Circle Dictionary [Completed]

2. A Brother's Plan

"Gua janji, selagi gua bisa, gua bakalan kasih itu ke lu." - Ibra Arsadan

-
-
-

——-oOo——-

Jakarta 1980

Cahaya matahari begitu panas di bagian ubun-ubun. Terangnya membuat orang yang melihatnya jadi sakit mata. Biar begitu, tanpa matahari, manusia belum tentu ada di bumi.

Adis adalah seorang gadis yang ceria dan rajin tersenyum. Setiap harinya dia tidak pernah absen dari senyumannya. Semua orang di sekitarnya cukup bahagia melihat Adis nya yang ini.

Sebagai seorang yang periang, Adis harus menjadi penyemangat untuk orang yang sedang bersedih sebab memiliki masalah. Karena Adis berpikir, Tuhan mengirimnya ke dunia ini untuk orang-orang yang membutuhkan penyemangat dari dia.

Dia tidak pernah merasa memiliki masalah apapun semasa hidup. Keluarga dan sahabat-sahabatnya bersikap baik ke padanya. Dia manusia paling bahagia, bukan? Justru itu, dia berpikir kalau ada baiknya dia menyempatkan untuk menolong orang yang tidak pernah seperti dia.

"Kamu ngapain panas-panasan di sini? Temen-temen kamu di mana?" Adis memegang pundak anak perempuan kecil yang sekiranya berusia sepuluh tahun-an. Sepertinya dia kehilangan sesuatu.

"Kak, tadi aku diejek sama temen-temen aku. Mereka bilang, kalo aku anak miskin, ayahku juga seorang pencuri." Anak itu menatap wajah perempuan di hadapannya dengan wajah malang. Tentu saja Adis tidak tega melihatnya begini.

"Eum, rumah kamu di mana? Mau Kakak anter? Nanti, Kakak kasih es krim buat kamu." Membungkuk menyamakan tinggi dari si anak, Adis tersenyum teduh sambil memegang rahang kecil anak itu.

"H-halo Ibra? Kamu udah sampe rumah?"

Kamar yang lumayan luas ini dirundung kesepian. Sangat sunyi di luar kamar. Jendela kamar masih tertutup erat-erat. Nuansa kamar yang dominan berwarna tiramisu ini membuat suasana sangat hangat meski suhu di sini dingin sekalipun.