Love Rain

361 48 38
                                    

Clara terduduk di taman dengan wajah lusuh, memainkan sihirnya dengan menumbuhkan bunga bunga yang begitu cantik. Ia tidak mau bertemu siapapun, sudah beberapa hari ini. Ia juga tidak bersemangat lagi untuk menghadiri prom night sekolah mereka besok.

" Clara." Ucap seseorang menyapa. Memberanikan diri menemuinya. Clara menoleh kemudian membuat pagar tanaman tumbuh diantara dirinya dan orang yang tak lain adalah Drako.

" Aku tidak mau bertemu siapapun!" Tegasnya dengan mata sembab

" Baiklah, biarkan aku di sini. Aku memilihkan sebuah gaun untuk kau pakai besok." Drako menunjukkan sebuah kado di tangannya. Clara memalingkan wajah tidak perduli seraya menyeka air mata

" Aku ingin kau tahu Clara, aku begitu mencintaimu bahkan saat kau terlahir sebagai Hayna. Bagiku kepergian dan kehancuran Hayna adalah petaka yang paling besar hingga aku harus menanggung hidup abadi yang membosankan hanya demi menunggunya kembali. Walaupun kenyataannya dirimu tidak mencintaiku, aku tidak akan pernah berhenti berada di sisimu. Clara, aku ingin kau tahu bahwa aku mengerti apa yang kau rasakan. Tapi jika harus memilih, aku memilih kau tidak mencintaiku. Karna aku tidak akan sanggup melihatmu hancur untuk ke dua kalinya. Mungkin itu juga yang dirasakan Victor, mungkin saja dia tidak ingin kau hancur. Apakah cinta harus memiliki? Tak cukupkah kita bertahan bersama saja?" Ucapan Drako membuat bulir bening mengalir dari mata Clara.

Apakah cinta memang harus memiliki?

" Kau harus hadir di acara besok. Aku letakkan gaunmu di sini." Drako meletakkan kadonya di tanah lalu beranjak pergi, meninggalkan Clara yang kemudian menangis sesak.
Pagar tanaman yang ia buatpun menghilang. Clara menatap kado itu dengan tatapan sendu

Di atas sana, dari tirai yang terbuka. Victor tampak memperhatikan Clara dengan tatapan hampa.

" Kenapa kau membuatnya menangis?" Tanya seseorang yang duduk pada sebuah bangku tak jauh dari tempatnya berdiri.

" Aku tidak ingin membahas ini denganmu." Jawab Victor menutup tirainya

" Aku tidak pernah bisa membaca pikiranmu Victor, bahkan sampai detik ini. Apa yang kau mau, apa yang ingin kau lakukan, apa yang tidak kau suka, kau begitu sulit." Ujar Allen menatap sahabatnya lekat

" Apa kau mau makan?" Tanya Victor mengalihkan topik

" Hmm baiklah. Aku tidak akan menolak. Lebih baik aku makan dari pada memikirkan apa yang ada di dalam kepalamu itu." Senyum Allen kemudian mengikuti Victor ke luar dari ruangan

***

Malam itu udara terasa begitu dingin
Sebuah gaun indah tampak tergeletak di atas kasur. Itu gaun pemberian Drako. Terdengar hiruk pikuk suara siswa siswi yang sedang bercanda mempersiapkan prom besok. Tapi di mana Clara?

Gadis itu melangkah gontai tanpa alas kaki mengunci pintu kamarnya. Ia menatap gaunnya hampa

Aku bagai ranting yang rapuh
Sedang badai terus berulang menerjangku
Rasa yang begitu kuat bagai badai
Sedang tubuhku bagai ranting yang usang
Aku ingin jatuh

Clara menggenggam sesuatu di tangannya, sebuah belati. Apa yang akan dia lakukan?

Clara berjalan bagai tanpa jiwa ke arah kamar mandi kemudian duduk di sisi bathub, menatap lengannya kosong.

" Apa artinya aku hidup jika aku tidak bisa bersama dengan orang yang aku cintai? Aku tidak mau menderita lagi." Gumamnya dengan air mata tumpah di pipi. Ia mengarahkan sudut tajam belati ke lengan putihnya. Lalu....

Clara With The Boys ( A Magic's Crown )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang