Chapter 12

22 17 7
                                    

Rumah Keia

Saat ini, Oland dan Deho tengah duduk di teras rumah sambil bernyanyi diiringi petikan gitar Oland.

"Udah malem ya dek," ucap Oland sambil melihat ke langit yang muram, suram, kaya muka Choky. –hehe

"Gak, masih siang," ketus Deho memutar mata malas, "udah tau malem, pake ngomong gitu." Oland hanya terkekeh merutuki kebodohannya.

"Baja belom pulang nih, udah mau jam sebelas. Dia ke mana dah? Reuni apa ternak kambing sih?" resah Oland sambil beberapa kali mengecek HP-nya, namun tak ada satu pun notif dari Neja.

"Gak tau, lagi nyari kampret kali," jawab Deho asal.

"Ngapain nyari lama-lama, sebelah gue aja ada." Deho langsung meninju bahu Oland, membuat Oland mengaduh sambil tergelak.

"Masuk ah, banyak nyamuk. Dadah Bakwan." Deho akhirnya memilih tidur, sedangkan Oland masih bersenandung sambil bermain gitar. Padahal suaranya kaya kucing kejepit.

"Ah, gue masuk aja dah. Baja lama banget, bodo amat gue kunciin aja," kesal Oland sambil berjalan masuk dan mengunci pintu rumah. Sedangkan Keia sudah terlelap dari jam sembilan tadi.

***

Tok! Tok!

"Ini udah pada ngebo apa ya? OLAND! DEHO! MAKK!" teriak Neja yang sudah gerah menunggu di luar rumah selama 15 menit.

Lelah mengetuk pintu, akhirnya Neja memilih berbaring di lantai teras karena belum ada kursi di teras. Neja tertidur bermodal jaket untuk selimutnya sampai matahari menjemput hari.

💫💫💫

"Hoam ... udah pagi aja, gak nyenyak nih tidurnya." Deho meregangkan tubuhnya yang kaku dan pegal-pegal.

Deho akhirnya turun dari ranjang masih mengucek matanya sambil berjalan ke pintu kamar.

"WANJENG," teriak Deho yang terjatuh karena kakinya menyandung sesuatu.

Deho yang langsung duduk, mengelus hidung mancungnya yang terantuk ubin. Mata birunya mulai mencari benda terkutuk apa yang membuat dirinya terjatuh dengan amat indah.

"Astaga ... BAKWAN!" geram Deho sambil menendang kaki Oland yang merupakan alasan mengapa ia bisa terjatuh, "ngapain lu tengkurep di lantai?"

"Hah? Apa?" tanya Oland yang masih setengah sadar menoleh ke arah Deho.

"Bangun lu bang! Gara-gara lu, idung gue yang mancung jadi pesek nih!" protes Deho. Namun Oland tetap acuh merangkak naik ke ranjang.

Deho yang geram menahan emosi memilih mandi menyegarkan pikiran. Setelah selesai, ia langsung berjalan turun membuka pintu rumah dan betapa terkejutnya ia saat melihat ada gelandangan tertidur di teras rumahnya.

"Bakwan! Ada gembel di depan pintu!" teriak Deho mengadu, "cepetan woi!" kesalnya.

"Apa sih??" Oland berlari tergopoh-gopoh ke arah Deho dengan hanya mengenakan lilitan handuk di pinggulnya dan masih ada shampoo di rambutnya.

"Itu, ada gembel. Harus gue apain?" tanya Deho sambil menahan tawa melihat penampilan Oland.

"Bangunin aja," saran Oland.

"Abang aja deh," protes Deho.

"Lu aja." Deho membuang napas kasar dan mulai menggoyangkan bahu orang yang tertidur di teras, "bangun pak, ngapain ada di sini?"

"Jangan-jangan dah meninggal dek," bisik Oland sedikit ketakutan.

"Jangan nakutin gitu deh bang," kesal Deho melihat ke arah Oland.

Fructus FamiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang