Luka

603 84 4
                                    

Jin bangun dengan perasaan yang lebih baik esoknya. Ia bahkan memutuskan untuk kembali bekerja ke Rumah Sakit dari pada beristirahat di asrama seperti kata Yoongi. Lagian, mana mau ia sendirian di asrama sementara yang lain bekerja sampai larut, bisa mati bosan ia nanti.

" Kau yakin akan bekerja?" Tanya Namjoon pada pemuda yang kini tengah memakan roti selai coklatnya.

" Tentu saja. Akan banyak pasien yang rindu padaku nanti.". Ucap Jin santai.

Namjoon menghela nafas, anak ini memang memiliki tingkat kepercayaan diri yang amat menyebalkan.

Tak ingin terjadi perdebatan lebih lanjut, Namjoon pun langsung pergi begitu saja. Toh, jika dilarang pun tak akan mempan jika sudah maunya seperti itu. Ia tahu sifat Jin seperti apa.

" Cih.. selalu saja pergi seperti itu.." keluh Jin.

.

.

Rumah Sakit kini agak tenang dan tak terlalu berisik seperti biasanya, penyebabnya mungkin suasana hati mereka yang sedang baik. Tapi, begitu perawat yang merupakan favorit hampir seluruh pasien disini datang, suara-suara mulai terdengar.

Tapi lihatlah, setelah membuat suasana jadi penuh dengan bisik-bisik, Jin masih saja mampu melakukan tebar pesona.

" Eoh.. kau datang?" Tanya Yoongi.

Yoongi yang baru saja akan turun ke lobi, terkejut ketika melihat kehadiran keponakan nakalnya, bukankah sudah di suruh istirahat olehnya? Kenapa dia datang?

Jin melambaikan tangannya pada sang paman. Melihat itu, ingin rasanya Yoongi memotong tangan keponakannya itu agar mau berhenti melambai padanya. Ia benci dianggap hangat atau sebagainya.

" Sudah kubilang istirahat kan? Kenapa malah kesini?" Yoongi menghardik keponakannya itu dengan tatapan tajamnya. Tapi mana bisa Jin takut, ia saja tahu seberapa besar pamannya ini menyayanginya. Bahkan Yoongi saja sampai belum mau menikah karena ingin fokus padanya dan Hoseok.

" Aku punya pasien baru. Maka dari itu aku tak bisa libur barang sehari saja." Jelas Jin.

Tentu Yoongi tahu siapa yang Jin maksud, pasti Hoseok adalah alasan Jin tak mau beristirahat. Pasti anak itu ingin kembali mendekati Hoseok dengan caranya.

Sebenarnya Yoongi hampir saja menyerah ketika ia melihat Jin sampai tak sadarkan diri kemarin, tapi ternyata kini anak itu sendiri yang bersikeras ingin kembali mendekatkan diri pada sang kakak.

Jadi, apa hak Yoongi melarang Jin?

" Jin.. jangan memaksakan diri." Ucap Yoongi.

Seketika Jin menunduk, namun kemudian ia kembali menengadah dan menatap pamannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

" Aku hanya tak mau melarikan diri lagi. Jika aku terus melarikan diri, maka untuk apa aku bertahan hingga saat ini?"

Yoongi diam. Kehabisan kata-kata ia kini. Ternyata anak yang pernah ia peluk dengan tubuh penuh luka itu  kini telah menjelma sebagai pemuda pemberani yang bahkan menantang masa lalu kelamnya dengan keras.

" Ternyata paman sudah tua ya Jin. Kau tumbuh tanpa aku sadari." Ucap Yoongi.

Ia pun pergi meninggalkan Jin ke ruangannya. Ia terlalu tak berani menghadapi Jin. Ia terlalu takut jika kejadian dahulu kembali terulang, bertahun-tahun ia mengobati Jin dengan harapan jika Jin tak akan menemukan luka yang sama. Tapi, Yoongi juga sadar sesuatu, tak ada yang akan bisa sembuh jika kita terus berlari, meluangkan waktu tuk bersandar di batang pohon lalu mengobati lukanya adalah hal yang terbaik. Jadi, apa salahnya menghadapi keadaan?

Jika Jin saja kuat, kenapa aku tidak? Pikir Yoongi.

.

.

Jin kini tengah mengikuti Hoseok yang tengah berjalan sendirian ke arah taman. Tanpa sepengetahuan Hoseok, Jin bahkan mengikutinya sedari Hoseok keluar kamar rawatnya.

Menatap keindahan taman Rumah Sakit tempat adiknya bekerja, Hoseok menitikan air matanya.

Sebetulnya, Hoseok ingat pada Jin sepenuhnya setelah Jin memeluknya kemarin, tapi entah kenapa, sekedar berhadapan saja Hoseok belum berani. Ia hanya takut jika ia menyakiti adik kecilnya itu. Ia takut jika tangannya berlumuran darah lagi.

Hoseok memandangi kolam ikan yang ada di sisi barat taman Rumah Sakit. Berbagai macam ikan dengan warna cerah ada disana, menari-nari bagai tak ada beban. Ya, ikan memang bebas. Tak terikat sepertinya.

" Kalau hyung mau jalan-jalan kenapa tak memintaku menemani hyung saja." Jin kini telah sepenuhnya berada di sisi Hoseok.

Tentu saja Hoseok terkejut dengan keberadaan Jin yang tiba-tiba datang. Ia bahkan belum siap bertemu Jin.

" Kenapa kau ada disini?" Tanya Hoseok.

Ia sungguh terganggu jika harus berada sedekat ini setelah kejadian kemarin. Ia tak mau membuat masalah lagi.

" Kau menjauhiku. Jadi aku yang mendekat."

Jin duduk di rumput dengan nyamannya. Ia bahkan juga memasukkan tangannya ke kolam dan bermain dengan ikan-ikan yang ada disana.

Hoseok bersiap untuk pergi dari sana, namun kemudian suara Jin menginterupsinya.

" Hyung.. cobalah untuk menghadapiku.. jangan berlari terus." Ucap Jin.

Alih-alih berhenti, Hoseok malah pergi dari tempat itu meninggalkan Jin yang kini malah menikmati rasanya semilir angin di taman yang katanya primadona bagi pasien dan penjenguk Rumah Sakit ini.

Bukannya tak ada niatan ia mengejar Hoseok kembali, tapi ketika ia melihat tangan Hoseok yang terkepal ia tahu kalau kakaknya itu tengah menahan sesuatu seperti dirinya. Dan Jin juga baru menyadari jika Hoseok pun sama menderitanya dengan dia. Hoseok juga mempunyai sesuatu yang ia tahan sendiri. Dan Jin yakin, akan membutuhkan waktu yang lama jika ia ingin membuat mereka berdua sembuh.

Seperti kata Hyojin, " hanya orang terluka yang tahu dengan baik sebuah luka."

Jin tahu luka Hoseok karena ia juga sama terlukanya. Dan itu juga berarti sama dengan menyembuhkan. Pasti akan ada jalan dimana mereka akan saling menyembuhkan luka masing-masing.

" Hemm.. ternyata tak semudah itu untuk menyembuhkan luka. Buktinya, kami masih terjebak dalam atmosfer yang sama. Luka."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Entahlah ini mau Ryuu bawa kemana. Tapi, Ryuu cuma mau sesuatu yg berharga akan tertulis disini.

Ah ya.. tunggu yak..
Ryuu janji, akan ada sesuatu yang berharga yang akan muncul nanti.
♥️♥️♥️

Fine Psychiatric Hospital[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang