Part I : Disaster....!!!!

4.4K 128 18
                                    

- Alesia -

Pengacara gendut itu pasti sudah gila!!!! Dia pasti salah membacakan surat wasiat milik orang lain, atau mungkin dia salah menulis surat wasiat itu!!!! Ini benar-benar gila!!!!!!

Mana mungkin isi wasiat almarhum Papa seperti itu. Tidak mungkin Papa menuliskan pesan gila seperti itu, kemudian menandatangani dan melegalkan surat itu secara hukum. Apa yang ada dipikirannya?!?

"Anda pasti salah Tuan. Tidak mungkin Papa menuliskan hal konyol semacam itu! Coba periksa lagi baik-baik isi surat wasiat itu. Mungkin anda keliru membacanya tadi."

Mr. Rufus, pengacara gendut yang sedang kudebat itu mendongakkan kepalanya menatapku. Wajahnya terlihat putus asa, bahkan kudengar dia menghela nafas panjang sebelum membuka kacamata bacanya.

"Saya tidak mungkin salah Nona. Disini tertulis nama lengkap anda, dan ditanda tangani oleh Mr. Orland sendiri. Lengkap dengan materai dan stempel pribadi beliau."

Aku menggeram frustasi. Ingin rasanya kupukul pengacara gendut ini karena perkataannya barusan. Nafasku bergemuruh, helaannya terdengar kasar menggema diruangan ini. Ini pasti salah!! Salah besar!!

"Bacakan lagi surat wasiat itu! Kali ini, ulangi dengan keras dan penuh penekanan."

Suaraku menggema bagai auman singa. Mr. Rufus menatapku sayu, dia kemudian menghela nafas lagi. Panjang dan terdengar sangat berat. Sedetik kemudian dia meraih map biru berisi surat wasiat itu, dan tanpa diduga dia tiba-tiba menyodorkan map itu padaku. Aku mendelik kaget.

"Sebaiknya anda membacanya sendiri Nona, saya yakin ini akan lebih memuaskan anda." ujarnya sambil menggoyangkan tangannya yang sedang memegang map itu.

Aku ragu, perlahan kuraih map itu. Tiba-tiba jantungku terasa berdenyut kencang. Bagaimana bila isi surat ini memang benar? Batinku menceracau lirih. Tanganku terasa berkeringat ketika membuka map itu dan mulai membacanya dalam hati.

Dear my precious Angel, Alesia Belinda Leonard...

Saat kamu baca surat wasiat ini, Papa pasti sudah pergi jauh. Maafin Papa ya sweetheart, karena gak bisa jagain kamu lebih lama.

Semua surat kepemilikan aset dan saham keluarga sudah Papa wasiatkan atas nama kamu. Tapi maaf sweetie, kamu gak bisa mewarisi semua itu sekarang. Umur kamu belum cukup untuk mewarisi semua aset keluarga, termasuk saham perusahaan Papa yang ada di New York. Setidaknya kamu harus berumur 22 tahun, atau paling tidak kamu harus sudah menikah. Dan Papa yakin, putri Papa yang manja ini masih harus menunggu lama sebelum usianya mencapai 22.

Satu-satunya cara adalah kamu harus menikah. Dan Papa sudah menemukan siapa calon suami yang layak buat bersanding dengan malaikat Papa. Pulanglah ke Indonesia, temui Kakek dan terima perjodohan ini. Bila kamu menolak, maka kamu harus berbesar hati bila semua saham dan aset keluarga Papa hibahkan ke yayasan amal internasional. Bagaimanapun, Papa mau kamu belajar menerima tanggung jawab, walau apapun resikonya.

Make us proud, Princess,
Dan percayalah, kadang cinta datang disaat kamu sendiri belum membuka mata.

Love you in everywhere,

Orland Leonard

Aku melongo, masih tak percaya akan kalimat-kalimat gila yang barusan kubaca. Papa memintaku menikah? Kepalaku tiba-tiba berdenyut, memaksaku kembali duduk disofa ruang kerja Papa. Surat wasiat sialan itu kucampakkan sembarang keatas meja. Aku menggeram, kali ini lebih keras, sambil menjambak rambutku dengan frustasi.

Mr. Rufus melihatku dengan tatapan iba. Wajahnya yang mulai menua itu menampakkan gurat-gurat sedih. Semenjak kematian Papa, Mr. Rufus yang merupakan sahabat karib Papa mulai rajin menemuiku. Dia menyampaikan perihal wasiat Papa sebelum beliau meninggal, dan sesuai kesepakatannya dengan Papa, surat itu baru akan dibacakan tepat sebulan setelah kepergian Papa, yaitu tepatnya hari ini.

"It's insane !!! Bagaimana bisa Papa melakukan tindakan melanggar HAM seperti itu!!! Aku tidak akan terima perjodohan konyol ini!!!" aku berteriak histeris, meluapkan semua emosi yang sedari tadi menggelegak di ubun-ubunku.

"Sebaiknya kamu pikirkan lagi baik-baik permintaan Papamu. Pada akhirnya, semua keputusan akan berujung pada takdir kamu. Jangan gegabah, namun juga jangan terlalu lama. Pikirkan semuanya dengan emosi yang tenang. Saya permisi dulu." Mr. Rufus kemudian beranjak pergi. Meninggalkan bunyi berdebam dipintu.

Aku kembali termenung menatap map itu. Kelebatan kalimat-kalimat wasiat Papa memenuhi rongga kepalaku, membuatnya terasa seperti akan meledak karena kepenuhan. Aku mendengus jengkel. Kali ini Papa benar-benar keterlaluan! Tapi aku bisa apa? Satu-satunya cara menyelamatkan kembali aset keluarga hanya dengan menemui Kakek.

"Michael.......!!!!!!!!" aku berteriak kencang, tak lama kemudian sesosok lelaki bertubuh tinggi tegap dengan baju setelan serba hitam masuk kedalam ruangan.

"Ada yang bisa saya lakukan, Princess ?? "

Aku meraih map biru yang tadi kuhempas ke meja. Mataku tajam menatap keluar jendela ruangan ini.

"Pesan tiket ke Indonesia, aku mau kerumah Kakek..."

===============================================

Hello semua,,
Selamat menikmati bacaan part 1 nya ya.

Ini novel kedua saya,
Actually pertama selesai karena novel yang terbit pertama masih stuck.. #mohonmaafbanget

Mohon komen dan vote ya,
Kalo ada typo mohon sedikit dimaklumi ya, hehehe... :D

Happy reading... #kecupbasah :*

The EngagementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang