42. No Pain, No Gain

231 34 0
                                    

"Bukan urusan lu juga mau tau urusan gua." - Arlen Ignecio

-
-
-

-----oOo-----

Setelah pulang sekolah, Ibra memutuskan mereka semua pergi mengunjungi apartement Bu Aurin untuk menjenguk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pulang sekolah, Ibra memutuskan mereka semua pergi mengunjungi apartement Bu Aurin untuk menjenguk. Mereka yang ikut hanya Gibran, Hanum, dan Natya. Tidak sempat berganti pakaian dari seragam ke baju bebas, mereka langsung pergi ke sana tanpa berpamitan pada orang rumah.

"Gue baru tau Bu Aurin tinggal di satu apart sama gue," gumam Gibran berjalan menyusuri lorong apartement.

Ibra menggeleng sambil menghela napas. Bahkan dia sudah tahu lebih dulu. "Kemaren pas gua mau ke kamar lu, gua ketemu Natya di sini lagi sama Bu Aurin. Kamarnya hadap-hadapan sama kamar lu. Gua lupa nomor berapa."

Gibran tidak heran sama sekali, dia sadar dunia memang sesempit itu.

Natya berhenti di kamar nomor 27. Melirik kamar di depannya yang memiliki nomor pintu 47. Dia sempat mendengar pembicaraan para lelaki di belakangnya. Sampai detik ini Natya belum tahu kalau dia masih ada ikatan darah dengan Hanum.

"Di sini, nomor 27."

Natya menempelkan kartu yang menjadi kunci kamar di apartement tersebut. Ternyata Natya memiliki duplikatnya.

"Kuncinya kamu yang pegang?" tanya Ibra saat Natya mulai membuka pintu kamarnya.

"Sengaja. Gue emang harusnya jagain Bu Aurin, kan."

Ibra cukup canggung pada Natya yang cara bicaranya masih non-formal, maksudnya 'gue-lo'. Ibra rindu Natya. Terbayang-bayang bagaimana cara Ibra mengacak-acak rambut baru Natya kemarin.

Mereka masuk ke ruangan yang bernuansa cokelat lengkap dengan pendingin ruangan. Kemudian, Natya berjalan dengan cepat ke arah ranjang yang ditiduri oleh seseorang dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya yang terlihat rapi.

"Bu!" teriak Natya bergema ke seluruh sudut ruangan ini.

"Kenapa, Nat?!" Ibra refleks menghampiri Natya yang histeris di dekat ranjang.

"Bu Aurin pingsan!"

Hanum menutup mulutnya dengan telapak tangan dan membuka matanya dengan kelopak yang lebar.

Bersyukur Gibran yang terakhir masuk ke dalam tidak menutup pintunya. Jadi, mereka bisa segera membawa Bu Aurin ke rumah sakit.

Semuanya panik termasuk Ibra. Ibra lah yang menggendong sang guru dari atas apartement sampai ke dalam mobilnya.

"Han, lu jangan sama Gibran! Lu ikut sama gua mangku Bu Aurin di jok belakang ya!" perintah Ibra panik.

Gibran melengos ke arah mobil kakaknya. Mengeluarkan smirk aneh. Dasar.

Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang