti orang jahat?"

Mecca bertanya lagi, "Tidak takutkah anda menikahi wanita muda sepertiku?"

"Kamu akan kabur?" Miswar tersenyum. Ia sangat bahagia melihat Mecca datang.

"Bisa saja aku berselingkuh," jawab Mecca dengan jujur. "Hubungan ini bukan atas keinginan dua belah pihak."

"Jangan buat rumit." itu bukan ancaman, karena yang disuarakan oleh Mecca adalah andai yang tak akan dilakukannya.

"Kamu tidak ingin duduk dulu?" kini posisi keduanya telah dekat, berdiri berhadapan dengan kilat tatapan yang berbeda. 

"Aku datang hanya untuk mengatakan itu."

"Kita bisa bicara santai."

"Tidak perlu." Mecca menolak dan bersiap keluar namun tak semudah bayangannya. Lelaki itu mencekal tangan dan membawa tubuhnya dalam pelukan hingga seseorang yang baru saja masuk terkejut melihat adegan romantis di depannya.

Perlahan pintu itu kembali ditutup dari luar, dengan tatapan kosong laki-laki itu pergi dari sana melupakan sejenak alasan kedatangannya ke perusahaan yang akan diwariskan kepadanya.

Gontai langkah itu kembali ke cafe tempatnya bekerja. Getir cinta itu masih ada, mengetahui siapa lawannya laki-laki itu menumbuk kesal dadanya. Ia marah, tapi tak bisa meluahkannya. Ketulusannya selama ini kalah dengan seorang yang menjadi baktinya. 

Alasannya menyelesaikan pendidikan dengan cepat adalah wanita itu, begitu juga dengan pekerjaan yang dilakoninya sementara ia menjadi pebisnis yang benar, namun semua itu telah sia-sia. Ciuman dua orang penting dalam hidupnya seakan menghilangkan semangat hidup.

Kupinjamkan Rahimku (Tamat-cerita Lengkap Di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang