Part 8

9.8K 873 9
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Part 8

“Tidak usah membahas perihal masa lalu, karena semua sudah berlalu. Tak perlu kembali lagi mengukir kisah yang telah hancur dulu. Sebab, semua itu hanyalah angan semu.”

•Assalamu'alaikum Cinta•
by Animulyani21

|Happy Reading|

<Typo Bertebaran>

∆∆∆

Di setiap ujian pasti akan terselip kebahagiaan. Karena Allah tidak akan pernah menguji hambanya di luar batas kemampuan. Mungkin, untuk saat ini. Ujian datang silih berganti, hingga membuat siapa saja tak kuat menjalani. Namun, di samping itu, kita harus bisa berpasrah diri. Semua telah di tentukan oleh Allah SWT. Percaya, dan terus berusaha. Karena sejatinya, semua ujian pasti akan menemukan kebahagian.

“Astaghfirullahal adzim.” Lagi-lagi hanya kata itu yang terus seorang wanita gumamkan di setiap langkahnya tadi.

Rasa sesak saat mengingat kejadian itu, membuatnya terus saja menangis pilu. “Mengapa Mas Rangga setega itu sama aku, Ya Allah?” gumamnya, sarat akan rasa perih.

Ia langsung berjongkok di samping kedua nisan itu, menangis dan menumpahkan rasa sesak di dada. Karena sebuah kekecewaan yang teramat dalam yang kini ia rasakan. Sakit. Hanya kata itu yang kini mendominasi setiap langkahnya menapaki kehidupan.

“Abi, Umi.” Panggilnya lirih, air mata terus saja berlinang dengan bebasnya disana.

“Aku tak kuat lagi menjalani semua ini,” racaunya lagi.

“Azizah tak sanggup hidup seperti ini, Azizah terluka, Azizah sakit, Azizah kecewa, Azi—“ wanita itu kehabisan kata, dan yang mampu ia lakukan hanya menunduk seraya mengusap lembut nisan kedua orang tuanya.

Apa yang harus ia lakukan setelah melihat adegan itu di depan mata, walau Azizah akui ia tak memiliki rasa cinta di hati. Namun, baktinya pada sang suami masih ia jaga sampai kini.

Tapi lihatlah? Bahkan suaminya sendiri telah melukainya sebegitu dalam. Cara kasar dalam memperlakukannya beberapa bulan ini, tak Azizah fikirkan. Namun, kenapa hatinya juga ikut terluka saat melihat sang suami berpelukan mesra dengan wanita lain.

“Astaghfirullah,” ucapnya lagi. Ia menatap langit yang sudah berganti menjadi hitam. Pertanda malam sudah tiba. Azizah bahkan tak ingin beranjak dari sana. Kalau ia ketiduran disini, biarkan saja. Toh suaminya juga tak mungkin mencari keberadaannya.

©©©

“Mengapa bisa?!” teriak seorang laki-laki seraya membuang kasar semua barang di atas meja. Lagi-lagi, hal itu dilakukannya saat emosi menggerogoti hati.

“…”

Laki-laki itu menghembuskan nafas kasar, sebelum mengkahiri panggilan. Ia berkata pada orang kepercayaannya. “Cepat pesankan saya tiket malam ini juga!”

Dengan kaki penuh amarah, ia membanting pintu ruang kerjanya. Memasuki kamar pribadinya, membuka koper. Lantas memasukan asal kemeja serta jas kantornya. Yang ia pedulikan hanya wanita itu, bagaimana keadaannya kini?

“Arghhhhh,” ia menarik kasar rambutnya. Semua ini salahnya, wanita itu hidup menderita karenanya. Harusnya biarkan dia yang menanggung penderitaan itu. Tapi mengapa harus wanita yang ia cinta?

Assalamu'alaikum Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang