31. Tears And Superhero

322 71 13
                                    

"Kalo kagak, gua ancurin muka lu-lu pada!" - Ibra Arsadan

-
-
-

-----oOo-----

"Tugas lo, taburin tepung sama bahan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tugas lo, taburin tepung sama bahan lainnya. Kalo tugas lo Gil, lo jaga sekitar aja. Gue khawatir ada orang yang tiba-tiba dateng ke toilet," jelas Giffa mengintruksikan pada temannya. "Gue bakal giring kutu perpus ke sini. Nggak ada penolakan."

Anak laki-laki berpostur tegap itu masuk ke kamar mandi siswi yang luas tersebut. "Lo yakin nggak akan ada yang liat?" tanya Agil khawatir sambil membenarkan kacamata bundarnya.

"Udah gue bilang. NGGAK ADA PENOLAKAN," tegas Giffa menatap dalam mata di balik kaca tersebut. Giffa tidak ingin membuang-buang banyak waktu, tidak ada gunanya bertengkar saat ini. Dia menghela, bersikap sabar. "Kalo lo nggak setuju, lo bisa minggir."

Agil serius, dia tidak ingin ikut campur dalam masalah kisah cinta Giffa yang melibatkannya juga. Akan tetapi, perasaan di mana dia pernah 'menyukai' Giffa mengingatkannya kembali pada masa-masa itu.

Tetap saja, Giffa sudah terlewat batas. Semua yang dia lakukan semata-mata hanya merugikan dirinya dan juga orang lain.

Agil tidak ada keberanian untuk mencegahnya.

Kata-kata Giffa yang baru saja dilontarkan, tanpa sadar membuat perubahan ekspresi wajah Agil sendiri, Vio menyadarinya. Lantas, Vio memberi kode supaya mengiyakan apa saja yang Giffa ucapkan. Vio harap, Agil bisa mengerti.

Agil paham maksud dari kode Vio. Dia segera mungkin mengambil keputusan. "Gue jaga di depan toilet cowok, ya. Kalo ada siswa cewek mau masuk, gue bakalan telepon lo dan coba cegat mereka."

Giffa tersenyum tipis, mengangkat alis sinis. "Oke."

×××

Kepala Ibra terangkat ketika mendengar suara familier yang memang ditujukan untuknya. Di sana, Ibra dapati sosok tubuh mungil Hanum tengah melambai ke arah Ibra. Sepertinya dia baru saja dari kantin?

"Natya kesambet apa sih, rambutnya disemir gitu?" Hanum berdecak.

Ibra nyengir tanpa dosa. "Baguslah temen lu makin cakep."

Hanum memicingkan mata ke rambut Ibra. Tak aneh juga kalau Ibra menjadi anak nakal...

"Lo yang ngajarin dia, ya? Ngaku lo!" Hanum mengacungkan telunjuknya ke wajah, tepat di mata Ibra.

Ibra menanggapi dengan santai, kemudian menghela napas. "Iri kan lu, rambut gua kembaran sama Natya... Keliatan dari mata lu noh!" Ibra berjalan mendekat, tangannya mulai meraba punggung Hanum, lantas merangkul pundak Hanum yang lebih rendah.

Circle Dictionary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang