Circle Dictionary [Completed]

14. Finding

"Tumben ya, Kak Arlen nggak angkat telepon aku. Dia lagi di mana, sih?" - Natya Ignecia

-
-
-

-----oOo-----

Adis menunduk sedikit ke bawah, menatap lantai berwarna cokelat kayu yang terlihat sangat bersih mengkilap. Ia duduk di antara dua sofa besar yang berwarna putih susu. Duduk di samping sang ayah dengan jarak empat jengkal telapak tangan.

Adis tidak berani menatap mata gelap ayahnya. Percayalah, ayahnya mungkin saja akan marah setelah ini.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya sang ayah.

"Kota."

PRANG!

"Apa, Nak?!" tanya ibundanya terkejut, dia baru saja memecahkan cangkir yang sedang diminum tehnya. "Kamu mau pergi ke sana?! Untuk apa?!"

Jadi, sebenarnya Adis tinggal di pinggiran ibukota yang memiliki tanah dan lahan untuk kebunnya. Adis berniat pergi berdua bersama Wira ke pusat ibukota untuk memulai hidup yang baru.

Melarikan diri lebih tepatnya.

Buru-buru Adis menghampiri ibundanya yang duduk di hadapan mereka, di sofa yang berbeda.

"Bunda, dengerin Adis ya. Adis cuma mau Wira pergi jauh dari papanya," jelas Adis sembari menangkup pipi ibundanya.

"Kamu nggak perlu sekhawatir itu sama Wira. Dia lelaki yang baik dan pasti tidak akan mau mengikuti ajaran ayahnya," balas ibundanya tersenyum pada anaknya.

"Bun, Adis takut."

Setelah Adis menjawab ayah Adis yang menanyakan anaknya akan pergi ke mana, ayah Adis langsung menukikkan kedua alis dengan tajam.

"Jangan bergaul sama anak mafia kayak dia," kata sang ayah dengan sinis. "Kamu tau, ayahnya sangat meresahkan warga kampung."

"Ayah?" Adis membalikkan badannya menghadap ayahnya lagi.

"Ayah akan meminta kepala desa di sini untuk mengusir mafia itu." Ayah Adis menatap anaknya dengan tegas.