74. Until The End

369 66 17
                                    

Satu minggu kemudian.

Seungsik masuk kedalam kamar, dia baru saja menemani junho tidur dikamarnya. Sesampainya didalam, seungsik langsung menuju box bayi minhee. Dia memperhatikan wajah damai minhee yang terlelap, dengan senyum diwajahnya.

"Capek banget ya nak."
Ucap seungsik sambil mengusap wajah minhee lembut.

"Bobo yang pules ya sayang."
Lanjut seungsik, kemudian dia mengecup kening minhee.

Seungsik berjalan menuju lemari, untuk menyiapkan pakaian tidur seungwoo. Seungwoo baru saja mandi, karna mereka baru pulang dari rumah bunda kang, menjenguk baby heo. Sebenarnya mereka ingin menjenguk ketika subin masih dirumah sakit, tapi bunda kang melarang. Karna kasihan minhee jika harus dibawa kerumah sakit, hingga akhirnya mereka baru sempat menjenguk baby heo hari ini.

Seungsik membuka lemari pakaian, kemudian mengambil piyama seungwoo. Ketika menutup pintu lemari, mata seungsik tak sengaja melihat kalender yang menempel didinding. Seungsik tersenyum melihat tanggal dikalender, kemudian dia menuju ranjangnya dan meletakan pakaian seungwoo diatas ranjang.

Ceklek...

Seungwoo keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya, kemudian dia berjalan mendekat kearah seungsik.

"Juno udah tidur yang?."

"Udah woo."

Seungsik menarik tangan seungwoo, dan menyuruh sang suami duduk diranjang mereka. Kemudian seungsik mengambil alih handuk kecil dari tangan seungwoo, dan dia mengeringkan rambut seungwoo.

"Udah, sekarang pakai bajunya ya."
Ucap seungsik, ketika rambut seungwoo sudah setengah kering. Kemudian seungsik beralih untuk menjemur handuk.

Setelah memakai piyamanya, seungwoo bergegas naik keatas ranjang, dan tak lama seungsik juga menyusul. Seungwoo dan seungsik tidur berhadapan, sesekali seungwoo mengusap lembut pipi seungsik. Kemudian seungwoo menarik seungsik mendekat kearahnya, dan memeluk seungsik.

"Udah lama kita gak we time ya yang."
Ucap seungwoo sambil mengecup kening seungsik.

"Iya woo, udah berapa bulan ya?."
Jawab seungsik sambil mendengakan kepalanya menatap manik seungwoo.

"Seumur mini."
Ucap seungwoo sambil mengusap pipi seungsik, dan seketika seungsik tertawa.

"Maaf ya papa, mama jadi cuekin papa."
Jawab seungsik, sambil mendusel didada bidang seungwoo. Seketika seungwoo langsung mengeratkan dekapannya ditubuh seungsik.

"Aku kangen banget sama kamu, rasanya mau kayak gini setiap hari."

"Kalo kita kayak gini setiap hari, juno sama mini gimana?."

"Kita titip mama atau bunda gimana."
Jawab seungwoo sambil terkekeh, kemudian dia merenggangkan pelukannya pada tubuh seungsik, dan menatap seungsik.

Pluk...

Satu pukulan mendarat dengan indahnya dibibir seungwoo.

"Sembarangan aja kalo ngomong, gimana kalo kamu aja yang aku titip dirumah mama?."
Ucap seungsik, setelah memukul pelan bibir seungwoo.

"Bener nih, aku mau dititip dirumah mama?. Yakin kamu gapapa kalo aku tinggal dirumah mama, terus kamu sendiri dirumah?. Kamu gak takut aku cari istri baru hmm?."
Tanya seungwoo dengan senyum jahilnya.

"Ohh, jadi kamu kepikiran untuk cari istri baru?. Udah bosen sama aku, iya?. Baru dua minggu gak aku kasih jatah, kamu udah mau cari yang baru gitu?."
Ucap seungsik sambil memicingkan matanya tajam.

"Hahaha."
Seungwoo tertawa renyah, kemudian dia menarik seungsik kembali kepelukannya.

"Aku bercanda sayang, mana pernah aku berfikir untuk cari yang lain. Kamu, juno dan mini adalah harta aku yang paling berharga. Kalian adalah hidup aku, bahkan aku lebih sayang kalian daripada diri aku sendiri. Janji aku ketika kita menikah, ketika aku meminta izin keayah untuk bawa kamu, gak akan pernah aku ingkarin. Ayah dan bunda udah memberikan kepercayaan mereka untuk aku, agar menjaga kamu. Dan sampai kapanpun, aku akan berusaha untuk menjaga kepercayaan yang sudah mereka berikan untuk aku."
Ucap seungwoo, sambil memeluk erat seungsik.

Sungguh ucapan seungwoo tadi hanyalah candaan belaka, sedikitpun tak pernah terfikir oleh seungwoo untuk memalingkan hatinya dari seungsik. Bagi seungwoo, seungsik rumahnya, nafasnya, nyawanya dan hidupnya. Terlebih sekarang sudah ada junho dan  minhee, yang hadir sebagai pelengkap kebahagiaan mereka. Jadi tak ada alasan untuk seungwoo, untuk meninggalkan kebahagiaannya saat ini.

Seungwoo melepaskan dekapannya ditubuh seungsik, lalu dia mengusap lembut pipi seungsik. Kemudian seungwoo mengecup kening seungsik, kedua mata seungsik, hidung, kedua pipi seungsik, dan berakhir kecupan itu mendarat dibibir seungsik.

"Aku harap kamu juga akan selalu seperti sekarang sayang, selalu disamping aku, selalu dampingin aku, dan jangan pernah tinggalin aku. Aku mau kamu janji sama aku, kalo kamu akan selalu disini, selalu ada disisi aku."
Ucap seungwoo setelah melepaskan kecupannya dibibir seungsik.

Seungsik tersenyum mendengar ucapan seungwoo, kemudian tangan seungsik terulur mengusap lembut pipi seungwoo.

"Aku gak mau membuat janji apapun woo, karna aku takut gak bisa menepati janji itu. Karna janji yang terucap, adalah sebuah hutang yang akan terbawa sampai kapanpun. Tapi satu hal yang harus kamu tau, aku akan berusaha semampu aku untuk selalu disini. Mendampingi kamu, menemani kamu, menjadi tempat kamu bersandar, menjadi tempat kamu berbagi, dan menjadi tempat kamu pulang ketika kamu lelah. Aku akan berusaha menjadi orang pertama yang ada disisi kamu, apapun keadaannya, baik itu susah ataupun senang. Kamu dan anak-anak juga hal yang paling berharga untuk aku, kalian kebahagiaan aku. Jadi gak ada alasan untuk aku pergi dari tempat yang menjadi sumber kebahagiaan aku."
Ucap seungsik sambil tersenyum menatap seungwoo, kemudian dia menarik tangan seungwoo, dan mengecup punggung tangan suaminya.

"Hanya ada dua hal yang bisa membuat aku pergi dari kamu."
Lanjut seungsik, setelah mengecup tangan seungwoo.

"Apa itu?."
Tanya seungwoo.

"Yang pertama, kalo kamu nyakitin aku dan membuat aku gabisa maafin kamu. Ataupun kamu yang mendorong aku untuk pergi dari kamu, maka aku akan pergi, dan gak akan menoleh lagi kearah kamu."
Ucap seungsik sambil menatap lekat mata seungwoo.

"Aku akan selalu berusaha menjaga kepercayaan kamu sayang."
Jawab seungwoo, sambil mengusap kepala seungsik.

"Lalu apa yang kedua?."
Lanjut seungwoo bertanya.

"Yang kedua, apabila tuhan yang meminta aku pergi dari kamu, karna seluruh tugasku didunia ini telah usai. Maka aku gabisa nolak itu, karna aku gabisa merubah takdir tuhan atas usia aku."
Ucap seungsik dengan tatapan sendunya.

Seungwoo terhanyut mendengar ucapan kedua seungsik, seakan hal itu adalah jawaban dari seungsik. Walaupun seungsik tidak mau berjanji apapun, tapi kalimat itu menyaratkan hanya kematian yang bisa memisahkan mereka.

"Selama aku dan kamu masih bernafas, aku akan berusaha selalu menjaga cinta kita sayang."
Jawab seungwoo, kemudian dia kembali mengecup kening seungsik.

"Aku cinta kamu sayang, aku sangat sangat cinta kamu."
Lanjut seungwoo.

"Aku juga cinta kamu woo."
Jawab seungsik.

Tbc.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Holaaaaaaa....
Chapter tujuh puluh empat...

Hhmmm, maafkan heyya baru bisa update book ini ya. Heyya lagi bener-bener sibuk banget soalnya, karna ini akhir tahun.

Duhhh heyya ngetik sambil melting sendiri.

Sampai jumpa dinext chapter ya semua, kemungkinan next chapter adalah chapter terakhir untuk book ini. Sepertinyaa, tapi entah heyya juga masih bingung.

Jangan lupa vote dan komennya ya semuaa, terimakasih. 🙏

Salam heyya 🙋‍♀️.

Forever With You || ♡Complete ☑ ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang