Part 14

10.5K 832 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Part 14

“Tak pelu memaksakan sesuatu yang terasa menyakitkan. Sebab, hati juga butuh istirahat. Karena tak selamanya, seseorang bisa bertahan dikala rasa sakit terus menyerang.”

•Assalamu'alaikum Cinta•
•by Animulyani21•

|Happy Reading|

<Typo Bertebaran>

∆∆∆

Perasaan akan menjadi sangat menyenangakan, apabila kita juga disayang dengan orang yang kita sayang. Namun, kini hanya kesakitan dan perih saja yang tiap hari diterima.

Bertahan mungkin sudah dilakukan, bahkan sebelum rasa itu hadir dalam hatinya, tapi sang pemilik hati malah dengan seenaknya mengkhianati.

Lantas, bagaimana bisa ia terus bertahan dengan perasaan semu yang tak menentu?

“Zia, bangun ..." Lirihnya seraya mengusap peluh di dahi sahabatnya.

"Mas Steven, kenapa dari tadi Zia tidak bangun-bangun,” katanya lagi, dengan pandangan yang masih saja mengarah pada Azizah yang terlelap.

Steven menghembuskan nafasnya pelan, langkah kakinya berjalan menghampiri sang istri. Di usapnya pucuk kepala sang istri, lantas membawanya kedalam pelukan, seraya berkata. “Sahabat kamu tidak apa-apa sayang, kata dokter tadi, dia hanya kelelahan saja.”

Adira terisak dalam pelukan suaminya, suara bergetar sahabatnya bahkan masih terngiang di otaknya. Bagaimana ia mendengar lirihan suara sahabatnya. Adira juga tak tahu, apa yang sebenarnya terjadi. Karena saat ia menjemput Azizah, rumah wanita itu sepi. Bahkan pintu utama tak di kunci. Itulah mengapa, berbagai ekspetasi buruk berkeliaran di otaknya. Sungguh, ia sangat mengkhawatirkan sahabatnya.

“Mas … Rangga,” gumamnya, seraya mengerjap pelan.

Adira dan Steven lantas menatap Azizah, “Zia.”

Wanita itu membuka kedua matanya, netranya menatap kedua insan di depannya. Lalu pandangannya bergerak menyapu seluruh ruangan, kerutan di dahi membuatnya lantas bertanya, “Aku dimana Dir?”

Adira mengulas senyumanya, “Kamu di Rumah aku, tadi pingsan. Dan aku bawa ke rumah, soalnya rumah kamu sepi. Dan, kami juga tidak bisa meninggalkan Keisha lama-lama di rumah sendiri.”

Azizah mengangguk, ia meraba sekitar perutnya. “Anak aku, dia tidak apa-apa kan?”

Steven terkejut, beda dari Adira yang tersenyum. “Tidak apa-apa Zia, kata dokter kamu kelelahan saja.”

“Kamu hamil?” Pertanyaan dari Steven, membuat Azizah tersenyum sendu. “Iya Pak, saya hamil.”

Steven menatap sang istri, Adira yang mengerti pun memberi kode pada sang suami bahwa ia akan menjelaskannya nanti.

“Yasudah, malam ini kamu menginap dulu di rumah aku. Besok baru pulang,” katanya seraya menarik selimut tersebut hingga sebatas dada.

Azizah tersenyum menatap sahabatnya, “Terima Kasih Dira, aku sangat beruntung memiliki sahabat sepertimu.”

Adira membalas dengan senyuman tak kalah manis, “Aku yang lebih beruntung karena bisa menjadi sahabatmu.”

Azizah kembali tersenyum, lantas Adira dan Steven melangkah pergi menutup pintu. lalu kembali ke kamar mereka.

Assalamu'alaikum Cinta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang