32. Punishment

326 74 10
                                    

"Perlakuan Giffa memang sudah terlewat batas, Pak!" - Gibran Arsadan

-
-
-

-----oOo-----

"Kamu nggak apa-apa, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak apa-apa, kan?"

Ibra termangu saat mengetahui kondisi Natya sekarang ini. Bukannya segera menjawab, Natya hanya tersenyum pedih, kemudian berdiri dan membersihkan tepung di seragamnya.

Harusnya Ibra juga tahu keadaan Natya tanpa bertanya. Sudah jelas-jelas Natya hancur di balik semua ini. Ibra hanya akan menyakitinya saja.

"Nat... Maaf, aku terlambat."

Natya menoleh, gadis itu tersenyum menghela napas.

"Emm, ayo aku bantu bersihin." Ibra menuntun Natya dengan cekatan, membawa Natya keluar dari kamar mandi yang sudah kotor, dan beralih ke ruang yang masih bersih.

Ibra tak kuasa menahan amarahnya yang berpadu dengan kesedihan. Dia tidak suka sahabat perempuannya diperlakukan tidak manusiawi.

"Makasih...," lirih Natya saat diguyur air dari shower.

Hanya kalimat itu, Ibra sudah merasa bergetar karena merinding. Seolah dia menyampaikan bahwa betapa kejam orang-orang itu menyakitinya.

"Kamu kuat."

Dengan cepat, Ibra memeluk Natya yang masih diguyur air dari atas. Tak peduli sekotor apapun gadis ini, yang terpenting adalah Ibra harus melindunginya.

Dia bersumpah, jika saja hal ini terjadi lagi pada Natya, Ibra tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Dia bisa menghukum dirinya sendiri sampai mati nanti.

Entahlah. Ibra masih digerayangi rasa takut kehilangan seseorang.

Natya sahabatnya.

Sahabat yang dia sayangi dan patut dijaga mati-matian.

"Kamu basah, Bra," ujar Natya menjauhkan dirinya dari dekapan Ibra.

Ibra tidak ingin mendengar alasan, dia tidak peduli.

Kini Ibra mengingat sesuatu. Ada darah di bagian kelopak mata Natya. Itu sebuah goresan kecil, bukan sayatan.

Buru-buru Ibra memeriksanya. Apakah mata Natya akan menjadi parah? Semoga saja tidak.

Kacamata Natya tertinggal di ruangan tadi, sehingga menyisakan kucir rambut warna kuning dan seragamnya.

Ibra meraba gagang shower yang menggantung, mengambilnya dan membantu membersihkan noda-noda telur membandel di seragam Natya.

"Bang Arlen pasti bakalan omelin kamu," gumam Ibra sambil menggosok noda di seragam dengan telaten.

Mata Natya basah lagi, kali ini murni dari dalam, bukan berasal dari air shower. Natya ingin mengatakan, kalau apa yang Ibra lakukan padanya kali ini sudah lebih dari cukup. Tidak seharusnya Ibra membelanya dan menendang Giffa keluar.

Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang