Chapter 15

18 16 5
                                    

"Lu … Raine?"

End of Neja's POV

Neja terdiam menatap gadis itu. Entah mengapa hatinya menghangat ketika melihat gadis itu.

Gadis itu tampak kebingungan mendengar perkataan Neja. "Kamu tahu namaku?"

Neja mengerjapkan matanya. Ia berdeham singkat lalu menganggukkan kepalanya.

"Ah, kalau begitu, apa yang kau lakukan di depan rumah ku?"

Deg!

Rumahnya? Jadi ... gue ... bukannya ke kampusnya, malah ke rumahnya? Asli? batin Neja membeo.

Neja berdeham gugup. "Ehm, ah iya! Aku ... tadi disuruh Rafka nyari kucingnya, ahahah ... iya,"

Raine mengernyitkan dahinya bingung. "Rafka? Rafka Vranlouise? Pacarnya Arleen, Arleen Gregory??"

Neja menganggukkan kepalanya.

"Wihh, mereka sih sahabat aku! Dunia sempit ya ternyata," Raine terkekeh pelan lalu ikut duduk di sebelah Neja.

Iya, sempit. Saking sempitnya gue cuma ngeliat lu di dunia ini, ujar Neja dalam hati.

"Eh, sebentar. Tadi bukannya kamu bilang disuruh Rafka buat nyari kucingnya?" tanya Raine yang dibalas anggukan kepala oleh Neja. "Ehm, bukannya Rafka alergi bulu kucing? Kok nyuruh kamu nyari kucingnya?"

Mampus gue! Bisa-bisanya gue lupa!! rutuk Neja dalam hati.

"Ehm, anu ... ja-jadi dia dikasih kucing sama tantenya. Nah karna dia alergi bulu kucing jadi tu kucing gak ke-urus, trus ilang gak tau kemana. Terus tadi tantenya nelfon karna dia baru inget kalo Rafka itu alergi bulu kucing, jadi tantenya minta balik kucingnya. Dan karna Rafka alergi jadi gue yang disuruh cari tu kucing," Neja menatap Raine dan berharap Raine percaya dengan alibinya. Jelas saja dia berharap demikian, karena gak lucu juga kan kalau Neja bilang itu bohong dan sebenarnya dia nyasar kesini hanya untuk mencari Raine? Bisa hilang mukanya nanti.

Raine menganggukkan kepalanya. "Ah kalau gitu, mau masuk dulu?" tanya Raine sambil membukakan gerbang dan mempersilahkan tamu dadakannya untuk masuk ke dalam.

"Eh? Uh … boleh?" tanya Neja gugup.

"Hah? T-tentu silahkan" jawab Raine yang tiba-tiba menjadi sama gugupnya dengan Neja.

Raine menutup gerbang dan masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Neja dari belakang.

"Permisi~" ucap Neja pelan.

"Gak ada orang kok di rumah, papa sama mama lagi pergi ke luar kota," tutur Raine sambil tersenyum.

"Oh iya, kamu mau teh?" lanjutnya.

"Boleh,"

"Ok, sebentar ya … duduk dulu gih" ujar Raine lagi.

Neja pun memilih untuk duduk di ujung sofa ruang tamu itu. Ia menengadahkan kepalanya dan melihat ke sekeliling ruangan itu. Kedua matanya menangkap sebuah bingkai foto di atas rak yang menarik perhatiannya. 2 orang gadis kecil tertawa lepas di pinggir danau. Tak sadar, bibir Neja tertarik kecil ke samping.

"Ah, foto itu .…"

Tiba-tiba saja Raine sudah kembali muncul di hadapannya. Neja tersentak, "maaf, gue liat fotonya tanpa izin"

"Nggak apa-apa kok," balas Raine sambil menuangkan secangkir teh ke dua buah cangkir.

💫💫💫

Situasi canggung dan mencengkam memenuhi ruangan di mana Neja dan Raine berada. Bagaimana tidak canggung kalau di situ terdapat Papa-nya Raine yang ternyata baru saja pulang, kini memandang Neja dari ujung kepala sampai ujung kaki sambil duduk di sofa.

Fructus FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang